MAKALAH
Ketentuan Usia yang
Layak Untuk Belajar Bahasa Asing/
السن الملائمة لتعلم اللغات الأجنبي
Mata Kuliah: Psikologi Belajar Bahasa
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah dengan mengucapkan puji dan syukur
kehadirat Allah SWT, karena berkat taufik dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Usia yang Sesuai Untuk
Belajar Bahasa Asing (السن الملائمة لتعلم اللغات الأجنبية )” dengan baik dan lancar. Shalawat serta Salam semoga tetap
tercurah untuk junjungan Nabi Muhammad SAW. beserta keluarga dan Para
Sahabatnya hingga akhir zaman.
Penulis mengharapkan makalah ini nanti dapat dijadikan
sebagai bahan acuan untuk mengetahui, memahami dan mempelajari tentang kapan
dan bagaimana waktu yang sesuai untuk pembelajaran bahasa asing bagi anak. Oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan bantuan Dosen dan rekan-rekan mahasiswa.
Meskipun demikian kami menyadari makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan, maka dari itu penulis
mengharapkan kritik maupun saran yang sifatnya membangun demi kemajuan makalah yang
akan datang.
Tangerang, 2016
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR
ISI.................................................................................................. ii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah........................................................................1
B.
Rumusan
Masalah.................................................................................. 2
C. TujuanPenulisan.................................................................................... 2
BAB II. PEMBAHASAN
C. Faktor yang Mempengaruhi Belajar Bahasa
Asing............................... 8
A. Kesimpulan............................................................................................. 11
B. Saran...................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 12
A.
Latar Belakang
Setiap anak manusia pada dasarnya mempunyai kemampuan untuk
menguasai setiap bahasa, walaupun dalam kadar dan dorongan yang berbeda. Adapun
diantara perbedaan-perbedaan tersebut adalah tujuan-tujuan pengajaran yang
ingin dicapai, kemampuan dasar yang dimiliki, motivasi yang ada di dalam diri
dan minat serta ketekunannya. Karena itu pengajaran bahasa asing, semisal Bahasa
Arab, harus dijalani sesuai dengan tuntutan pembelajaran anak. Dan untuk dapat
berbuat demikian, diperlukan seorang guru yang benar-benar kompeten dalam
pembelajaran Bahasa Arab untuk anak-anak.[1]
Simpulan dari semua studi, umumnya menyatakan bahwa dalam belajar
bahasa anak-anak lebih baik daripada orang dewasa dalam semua hal, terutama
berkenaan dengan pencapaian hasil akhir. Anak-anak kelihatan sangat luas dan
mudah dalam memperoleh bahasa baru.
Waktu yang tepat untuk memulai belajar bahasa kedua di sekolah
umum, sesuai dengan tuntutan psikologi anak adalah umur 6-10 tahun. Untuk
belajar bahasa secara alamiah di lingkungan penutur asli dapat terjadi hanya
selama priode kritis untuk pemerolehan bahasa, yaitu umur dua tahun dan masa
pubertas. Sebelum umur dua tahun, belajar bahasa tidak mungkin dilakukan karena
kurangnya kedewasaan otak, sedangkan pada masa pubertas laterisasi fungsi
bahasa ke dalam bagian otak yang disebut hamisfer dominan telah selesai. Hal
ini mengakibatkan hilangnya kelenturan serebral otak yang diperlukan untuk
belajar bahasa. Oleh karena itu setelah masa pubertas bahasa harus diajarkan dan
dipelajari melalui usaha sadar dan keras dan dalam situasi yang harus
diciptakan.[2]
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
yang dimaksud dengan belajar bahasa Asing?
2.
Apa
saja hal-hal yang berkaitan dengan kemampuan belajar
bahasa pada anak?
3.
Kapankah
usia yang layak untuk belajar bahasa Asing?
4.
Apa
saja faktor yang mempengaruhi belajar bahasa Asing?
5.
Apa
saja dampak positif dan negatif belajar bahasa Asing di usia dini?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Mengetahui
pengertian belajar bahasa Asing.
2.
Mengetahui beberapa hal yang berkaitan dengan kemampuan belajar bahasa
pada anak.
3.
Mengetahui
usia yang layak untuk belajar bahasa Asing.
4.
Mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi belajar bahasa Asing.
5.
Mengetahui
dampak positif dan negatif belajar bahasa Asing di usia dini
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Belajar Bahasa Asing
Seperti yang kita ketahui bahwa biasanya seorang anak akan
mempelajari bahasa yang pertama (first language), yaitu bahasa ibu. Anak
Indonesia biasanya menguasai Bahasa Indonesia atau bahasa daerah sebagai
bahasa yang pertama, oleh karena itu kita perlu membedakan istilah bahasa
pertama (asli, ibu, utama/first language) yang terwujud bahasa daerah tertentu.
Bahasa kedua (second language) yang terwujud Bahasa Indonesia dan bahasa Asing.
Maksud dari belajar bahasa kedua yaitu bahasa Asing adalah proses
dimana seseorang mengakusisi sebuah bahasa lain setelah lebih dahulu menguasai
sampai batas tertentu bahasa pertamanya. Berdasarkan pengalaman, diketahui
bahwa belajar bahasa kedua termasuk sukar, baik bahasa yang digunakan secara
umum dalam masyarakat luas maupun bahasa yang hanya dipakai oleh orang asing.
B. Beberapa Hal yang Berkaitan dengan Kemampuan Belajar Bahasa Pada Anak
Dalam
era globalisasi seperti saat ini rasanya wajar kalau sebagian orang tua
beranggapan bahwa belajar bahasa Asing mutlak diperlukan. Semakin cepat semakin baik.
Para
orangtua bersemangat menyekolahkan anak-anak mereka ke sekolah-sekolah
yang berbasis internasional. Untuk mengetahui sebetulnya berapa
usia terbaik atau paling optimum untuk seorang anak mempelajari bahasa kedua, kita harus
memperhatikan beberapa hal yang berkaitan dengan kemampuan belajar
bahasa pada anak yaitu sebagai berikut[3]:
a) Belajar
bahasa merupakan proses alamiah seorang anak
Dalam milestones perkembangan seorang bayi
mulai mengeluarkan 700 jenis bunyi atau babbling (mengoceh) pada usia 6 bulan.
Ia dapat menyerap hingga 2000 kosakata dari lingkungannya saat usia 4 tahun
(Kotulak, 1996).
b)
Proses
belajar bahasa pada Periode Kritis (Crittical
Period)
Berdasarkan
hipotesis periode kritis, seorang anak memiliki periode waktu dimana ia
memiliki puncak skill mempelajari bahasa kedua. Peneliti menyebutkan periode
ini berlangsung pada 3 tahun pertama kehidupan dan berakhir pada usia 6-7
tahun. Hal ini dihubungkan dengan perkembangan fungsi otak yang plastis pada
periode ini.
Setiap
anak yang sehat terlahir dengan 100 milyar sel otak, dan masing-masing sel
dapat membuat 20.000 koneksi. Seberapa banyak sel membuat koneksi tergantung
pada stimulasi lingkungannya (Diamond, 1988; Ornstein, 1984, 1986). 50%
kemampuan belajar akan terbentuk dalam usia satu tahun pertama dan 30 persen
selanjutnya terbentuk sampai sekitar usia 8 tahun. Secara sederhana dapat
dikatakan bahwa dalam tahun-tahun pertama kehidupan seorang anak akan membentuk
jaras belajar (learning pathways) yang penting di dalam otak (Bloom, 1964).
Teori ini dapat dibuktikan di sekolah Swedia yang merupakan salah satu negara
multilingual dimana dapat dijumpai anak-anak usia 3 tahun dapat berbicara 3
bahasa dengan fasih (Dryden & Vos, 1997).
Peneliti
lain berpendapat bahwa periode kritis ini berlangsung hingga usia pubertas, dan
inilah periode terbaik untuk belajar bahasa kedua. Hingga usia 12 tahun otak
bagaikan spons super yang dapat menyerap segala sesuatu. Selain itu, dalam
periode ini akan terbentuk fondasi berpikir, berbahasa, penglihatan, attitude,
aptitude dan karakter lain. Setelah melewati tahap ini maka periode kritis akan
berhenti dan arsitektur fundamental otak telah sempurna terbentuk (Kotulak,
1996).
Penelitian
juga menunjukkan bahwa anak-anak yang mempelajari
lebih dari satu bahasa akan lebih kreatif, menunjukkan kemampuan lebih baik
dalam menyelesaikan permasalahan kompleks dan memiliki nilai yang lebih baik
dalam ujian. Sekali seorang anak menguasai bahasa kedua, maka akan lebih mudah
untuk memahami struktur bahasa selanjutnya. Secara personal anak akan lebih
percaya diri dapat berkomunikasi dengan orang asing.
C. Usia
yang Layak untuk Belajar Bahasa Asing
Pembelajaran Bahasa Arab untuk anak-anak yang dimaksud dalam tulisan ini
adalah pembelajaran Bahasa Arab sebagai bahasa Asing, bukan sebagai bahasa ibu.
Artinya sebagai bahasa tambahan yang dipelajari oleh seseorang diluar bahasa
asli yang menjadi bahasa komunikasinya sehari-hari.[4] Dan yang dimaksud
dengan anak-anak adalah mereka yang berusia antara 6 sampai 12 tahun, yaitu sampai
mereka mencapai penghujung “Masa Sekolah Bahasa Ibu”. Masa sekolah bahasa ibu
adalah istilah bagi masa-masa perkembangan manusia berdasarkan tingkat sekolah
yang diduduki anak itu sesuai dengan tingkat usia dan menurut bahasa yang
dipelajarinya di sekolah.
Di antara berbagai faktor yang mempengaruhi kesiapan siswa mempelajari
bahasa Asing adalah faktor usia. Terkait dengan faktor usia ini, yang pasti
disepakati oleh banyak pihak adalah tingkat kematangan berbahasa anak yang
diidentikkan dengan tingkat usia mempunyai pengaruh besar terhadap penguasaan
bahasa asing. Lalu apakah anak-anak dianggap telah siap untuk mempelajari
bahasa asing? Ada yang beranggapan mereka sudah siap bahkan semakin muda usia
semakin mudah anak belajar bahasa asing dibandingkan orang dewasa. Ada pula
yang berpendapat, belajar bahasa asing sejak dini bukan jaminan keberhasilan.
Beberapa alasan yang diajukan oleh orang-orang yang menolak pembelajaran
bahasa asing untuk anak-anak diantaranya dikatakan dalam bukunya doktor ali
muhammad alqosimi banyak ditemukan buku dan artikel yang tidak percaya tentang
hal memasukkan bahasa asing ke dalam materi pembelajaran bagi pemula, alasan
ini berdasarkan psikologi dan kesiapan anak,orang dewasa lebih mampu
mempelajari bahasa asing, pelajaran
bahasa asing menyulitkan anak-anak, mempelajari bahasa asing dapat menghalangi
anak-anak menguasai bahasa ibunya dengan baik, dan dualisme bahasa dapat
menghalangi pertumbuhan kognisi dan efeksi anak-anak.[5]
Dari segi kognitif, orang dewasa cenderung lebih sempurna dalam menguasai
kaidah ekplisit, yaitu tatabahasa. Namun dari segi afektif, yaitu sikap dan
sifat pribadi yang mendukung proses belajar bahasa kedua, orang tua cenderung
kurang dibandingkan anak-anak. Hal ini dilaporkan oleh hasil penelitian Taylor
pada tahun 1974 dan Schuman pada tahun 1975. Mereka melaporkan bahwa anak-anak
mempunyai kapasitas pribadi yang lebih besar daripada orang dewasa. Anak-anak
belum memiliki hambatan-hambatan psikologis tentang identitas diri, yaitu
misalnya rasa takut salah dalam menggunakan bahasa kedua. Mereka tidak
terhalangi dalam belajar bahasa kedua dengan sikap negative terhadap penutur
bahasa itu dan anak-anak pada umumnya mempunyai dorongan yang kuat untuk
belajar bahasa. Ini berarti bahwa anak-anak menghadapi tugas belajarnya sebagi
tugas yang ringan.
Namun sebaliknya, seperti telah dikemukakan, orang dewasa mempunyai
beberapa keuntungan kognitif yang lebih baik daripada anak-anak, terutama bila
bahasa kedua dipelajari dalam situasi kelas dengan banyak penekanan pada kaidah
bahasa. Orang dewasa mempunyai kapasitas ingatan yang lebih besar, cara
berpikir yang lebih dewasa, sehingga hal inipun menjadi pendorong belajar yang
kuat. Terutama sekali bila tujuan belajar berbahasa itu bersifat instrumental,
yaitu bahasa sebagai alat. Misalnya, belajar bahasa untuk tujuan perjalanan
jauh ke luar negeri.
Sedangkan doctor qousi, seorang
spesialis psikologi pendidikan menyatakan bahwa pembelajaran bahasa asing pada
usia dini itu lebih baik, dan bahasa asing itu tidak akan berdampak negative
bagi pengetahuannya tentang bahasa ibu mereka. Bandingkan dengan alasan-alasan
para pendukung pengajaran bahasa asing untuk anak-anak berikut ini, yaitu :
1. Semakin hari kebutuhan akan penguasaan bahasa asing semakin meningkat,
karenanya harus dipersiapkan sejak dini.
2. Secara sosial banyak masyarakat yang menggunakan dua atau lebih bahasa
untuk komunikasi sehari-hari mereka, ada juga beberapa Negara yang memiliki
lebih dari satu bahasa resmi.
3. Dari sudut pandang pendidikan, mengajarkan bahasa asing kepada anak-anak
sejak dini berarti membekali mereka dengan wawasan hidup yang mengglobal.
4. Anak-anak mempunyai kemampuan yang luar biasa untuk belajar banyak bahasa,
diantaranya kemampuan mereka untuk meniru bunyi-bunyi bahasa yang tidak
dimiliki orang dewasa.
5. Berdasarkan penelitian terhadap perkembangan saraf-saraf otak manusia
menunjukkan bahwa pada masa anak-anak kondisinya fleksibel sehingga gampang
untuk diperkenalkan dengan beberapa bahasa.
6. Perkembangan bahasa manusia bukan lahir begitu saja (garaziy/instinctive), tetapi
harus dibiasakan.
7. Karena bahasa adalah kebiasaan maka membiasakan anak-anak untuk berbahasa
dengan beberapa bahasa sekaligus sejak dini lebih gampang dari pada ketika
mereka sudah dewasa dimana kebiasaan berbahasanya sudah mapan dengan suatu
bahasa tertentu dan susah diubah atau diperbaiki.
8. Pengalaman beberapa Negara (seperti Amerika, Prancis, dan Jerman) dalam
mengajarkan bahasa asing untuk anak-anak menunjukkan hasil yang menggembirakan.
Ditegaskan lagi bahwa yang dimaksud dengan anak-anak dalam makalah ini
adalah mereka yang berada pada usia antara 6 sampai 12 tahun, secara normal
mereka adalah sedang belajar di kelas 1 - 6 Madrasah Ibtida’iyah/Sekolah Dasar.
Usia 6 sampai 12 tahun merupakan masa emas atau paling ideal untuk belajar
bahasa selain bahasa ibu. Alasannya, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya,
otak anak masih elastis dan lentur, sehingga proses penyerapan bahasa lebih
mulus. Lagi pula daya penyerapan bahasa pada anak berfungsi secara otomatis. Sebaliknya,
sebelum anak-anak mencapai usia 6 tahun sebaiknya kita harus mengambil sikap
menahan diri. Dan yang lebih penting adalah hendaknya pengajaran bahasa Arab
atau bahasa asing lainnya tidak dipaksakan kepada anak-anak dan dengan
memperhatikan kebutuhan dan perkembangan mereka.
Para orang tua dan guru dianjurkan agar tidak memaksakan anak-anak (murid)
mereka yang masih dibawah lima tahun untuk belajar bahasa asing selain bahasa
ibunya. Karena, hal itu dapat menganggu perkembangan kecerdasan emosi,
intelektual, serta motorik si anak. Kalau dipaksakan bisa terhambat, dan tumbuh
hanya dengan perintah. Sebaiknya orang tua jangan memaksakan obsesinya kepada
anak-anaknya. Dalam usia balita, anak pun belum membutuhkan kemampuan berbahasa
asing. Anak-anak cukup mengetahui adanya bahasa asing, tetapi tidak harus
mempelajarinya. Meskipun dikatakan otak anak bersifat plastis
dan mudah mempelajari banyak hal, beberapa ahli merekomendasikan untuk memberi
waktu yang cukup bagi seorang anak untuk secara penuh menguasai satu bahasa
sebelum memperkenalkan bahasa yang kedua, ketiga dan seterusnya supaya mereka
tidak melalui masa kebingungan untuk mengekspresikan sesuatu.
Ditambah lagi bahwa dalam bahasa terkandung makna-makna moral yang perlu
diketahui oleh anak. Sehingga, ketika anak belajar bahasa ibu, ia mengetahui
nilai moral maupun budaya dibalik kata-kata yang diucapkannya. Adapun bahasa
asing memiliki pendekatan budaya yang berbeda dari bahasa ibu. Sehingga, bahasa
asing sebaiknya dikenalkan kepada anak sebatas sebagai pengetahuan saja. Bila
anak-anak yang dipaksakan belajar bahasa asing, dikhawatirkan dapat menganggu
pertumbuhan kejiwaannya. Apalagi bila tidak ditanamkan nilai-nilai dasar yang
memadai. Bahasa itu simbol. Jadi sebelum si anak memahami betul bahasa ibunya
maka orangtua jangan memaksakan anak untuk belajar bahasa asing.
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar Bahasa Asing
1. Faktor Usia
Faktor usia memberikan
pengaruh berbeda pada fungsi otak dalam menyerap bahasa kedua. Sejumlah
penelitian membuktikan anak-anak lebih mudah menyerap bahasa kedua karena
memiliki daya plastisitas otak yang baik; di mana mereka mampu menyesuaikan
perbedaan bahasa dengan cepat. Namun, penelitian lainnya menyebutkan bahwa
orang dewasa mampu menyerap pelajaran bahasa asing lebih cepat dikarenakan
kapasitas pembelajaran, termasuk daya hafal kosakata yang lebih banyak. Selain
itu orang dewasa juga memiliki daya analisis yang kuat terhadap tata bahasa
asing.[6]
hasil penelitan mengenai faktor usia dalam pembelajaran bahasa kedua
menunjukkan hal berikut.
1) Dalam hal urutan pemerolehan tampaknya
faktor usia tidak terlalu berperan sebab urutan pemerolehan oleh
anak-anak dan orang dewasa sama saja (Fathman, 1975; Duly, Burt, dan Kreshen,
1982).
2) Dalam hal kecepatan dan keberhasilan
belajar bahasa kedua, dapat disimpulkan:
a)
Anak-anak
lebih berhasil daripada orang dewasa dalam pemerolehan system
fonologi atau pelafalan, bahkan banyak diantara mereka yang mencapai
pelafalan seperti penutur asli;
b)
Orang
dewasa tampaknya maju lebih cepat dari pada kanak-kanak dalam bidang morfologi dan
sintaksis, paling tidak pada pemulaan masa belajar;
c)
kanak-kanak lebih berhasil dari pada orang dewasa, tetapi tidak selalu lebih
cepat (‘Oyama, 1976; Dulay, Burt, dan Krashen, 1982; Asher dan Gracia, 1969).[7]
Dari hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa faktor umur yang
tidak dipisahkan dari faktor lain adalah faktor yang berpengaruh dalam
pembelajaran bahasa kedua. Perbedaan umur mempengaruhi kecepatan dan
keberhasilan belajar bahasa kedua pada aspek fonologi, morfologi dan sintaksis
tetapi tidak berpengaruh dalam pemerolehan urutannya
2. Jenis Kelamin
Perbedaan dalam jenis
kelamin berhubungan dengan kadar hormon pada masing-masing jenis kelamin.
Kimura menemukan tingkat hormon androgen yang tinggi berhubungan dengan
kemampuan automasi yang lebih baik, dan hormon estrogen dengan kemampuan
semantik/interpretif yang lebih baik. Selain itu, ia juga menemukan bahwa
wanita pada masa menstruasi cenderung memiliki kemampuan artikulasi dan motoris
yang lebih baik.
3. Motivasi
Di dalam otak manusia
terdapat area spesifik yang menerima stimulus dari dorongan diri atau disebut
motivasi. Dan stimulus tersebut memberikan pesan kepada otak untuk menentukan
strategi belajar dan jumlah usaha yang dikeluarkan. Jenis motivasi ada dua:
motivasi integratif dan instrumental.[8] Motivasi integratif adalah
motivasi yang berdasarkan keinginan untuk bersosialisasi atau berpartisipasi
dengan komunitas yang menggunakan bahasa tersebut. Motivasi instrumental adalah
motivasi yang didasari atas kepentingan praktis semata seperti mendapatkan
pekerjaan, mendapatkan beasiswa ke luar negeri, akses informasi, dan lain-lain.
E. Dampak Positif dan Negatif Belajar Bahasa Asing di Usia Dini
Sebagai orang tua, kita harus mengetahui tentang efek positif dan negatif
pembelajaran bahasa Asing di usia dini. sebagaimana perubahan dinamika
pendidikan, guru dan orang tua modern seakan memiliki tantangan untuk
mengajarkan bahasa asing kepada anak.[9]
a)
Dampak
Positif
Otak anak-anak bagaikan botol yang masih
kosong, belum terisi oleh apapun. Jika kita isi dengan pelajaran-pelajaran berbahasa
Asing, maka daya serap mereka sangatlah tinggi. Dengan daya pikir seperti
itu, anak-anak cenderung lebih mudah mempelajari bahasa Asing.
Apalagi, jika anak itu menyenangi pelajaran bahasa yang kita beri, pastinya
anak-anak lebih cepat menguasai tersebut.
Anak-anak
pada usia balita cenderung mengikuti hal-hal yang mereka
sukai. Misalnya saja, pada saat ini sudah banyak acara-acara tv yang
mengajarkan bahasa Asing.
Dengan banyaknya pendapat dari para ahli
tentang pembelajaran bahasa pada anak-anak, membuktikan bahwa mengajarkan behasa Asing pada
anak-anak lebih mudah daripada mengajarkanya kepada orang dewasa. Meskipun,
dalam belajarnya anak—anak lebih suka bermain daripada belajar. Namun, Kita
dapat mengajarkan bahasa Asing dengan cara yang mereka sukai. Karena,
anak-anak cenderung mengikuti apa-apa yang mereka lihat dan dengar.
Terlihat bahwa mengajarkan bahasa Asing kepada
anak-anak lebih mudah dikuasai daripada mengajarkannya kepada orang dewasa. Maka
tidak salah bagi kita jika mengajarkan bahsa Asing kepada
anak-anak dari sekarang. Karena pada usia anak-anak mereka cenderung lebih
menguasai dan ingin selalu melakukan hal-hal yang mereka suka.
a)
Dampak
Negatif
1)
Kemunduran Bahasa
Belajar
bahasa baru menempatkan beban kognitif ekstra pada anak-anak.
Belajar beberapa bahasa secara bersamaan membatasi jumlah kata yang
dapat anak pelajari dalam waktu yang telah ditentukan. Misalnya, balita
memiliki kapasitas kognitif untuk belajar sekitar 20 kata-kata baru sebulan.
Ketika masukan bahasa balita datang dalam bentuk dua bahasa, dia hanya bisa
belajar 10 kata dalam bahasa aslinya dan 10 kata lain dalam bahasa asing. Hal
ini beresiko membuat anak tidak dapat tumbuh sesuai dengan tonggak perkembangan
bahasanya
2)
Perbedaan budaya
ketika
anak-anak belajar bahasa asing, penalaran cenderung berasal dari keinginan
orang tua. Beberapa orang tua ingin anak-anak mereka mempersiapkan anak-anak
mereka untuk kesempatan masa depan. Namun, pengenalan bahasa asing di usia dini
dapat mengenalkan anak Anda untuk mendapatkan rasa dari budaya asing. Hal ini
dapat mengakibatkan kebingungan budaya di beberapa kasus, terutama ketika
seorang anak dari latar belakang multi-etnis. Hal ini dapat
menyebabkan dia mempertanyakan identitasnya, terutama di masa remaja ketika
identitas diri menjadi penting dan sangat terkait dengan lingkaran sosial.
3)
Hambatan Penguasaan
Masalah
lain yang bisa timbul pada anak yang mempelajari bahasa asing adalah
ketidakmampuan untuk benar-benar menguasai bahasa baru. Menurut Hoff, area di
otak yang didedikasikan untuk bahasa memiliki cut-off point untuk menerima
suara baru. Untuk alasan ini, anak-anak yang mulai belajar bahasa ibu di tahun
kemudian akan selalu memiliki aksen yang asing, yang dapat menyebabkan
kesalahpahaman dan menghambat peluang masa depan dalam menggunakan bahasa yang
profesional
4)
Kesulitan
Belajar
bahasa asing sangat menantang. Banyak bahasa memiliki sistem yang berbeda dari
mulai tata bahasa, penggunaan huruf yang sama sekali berbeda, dan cara membaca
yang berbeda. Dan tentu saja, ribuan kosakata baru untuk dipelajari.
5)
Melupakan yang Dipelajari
Menguasai
bahasa asing juga akan membutuhkan belajar dan usaha di luar kelas. Bahasa
asing dengan mudah dilupakan jika tidak dipraktekkan. Salah
satu masalah adalah bahwa anak-anak ini tidak memiliki kesempatan untuk
meningkatkan keterampilan. Mengingat waktu yang terbatas di kelas, misalnya,
dan kecepatan guru mengajar, kita bisa menganggap akan sangat mudah bagi siswa
untuk melupakan yang mereka pelajari.
.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam era globalisasi seperti saat ini sebagian
orang tua beranggapan bahwa belajar bahasa Asing mutlak diperlukan. Namun bagi Para orang tua dan guru
dianjurkan agar tidak memaksakan anak-anak (murid) mereka yang masih dibawah
lima tahun untuk belajar bahasa asing selain bahasa ibunya sampai mereka
mencapai penghujung “Masa Sekolah Bahasa Ibu”. yaitu sampai mereka berumur
antara 6-7 hingga 12 tahun, Karena, hal itu dapat menganggu perkembangan
kecerdasan emosi, intelektual, serta motorik si anak. Kalau dipaksakan bisa
terhambat, dan tumbuh hanya dengan perintah. Dalam usia balita, anak pun belum
membutuhkan kemampuan berbahasa asing. Anak-anak cukup mengetahui adanya bahasa
asing, tetapi tidak harus mempelajarinya.
B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, oleh
karena itu kami menyarankan kepada teman-teman sesama mahasiswa untuk mencari
informasi lain sebagai tambahan dari apa yang telah kami uraikan di atas.
DAFTAR PUSTAKA
Fachrurrozi
Azis dan Erta Mahyudin.2011.Teknik Pembelajaran Bahasa Arab.
Lembaga
Bahasa Yassarna YBMQ: Jakarta.
Skandaswassid
dan Dadang Sunendar.2011.Strategi Pembelajaran Bahasa.
PT.Remaja
Rosdakarya: Bandung.
Yusuf Syamsu.2009.Psikologi
Perkembangan Anak dan Remaja.PT. Remaja
Rosdakarya:
Bandung.
http://nazrulahmad05.blogspot.co.id/2012/05/umur-yang-layak-dalampembelajaran.html?m=1diakses pada 15 Desember 2016 pukul 01:57 WIB.
http://rezkyaastari24.blogspot.co.id/2016/04/makalah-psikolinguistik-tentang-belajar.html?m=1diakses pada 15 Desember 2016 pukul 01:56 WIB.
https://syaikhuhadi.wordpress.com/2015/11/10/dampak-positif-dan-negatif-belajar-bahasa-inggris-untuk-anak-usia-dini/ diakses pada 16 Desember
2016
http://mommiesdaily.com/2014/09/22/mulai-kapan-ya-sebaiknya-belajar-bahasa-bilingual/ diakses pada tanggal 15 Desember 2016
[1]Aziz
Fachrurrozi dan Erta Mahyudin, Teknik Pembelajaran Bahasa Arab, (Jakarta:
Lembaga Bahasa Yassarna YBMQ, 2011), hlm.106.
[2]Skandaswassid
dan Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: PT.Remaja
Rosdakarya,2011), hal.118.
[3] http://mommiesdaily.com/2014/09/22/mulai-kapan-ya-sebaiknya-belajar-bahasa-bilingual/ diakses pada tanggal 15 Desember 2016
[4]Aziz
Fachrurrozi dan Erta Mahyudin, Op. Cit., hlm.60.
[5]http://rezkyaastari24.blogspot.co.id/2016/04/makalah-psikolinguistik-tentang-belajar.html?m=1diakses pada 15 Desember 2016 pukul 01:56 WIB.
[6]Syamsu yusuf, Psikologi
Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya,2009),hlm.
252.
[7] http://vaniojankjank.blogspot.co.id/2015/01/psikolinguistik-pemerolehan-bahasa-kedua.html?m=1 diakses pada tanggal 14 Desember 2016
[8]Syamsu yusuf,
op.cit.,hlm.251.
[9] https://syaikhuhadi.wordpress.com/2015/11/10/dampak-positif-dan-negatif-belajar-bahasa-inggris-untuk-anak-usia-dini/ diakses pada tanggal 16 Desember 2016