MAKALAH
Metode Ilmu Al-Lughah (مناهج علم اللغة)
Mata Kuliah: Ilmu al-Lughah al-Nadzariy
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan
ridho-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi
tugas mata kuliah Ilmu al-Lughah al-Nadzariy pada semester VI dengan tema “Metode
Ilmu Lughah”.
Makalah
ini berisikan informasi mengenai metode Ilmu Lughah atau lebih khususnya menjelaskan
berbagai metode dalam ilmu lughah, seperti: Linguistik komparatif,
Deskriptif, Historis, dan Linguistik Kontrastif. Makalah ini diharapkan dapat memberikan
informasi dan menambah wawasan kepada pembacanya.
Kami
juga tak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu serta terlibat dalam proses penyusunan makalah ini, sehingga kami
dapat menyelesaikannya dengan baik.
Tangerang, 17 Maret 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................................ 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan.................................................................................... 2
BAB II. PEMBAHASAN
A. Kesimpulan............................................................................................. 10
B.
Saran...................................................................................................... 10
DAFTAR
PUSTAKA................................................................................. 11
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Bahasa adalah
lafadz-lafadz yang diungkapkan suatu kaum untuk menunjukkan maksud mereka.
Inilah definisi bahasa yang sering
didengar dalam buku-buku Arab yang menjelaskan arti dari bahasa, yaitu
sebuah ungkapan yang menunjukkan maksud yang dikehendaki oleh seseorang. Para
ahli bahasa menamai ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya sebagai
Ilmu Al-Lughah atau linguistik.[1]
Linguistik juga
berperan penting dalam kajian ilmiah, salah satu alasan linguistik dapat
dikatakan sebagai ilmu dalam kajian ilmiah adalah karena Linguistik juga
memiliki beberapa metode ilmiah dengan berbagai ukuran riset yang bisa
disesuaikan dengan objek kajiannya.[2]
Berangkat dari masalah tersebut, pada makalah ini kami akan membahas
beberapa metode dalam Ilmu Al-Lughah.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa
pengertian dari Metode dan Ilmu Al-Lughah?
2.
Apa
sajakah Metode dalam Ilmu Al-Lughah?
C. Tujuan Penulisan
1.
Untuk
memahami pengertian dari Metode dan Ilmu Al-Lughah;
2.
Untuk
mengetahui Metode dalam Ilmu Al-Lughah;
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. Pengertian Metode dalam Ilmu Al-Lughah (Linguistik)
Metode dalam bahasa Inggris disebut Method, sedang dalam bahasa Arab
disebut dengan al-Thariqah atau al-Manhaj artinya cara atau jalan
yang dilalui supaya sampai ke tujuan. Dalam suatu pembelajaran, Metode adalah
rencana menyeluruh yang berhubungan dengan penyajian materi pelajaran secara
teratur dan tidak saling bertentangan serta didasari oleh suatu pendekatan.[3]
Sedangkan jika metode dilihat dari pendekatan suatu ilmu pengetahuan, maka
metode adalah langkah-langkah yang sistematis dan teratur yang digunakan dalam
rangka mencari kebenaran ilmu pengetahuan. Metode ilmiah diperlukan dalam
melakukan suatu penelitian. Penelitian dilakukan untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan dan rasa ingin tahu manusia terhadap suatu kejadian atau
gejala alam.[4]
Salah satunya termasuk bahasa yang digunakan oleh manusia.
Sedangkan Pengertian ilmu al-lughah secara etimologi yaitu ilmu bahasa
(linguistik/linguistics). Kata linguistik (berpadanan dengan kata Linguitics
dalam bahasa Inggris, Linguistique dalam bahasa Prancis, dan Linguitiek
dalam bahasa Belanda) diturunkan dari bahasa Latin Lingua yang berarti
“bahasa”[5].
Dalam kamus Oxford dijelaskan bahwa linguistik adalah “the scientific of
language or a particular language”(Horby:781).[6]
Adapun secara terminologi, ilmu al-lughah menurut M. Fahmi Hijaziy
(1978):
علم اللغة في
أبسط تعريفاته هو دراسة اللغة على نحو علمى ويعني هذا التعريف أن الدراسات اللغوية
موضوعية وليست انطباعية ذاتية [7]
“Ilmu Lughah dalam definisi yang paling sederhana adalah studi
tentang bahasa dari sisi ilmiah, ini berarti bahwa studi ilmu Lughah adalah
studi yang bersifat obyektif dan bukan hanya kesan semata”
Dari
pengertian-pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa metode ilmu lughah adalah
langkah-langkah yang sistematis, jelas dan teratur yang digunakan para ahli
bahasa untuk mencari kebenaran penelitian pada studi bahasa yang bersifat
obyektif dari segi unsur bahasa, asal-usul bahasa, sejarah, perkembangan, dan
perubahan bahasa.
Ilmu Lughah telah
menyusun berbagai pendekatan untuk mempelajari bahasa, dan semua pendekatan ini
memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh realitas bahasa, beberapa dari para
linguis telah mengungkapkan rahasia dari sistem linguistik bahasa yaitu sebagai
materi pelajaran, dan beberapa gerakan perubahan linguistik yang dibuat dari
waktu ke waktu, sementara yang lain mempromosikan tujuan per-akar-an
klasifikasi linguistik bahasa untuk keluarga linguistik, beberapa di antaranya
datang untuk mencapai tujuan pendidikan di bidang pengajaran bahasa.
Bahasa dan ilmu
pengetahuan modern menggunakan empat metode, yaitu sebagai berikut:
1.
Linguistik
Komparatif (Comparative Linguistics/ علم اللغة
المقارن)
2.
Linguistik
Deskriptif (Descriptive Linguistics/ علم اللغة
الوصفى)
3.
Linguistik
Historis (Historical Linguistics/ علم اللغة
التاريخى)
4.
Linguistik
Kontrastif (Contrastive Linguistics/ علم اللغة
التقابلى)
Pembahasan
metode pada ilmu lughah klasik hanya menggunakan 3 metode saja, yaitu:
linguistik Komparatif, Deskriptif, dan Historis. Kemudian dari metode historis
lahirlah ilmu lughah kontemporer atau linguistik modern dengan menggunakan
ketiga metode yang sama. Linguistik modern
berasal dari seorang linguis barat Ferdinand de Saussure, yang membedakan langue,
langage, dan parole.
Kemudian muncul selanjutnya linguistik Kontrastif yang dikenalkan
oleh para ahli bahasa aliran trukturalis, yang bertujuan untuk mencari kesamaan
dan perbedaan dua bahasa sebagai salah satu cara mengajarkan bahasa asing
secara efisien dan efektif. Kemudian Ilmu ini dapat
dipandang sebagai disiplin baru yang dapat berkembang dan diakui keberadaannya
1. Linguistik Komparatif (Comparative Linguistics)
Metode Komparatif
atau metode perbandingan adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari bahasa dengan membandingkan beberapa bahasa yang serumpun, atau meneliti
kekerabatan antar bahasa dengan membandingkannya. Bahasa-bahasa bisa berkerabat
karena memang diturunkan dari sumber yang sama atau karena proses penyerapan. Metode ini sudah ada lebih dahulu dari pada linguistik modern, kemudian penelitian
bahasa dengan metode ini terus berkembang hingga yang memuncak
pada abad ke-19.[8]
Bahasa-bahasa
yang satu rumpun seperti bahasa Sansekerta yang dikomparasikan dengan
bahasa Yunani dan bahasa Latin, ketiganya adalah keluarga dari bahasa
Ariya. Dari komparasi ini timbul adanya kekerabatan bahasa dari
beberapa bahasa tersebut. Kemudian sedikit demi sedikit bahasa Eropa
yang bermacam macam bahasa tersebut dikomparasikan dengan bahasa Iran dan bahasa Hindi, sudah
jelas terbukti bahwa mayoritas dari komparasi tersebut terdapat satu kesamaan pada bentuk dan struktur kalimat. Oleh karena itu, sudah jelas bahwa
keluarga besar bahasa yang serumpun itu terkandung pada bahasa Hindi, bahasa Iran, dan bahasa Eropa.
Pembahasan dari metode
komparatif ini
didapati dari bahasa yang serumpun atau didapati dari beberapa cabang dari
rumpun bahasa tersebut, karena itu metode
ini dianggap sebagai cabang tersendiri
dari cabang ilmu linguistik.
Ruang lingkup metode linguistik komparatif meliputi beberapa segi, diantaranya ilmu Ashwat (fonologi), shorof (morfologi), pembentukan kalimat (sintaksis), dan ilmu dilalah (semantik) bahkan pragmatik (kecocokan pada kata/kalimat).
Didalam metode
komparatif untuk menentukan hubungan kekerabatan bahasa yaitu dengan
menggunakan 3 metode yaitu metode kuantitatif dengan teknik leksikostatistik
dan teknik grotokronologi, metode kualitatif dengan teknik rekonstruksi dan
metode sosiolinguistik. Metode kualitatif dengan teknik grotokronologi
digunakan untuk menentukan waktu pisah antara bahasa-bahasa yang berasal dari
bahasa awal.
2. Linguistik Deskriptif (Descriptive Linguistics)
2. Linguistik Deskriptif (Descriptive Linguistics)
Metode deskriptif sering disebut juga dengan linguistik sinkronik,
yaitu pembelajaran ilmiah pada satu bahasa atau satu dialek pada waktu dan
tempat tertentu. Maksudnya adalah metode ini membahas bahasa hanya pada
tingkat/level dari satu bahasa.
Para ahli bahasa masih membahas metode komparatif pada abad ke 19
dan awal abad ke 20, tidak ada konsepsi yang jelas untuk
dapat mengkaji satu bahasa atau satu dialek secara ilmiah dan akurat. Kemudian
barulah seorang peneliti barat yaitu
Ferdinand de Saussure di Eropa (1857-1913) dengan kajiannya risetnya tentang teori dan
fungsi bahasa membuktikan kemungkinan mengkaji suatu bahasa secara deskriptif untuk
mengetahui struktur bunyi (fonologi), shorof (morfologi), nahwu (sintaksis),
dan dilalah (makna). Penelitian ini di hubungkan pada tingkat bahasa tertentu
pada satu masa, maksudnya penelitian deskriptif tidak boleh bercampur dengan waktu
atau bercampur dengan tingkat bahasa yang berbeda beda.
Dengan demikian para linguis mulai mengembangkan metode penelitian
untuk menganalisis konstruksi bahasa. Para linguis semakin menaruh perhatian
terhadap metode deskriptif di wilayah Amerika setelah perang dunia II. Metode
ini menjadi metode yang dominan pada sepuluh tahun yang lalu di kalangan orang
yang berkecimpung dalam linguistik modern di seluruh penjuru dunia.
Para peneliti setelah masanya Ferdinand de Saussure mulai membuat kerangka penelitian pada struktur bahasa, dan
perhatian para peneliti bahasa terhadap linguistik deskriptif berkembang sejak
70 tahun silam. Ilmu linguistik deskriptif ini menjadi ilmu utama bagi
mayoritas para peneliti bahasa di seluruh dunia, sampai-sampai sebagian para
ahli linguistik menyebutkan bahwa kitab ilmu lughah karya Abdul Wahid Waafi
dengan sebutan Ilmu Lughah al-Hadits.
Adapun objek kajian linguistik deskriptif adalah: ilmu fonetik dan
fonologi, ilmu morfologi, ilmu sintaksis, dan ilmu semantik. Pada zaman 1950-an
bidang kajian metode ini hanya membahas pada bidang ilmu bunyi dan sintaksis
saja, kemudian berkembang luas hingga sekarang.[9]
3. Linguistik Historis (Historical Linguistics)
Metode historis adalah salah satu cabang ilmu linguistik yang
mempelajari perkembangan bahasa dari satu masa ke masa dan mengamati bagaimana
bahasa-bahasa tersebut mengalami perubahan dari waktu ke waktu.
Metode ini sering disebut juga linguistik diakronik, karena dapat dikatakan
bahwa metode ini mempelajari dan
meneliti pergeseran bahasa dalam jangka pendek dan perubahan-perubahan dalam
jangka panjang, komponen fonologi, komponen morfologi, komponen sintaksis, dan
komponen semantik satu atau beberapa bahasa. Jadi, metode linguistik historis
membicarakan perkembangan bahasa atau bahasa-bahasa sejak mula adanya sampai
sekarang, atau hal yang berhubungan dengan sejarah bahasa itu.
Objek kajian
linguistik historis adalah mengkaji sejarah suatu bahasa, bagaimana dan mengapa
perubahan bahasa bisa terjadi, kemudian perubahan dari bahasa tersebut
dibandingkan dengan bahasa lain yang serumpun. Metode ini seringkali
digabungkan dengan linguistik komparatif yang terkenal dengan sebutan Linguistik
Historis Comparatif (LHK) atau
linguistik bandingan historis yaitu memperbandingkan bahasa-bahasa dari
periode ke periode yang lain. Linguistik historis komparatif bertujuan untuk
mengelompokkan bahasa-bahasa atas rumpun-rumpun dan berusaha menemukan sebuah
bahasa purba atau proto language yang menurunkan bahasa-bahasa tersebut.
linguistik juga menentukan arah penyebaran bahasa-bahasa.
Tugas utama dari
linguistik historis komparatif ini adalah menganalisis dan memberikan
penjelasan mengenai hakikat perubahan suatu bahasa. Pada umumnya hakikat suatu
bahasa memiliki struktur bahasa (dimensi sinkronis) dan selalu mengalami
perubahan bahasa (dimensi diakronis).
4.
Linguistik Kontrastif (Contrastive Linguistics)
Dalam Aspek linguistik, kontrastif
berkaitan dengan masalah perbandingan dua bahasa yang tidak serumpun dari segala komponennya secara sinkronik sehingga ditemukan perbedaan dan
kemiripan. Teknik dasar linguistik kontrastif adalah untuk
membandingkan sistem fonologi, sistem morfologi, sintaks dan leksikon (tata
kata) dari dua bahasa atau lebih. Dalam prakteknya, perbandingan mungkin lebih
dibatasi, misalnya hanya untuk leksikon.
Metode ini bertujuan untuk membantu
pembelajaran bahasa dengan mengidentifikasi perbedaan penting
antara pelajar asli dan bahasa target, juga membuktikan
perbedaan-perbedaan antara dua tataran bahasa. Oleh karena itu, pada prinsip
metode ini mengacu pada linguistik deskriptif. Apabila kedua tataran bahasa itu
terdeskripsikan secara cermat melalui satu metode bahasa, maka setelah itu
keduanya dapat dikaji melalui metode kontrastif. Konfirmasi perbedaan antara
kedua tataran bahasa dapat memperjelas aspek-aspek kesulitan dalam pengajaran
bahasa target.
Metode
ini berhubungan pula dengan hipotesis kontrastif yang dikembangkan oleh Charles
Fries (1945) dan Robert Lado (1957) keduanya menyatakan bahwa kesalahan yang
muncul dalam pembelajaran B2 adalah karena perbedaan antara B1 dan B2 dan
kemudahan dalam pembelajaran B2 disebabkan oleh kesamaan B1 dan B2.[10]
linguistik Kontrastif yang
dikenalkan oleh para ahli bahasa aliran trukturalis, yang bertujuan untuk
mencari kesamaan dan perbedaan dua bahasa sebagai salah satu cara mengajarkan
bahasa asing secara efisien dan efektif. Asal mula metode ini bisa ditelusuri
pada abad ke-18 dan pada abad ke-19 ketika makin banyak penelitian mengenai
perbandingan bahasa.
Objek kajian linguistik kontrastif adalah
pengkontrasan antara dua bahasa atau dua dialek atau bahasa dan dialek, yaitu antara
dua tataran bahasa yang semasa. Metode kontrastif sebagai satu pendekatan dalam
pengajaran bahasa termasuk dalam linguistik terapan. Artinya terapan ilmu
bahasa dalam bidang praktis. Ilmu ini dapat dipandang sebagai disiplin baru
yang dapat berkembang dan diakui keberadaannya.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Linguistik memiliki peran
yang sangat penting dalam kajian ilmiah, karena Linguistik juga memiliki
beberapa metode ilmiah dengan berbagai ukuran riset yang bisa disesuaikan
dengan objek kajiannya. Adapun metode ilmu lughah adalah langkah-langkah yang
sistematis, jelas dan teratur yang digunakan para ahli bahasa untuk mencari
kebenaran penelitian pada studi bahasa yang bersifat obyektif dari segi unsur
bahasa, asal-usul bahasa, sejarah, perkembangan, dan perubahan bahasa.
Ke empat metode
tersebut, yaitu berikut:
1.
Linguistik
Komparatif (Comparative Linguistics/ علم اللغة
المقارن)
2.
Linguistik
Deskriptif (Descriptive Linguistics/ علم اللغة
الوصفى)
3.
Linguistik
Historis (Historical Linguistics/ علم اللغة التاريخى)
4.
Linguistik
Kontrastif (Contrastive Linguistics/ علم اللغة
التقابلى)
B.
Saran
Kami menyadari
bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kami menyarankan
kepada teman-teman sesama mahasiswa untuk mencari informasi lain sebagai tambahan
dari apa yang telah kami uraikan di atas.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2007. Linguitik Umum. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Chaer, Abdul. 2009. Psikolinguistik Kajian Teoritik.
Jakarta: Asdi Mahasatya.
Fahmi Hijaziy, Mahmud.
1978. Madkhal ila ‘Ilmu al-Lughah. Kairo:Daar al-Tsaqafah.
Fakhrurrozi dan
Erta Mahyudin, Aziz. 2012. Modul Pembelajaran Bahasa Arab, Jakarta:
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama.
Hassan, Abdullah. 2005. Linguistik ‘Am. Malaysia:
Fajar Bakri.
Sutama. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Surakarta:
Fairus.
Yendra. 2016. Mengenal Ilmu Bahasa. Yogyakarta: CV Budi
Utama.
[1]
Abdul chaer, Linguistik Umum, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2007), h 1
[2]
Yendra, Mengenal Ilmu Bahasa, (Yogyakarta: CV Budi Utama, 2016), h 28
[3]
Aziz Fakhrurrozi dan Erta Mahyudin, Modul Pembelajaran Bahasa Arab,
(Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama, 2012), h 19
[4]
Sutama, Metode Penelitian Pendidikan, (Surakarta: Fairus, 2010), h 25
[5]
Abdul Chaer, op. Cit, h 2
[6]
Yendra, Loc. Cit
[8] Ibid, h 19
[9]
Abdullah Hassan, Linguistik ‘Am, (Malaysia: Fajar Bakri, 2005), h 3
[10]
Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoritik, (Jakarta: Asdi Mahasatya,
2009), h 247