Sabtu, 21 Januari 2017

Makalah Ketentuan Usia yang Layak Untuk Belajar Bahasa Asing

MAKALAH
Ketentuan Usia yang Layak Untuk Belajar Bahasa Asing/
 السن الملائمة لتعلم اللغات الأجنبي
Mata Kuliah: Psikologi Belajar Bahasa

KATA PENGANTAR
           
Alhamdulillah dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat taufik dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Usia yang Sesuai Untuk Belajar Bahasa Asing (السن الملائمة لتعلم اللغات الأجنبية ) dengan baik dan lancar. Shalawat serta Salam semoga tetap tercurah untuk junjungan Nabi Muhammad SAW. beserta keluarga dan Para Sahabatnya hingga akhir zaman.
Penulis mengharapkan makalah ini nanti dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk mengetahui, memahami dan mempelajari tentang kapan dan bagaimana waktu yang sesuai untuk pembelajaran bahasa asing bagi anak. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan bantuan Dosen dan rekan-rekan mahasiswa.
Meskipun demikian kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu penulis mengharapkan kritik maupun saran yang sifatnya membangun demi kemajuan makalah yang akan datang.

Tangerang, 2016

                                                                                                                                                 Penulis 


 
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................           i
DAFTAR ISI..................................................................................................          ii
BAB I. PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang Masalah........................................................................1
B.   Rumusan Masalah..................................................................................           2
      C.   TujuanPenulisan....................................................................................           2
BAB II. PEMBAHASAN
A.   Pengertian Belajar Bahasa Asing......................................................           3      
B.  Usia yang Layak untuk Belajar Bahasa Asing.......................................          3
C.   Faktor yang Mempengaruhi Belajar Bahasa Asing...............................           8
A.  Kesimpulan.............................................................................................. 13         11
B.  Saran......................................................................................................          11
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................          12

A.    Latar Belakang
Setiap anak manusia pada dasarnya mempunyai kemampuan untuk menguasai setiap bahasa, walaupun dalam kadar dan dorongan yang berbeda. Adapun diantara perbedaan-perbedaan tersebut adalah tujuan-tujuan pengajaran yang ingin dicapai, kemampuan dasar yang dimiliki, motivasi yang ada di dalam diri dan minat serta ketekunannya. Karena itu pengajaran bahasa asing, semisal Bahasa Arab, harus dijalani sesuai dengan tuntutan pembelajaran anak. Dan untuk dapat berbuat demikian, diperlukan seorang guru yang benar-benar kompeten dalam pembelajaran Bahasa Arab untuk anak-anak.[1]
Simpulan dari semua studi, umumnya menyatakan bahwa dalam belajar bahasa anak-anak lebih baik daripada orang dewasa dalam semua hal, terutama berkenaan dengan pencapaian hasil akhir. Anak-anak kelihatan sangat luas dan mudah dalam memperoleh bahasa baru.
Waktu yang tepat untuk memulai belajar bahasa kedua di sekolah umum, sesuai dengan tuntutan psikologi anak adalah umur 6-10 tahun. Untuk belajar bahasa secara alamiah di lingkungan penutur asli dapat terjadi hanya selama priode kritis untuk pemerolehan bahasa, yaitu umur dua tahun dan masa pubertas. Sebelum umur dua tahun, belajar bahasa tidak mungkin dilakukan karena kurangnya kedewasaan otak, sedangkan pada masa pubertas laterisasi fungsi bahasa ke dalam bagian otak yang disebut hamisfer dominan telah selesai. Hal ini mengakibatkan hilangnya kelenturan serebral otak yang diperlukan untuk belajar bahasa. Oleh karena itu setelah masa pubertas bahasa harus diajarkan dan dipelajari melalui usaha sadar dan keras dan dalam situasi yang harus diciptakan.[2]
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan belajar bahasa Asing?
2.      Apa saja hal-hal yang berkaitan dengan kemampuan belajar bahasa pada anak?
3.      Kapankah usia yang layak untuk belajar bahasa Asing?
4.      Apa saja faktor yang mempengaruhi belajar bahasa Asing?
5.      Apa saja dampak positif dan negatif belajar bahasa Asing di usia dini?

C.    Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui pengertian belajar bahasa Asing.
2.      Mengetahui beberapa hal yang berkaitan dengan kemampuan belajar bahasa pada anak.
3.      Mengetahui usia yang layak untuk belajar bahasa Asing.
4.      Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi belajar bahasa Asing.
5.      Mengetahui dampak positif dan negatif belajar bahasa Asing di usia dini



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Belajar Bahasa Asing
Seperti yang kita ketahui bahwa biasanya seorang anak akan mempelajari bahasa yang pertama (first language), yaitu bahasa ibu. Anak Indonesia biasanya menguasai Bahasa Indonesia atau bahasa daerah sebagai bahasa yang pertama, oleh karena itu kita perlu membedakan istilah bahasa pertama (asli, ibu, utama/first language) yang terwujud bahasa daerah tertentu. Bahasa kedua (second language) yang terwujud Bahasa Indonesia dan bahasa Asing.
Maksud dari belajar bahasa kedua yaitu bahasa Asing adalah proses dimana seseorang mengakusisi sebuah bahasa lain setelah lebih dahulu menguasai sampai batas tertentu bahasa pertamanya. Berdasarkan pengalaman, diketahui bahwa belajar bahasa kedua termasuk sukar, baik bahasa yang digunakan secara umum dalam masyarakat luas maupun bahasa yang hanya dipakai oleh orang asing.
B. Beberapa Hal yang Berkaitan dengan Kemampuan Belajar Bahasa Pada Anak
             Dalam era globalisasi seperti saat ini rasanya wajar kalau sebagian orang tua beranggapan bahwa belajar bahasa Asing mutlak diperlukan. Semakin cepat semakin baik. Para orangtua bersemangat menyekolahkan anak-anak mereka ke sekolah-sekolah yang berbasis internasional. Untuk mengetahui sebetulnya berapa usia terbaik atau paling optimum untuk seorang anak mempelajari bahasa kedua, kita harus memperhatikan beberapa hal yang berkaitan dengan kemampuan belajar bahasa pada anak yaitu sebagai berikut[3]:
a)      Belajar bahasa merupakan proses alamiah seorang anak
           Dalam milestones perkembangan seorang bayi mulai mengeluarkan 700 jenis bunyi atau babbling (mengoceh) pada usia 6 bulan. Ia dapat menyerap hingga 2000 kosakata dari lingkungannya saat usia 4 tahun (Kotulak, 1996).
b)      Proses belajar bahasa pada Periode Kritis (Crittical Period)
            Berdasarkan hipotesis periode kritis, seorang anak memiliki periode waktu dimana ia memiliki puncak skill mempelajari bahasa kedua. Peneliti menyebutkan periode ini berlangsung pada 3 tahun pertama kehidupan dan berakhir pada usia 6-7 tahun. Hal ini dihubungkan dengan perkembangan fungsi otak yang plastis pada periode ini.
              Setiap anak yang sehat terlahir dengan 100 milyar sel otak, dan masing-masing sel dapat membuat 20.000 koneksi. Seberapa banyak sel membuat koneksi tergantung pada stimulasi lingkungannya (Diamond, 1988; Ornstein, 1984, 1986). 50% kemampuan belajar akan terbentuk dalam usia satu tahun pertama dan 30 persen selanjutnya terbentuk sampai sekitar usia 8 tahun. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa dalam tahun-tahun pertama kehidupan seorang anak akan membentuk jaras belajar (learning pathways) yang penting di dalam otak (Bloom, 1964). Teori ini dapat dibuktikan di sekolah Swedia yang merupakan salah satu negara multilingual dimana dapat dijumpai anak-anak usia 3 tahun dapat berbicara 3 bahasa dengan fasih (Dryden & Vos, 1997).

             Peneliti lain berpendapat bahwa periode kritis ini berlangsung hingga usia pubertas, dan inilah periode terbaik untuk belajar bahasa kedua. Hingga usia 12 tahun otak bagaikan spons super yang dapat menyerap segala sesuatu. Selain itu, dalam periode ini akan terbentuk fondasi berpikir, berbahasa, penglihatan, attitude, aptitude dan karakter lain. Setelah melewati tahap ini maka periode kritis akan berhenti dan arsitektur fundamental otak telah sempurna terbentuk (Kotulak, 1996).
    Penelitian  juga menunjukkan bahwa anak-anak yang mempelajari lebih dari satu bahasa akan lebih kreatif, menunjukkan kemampuan lebih baik dalam menyelesaikan permasalahan kompleks dan memiliki nilai yang lebih baik dalam ujian. Sekali seorang anak menguasai bahasa kedua, maka akan lebih mudah untuk memahami struktur bahasa selanjutnya. Secara personal anak akan lebih percaya diri dapat berkomunikasi dengan orang asing.
C. Usia yang Layak untuk Belajar Bahasa Asing
Pembelajaran Bahasa Arab untuk anak-anak yang dimaksud dalam tulisan ini adalah pembelajaran Bahasa Arab sebagai bahasa Asing, bukan sebagai bahasa ibu. Artinya sebagai bahasa tambahan yang dipelajari oleh seseorang diluar bahasa asli yang menjadi bahasa komunikasinya sehari-hari.[4] Dan yang dimaksud dengan anak-anak adalah mereka yang berusia antara 6 sampai 12 tahun, yaitu sampai mereka mencapai penghujung “Masa Sekolah Bahasa Ibu”. Masa sekolah bahasa ibu adalah istilah bagi masa-masa perkembangan manusia berdasarkan tingkat sekolah yang diduduki anak itu sesuai dengan tingkat usia dan menurut bahasa yang dipelajarinya di sekolah.
Di antara berbagai faktor yang mempengaruhi kesiapan siswa mempelajari bahasa Asing adalah faktor usia. Terkait dengan faktor usia ini, yang pasti disepakati oleh banyak pihak adalah tingkat kematangan berbahasa anak yang diidentikkan dengan tingkat usia mempunyai pengaruh besar terhadap penguasaan bahasa asing. Lalu apakah anak-anak dianggap telah siap untuk mempelajari bahasa asing? Ada yang beranggapan mereka sudah siap bahkan semakin muda usia semakin mudah anak belajar bahasa asing dibandingkan orang dewasa. Ada pula yang berpendapat, belajar bahasa asing sejak dini bukan jaminan keberhasilan.
Beberapa alasan yang diajukan oleh orang-orang yang menolak pembelajaran bahasa asing untuk anak-anak diantaranya dikatakan dalam bukunya doktor ali muhammad alqosimi banyak ditemukan buku dan artikel yang tidak percaya tentang hal memasukkan bahasa asing ke dalam materi pembelajaran bagi pemula, alasan ini berdasarkan psikologi dan kesiapan anak,orang dewasa lebih mampu mempelajari bahasa asing,  pelajaran bahasa asing menyulitkan anak-anak, mempelajari bahasa asing dapat menghalangi anak-anak menguasai bahasa ibunya dengan baik, dan dualisme bahasa dapat menghalangi pertumbuhan kognisi dan efeksi anak-anak.[5]
Dari segi kognitif, orang dewasa cenderung lebih sempurna dalam menguasai kaidah ekplisit, yaitu tatabahasa. Namun dari segi afektif, yaitu sikap dan sifat pribadi yang mendukung proses belajar bahasa kedua, orang tua cenderung kurang dibandingkan anak-anak. Hal ini dilaporkan oleh hasil penelitian Taylor pada tahun 1974 dan Schuman pada tahun 1975. Mereka melaporkan bahwa anak-anak mempunyai kapasitas pribadi yang lebih besar daripada orang dewasa. Anak-anak belum memiliki hambatan-hambatan psikologis tentang identitas diri, yaitu misalnya rasa takut salah dalam menggunakan bahasa kedua. Mereka tidak terhalangi dalam belajar bahasa kedua dengan sikap negative terhadap penutur bahasa itu dan anak-anak pada umumnya mempunyai dorongan yang kuat untuk belajar bahasa. Ini berarti bahwa anak-anak menghadapi tugas belajarnya sebagi tugas yang ringan.
Namun sebaliknya, seperti telah dikemukakan, orang dewasa mempunyai beberapa keuntungan kognitif yang lebih baik daripada anak-anak, terutama bila bahasa kedua dipelajari dalam situasi kelas dengan banyak penekanan pada kaidah bahasa. Orang dewasa mempunyai kapasitas ingatan yang lebih besar, cara berpikir yang lebih dewasa, sehingga hal inipun menjadi pendorong belajar yang kuat. Terutama sekali bila tujuan belajar berbahasa itu bersifat instrumental, yaitu bahasa sebagai alat. Misalnya, belajar bahasa untuk tujuan perjalanan jauh ke luar negeri.
 Sedangkan doctor qousi, seorang spesialis psikologi pendidikan menyatakan bahwa pembelajaran bahasa asing pada usia dini itu lebih baik, dan bahasa asing itu tidak akan berdampak negative bagi pengetahuannya tentang bahasa ibu mereka. Bandingkan dengan alasan-alasan para pendukung pengajaran bahasa asing untuk anak-anak berikut ini, yaitu :
1.      Semakin hari kebutuhan akan penguasaan bahasa asing semakin meningkat, karenanya harus dipersiapkan sejak dini.
2.      Secara sosial banyak masyarakat yang menggunakan dua atau lebih bahasa untuk komunikasi sehari-hari mereka, ada juga beberapa Negara yang memiliki lebih dari satu bahasa resmi.
3.      Dari sudut pandang pendidikan, mengajarkan bahasa asing kepada anak-anak sejak dini berarti membekali mereka dengan wawasan hidup yang mengglobal.
4.      Anak-anak mempunyai kemampuan yang luar biasa untuk belajar banyak bahasa, diantaranya kemampuan mereka untuk meniru bunyi-bunyi bahasa yang tidak dimiliki orang dewasa.
5.      Berdasarkan penelitian terhadap perkembangan saraf-saraf otak manusia menunjukkan bahwa pada masa anak-anak kondisinya fleksibel sehingga gampang untuk diperkenalkan dengan beberapa bahasa.
6.      Perkembangan bahasa manusia bukan lahir begitu saja (garaziy/instinctive), tetapi harus dibiasakan.
7.      Karena bahasa adalah kebiasaan maka membiasakan anak-anak untuk berbahasa dengan beberapa bahasa sekaligus sejak dini lebih gampang dari pada ketika mereka sudah dewasa dimana kebiasaan berbahasanya sudah mapan dengan suatu bahasa tertentu dan susah diubah atau diperbaiki.
8.      Pengalaman beberapa Negara (seperti Amerika, Prancis, dan Jerman) dalam mengajarkan bahasa asing untuk anak-anak menunjukkan hasil yang menggembirakan.
Ditegaskan lagi bahwa yang dimaksud dengan anak-anak dalam makalah ini adalah mereka yang berada pada usia antara 6 sampai 12 tahun, secara normal mereka adalah sedang belajar di kelas 1 - 6 Madrasah Ibtida’iyah/Sekolah Dasar. Usia 6 sampai 12 tahun merupakan masa emas atau paling ideal untuk belajar bahasa selain bahasa ibu. Alasannya, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, otak anak masih elastis dan lentur, sehingga proses penyerapan bahasa lebih mulus. Lagi pula daya penyerapan bahasa pada anak berfungsi secara otomatis. Sebaliknya, sebelum anak-anak mencapai usia 6 tahun sebaiknya kita harus mengambil sikap menahan diri. Dan yang lebih penting adalah hendaknya pengajaran bahasa Arab atau bahasa asing lainnya tidak dipaksakan kepada anak-anak dan dengan memperhatikan kebutuhan dan perkembangan mereka.
Para orang tua dan guru dianjurkan agar tidak memaksakan anak-anak (murid) mereka yang masih dibawah lima tahun untuk belajar bahasa asing selain bahasa ibunya. Karena, hal itu dapat menganggu perkembangan kecerdasan emosi, intelektual, serta motorik si anak. Kalau dipaksakan bisa terhambat, dan tumbuh hanya dengan perintah. Sebaiknya orang tua jangan memaksakan obsesinya kepada anak-anaknya. Dalam usia balita, anak pun belum membutuhkan kemampuan berbahasa asing. Anak-anak cukup mengetahui adanya bahasa asing, tetapi tidak harus mempelajarinya. Meskipun dikatakan otak anak bersifat plastis dan mudah mempelajari banyak hal, beberapa ahli merekomendasikan untuk memberi waktu yang cukup bagi seorang anak untuk secara penuh menguasai satu bahasa sebelum memperkenalkan bahasa yang kedua, ketiga dan seterusnya supaya mereka tidak melalui masa kebingungan untuk mengekspresikan sesuatu.
Ditambah lagi bahwa dalam bahasa terkandung makna-makna moral yang perlu diketahui oleh anak. Sehingga, ketika anak belajar bahasa ibu, ia mengetahui nilai moral maupun budaya dibalik kata-kata yang diucapkannya. Adapun bahasa asing memiliki pendekatan budaya yang berbeda dari bahasa ibu. Sehingga, bahasa asing sebaiknya dikenalkan kepada anak sebatas sebagai pengetahuan saja. Bila anak-anak yang dipaksakan belajar bahasa asing, dikhawatirkan dapat menganggu pertumbuhan kejiwaannya. Apalagi bila tidak ditanamkan nilai-nilai dasar yang memadai. Bahasa itu simbol. Jadi sebelum si anak memahami betul bahasa ibunya maka orangtua jangan memaksakan anak untuk belajar bahasa asing.
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar Bahasa Asing
1.      Faktor Usia
Faktor usia memberikan pengaruh berbeda pada fungsi otak dalam menyerap bahasa kedua. Sejumlah penelitian membuktikan anak-anak lebih mudah menyerap bahasa kedua karena memiliki daya plastisitas otak yang baik; di mana mereka mampu menyesuaikan perbedaan bahasa dengan cepat. Namun, penelitian lainnya menyebutkan bahwa orang dewasa mampu menyerap pelajaran bahasa asing lebih cepat dikarenakan kapasitas pembelajaran, termasuk daya hafal kosakata yang lebih banyak. Selain itu orang dewasa juga memiliki daya analisis yang kuat terhadap tata bahasa asing.[6]
hasil penelitan mengenai faktor usia dalam pembelajaran bahasa kedua menunjukkan hal berikut.
1)      Dalam hal urutan pemerolehan tampaknya faktor usia tidak terlalu berperan sebab urutan pemerolehan oleh anak-anak dan orang dewasa sama saja (Fathman, 1975; Duly, Burt, dan Kreshen, 1982).
2)      Dalam hal kecepatan dan keberhasilan belajar bahasa kedua, dapat disimpulkan:
a)      Anak-anak lebih berhasil daripada orang dewasa dalam pemerolehan system fonologi atau pelafalan, bahkan banyak diantara mereka yang mencapai pelafalan seperti penutur asli;
b)      Orang dewasa tampaknya maju lebih cepat dari pada kanak-kanak dalam bidang morfologi dan sintaksis, paling tidak pada pemulaan masa belajar;
c)      kanak-kanak lebih berhasil dari pada orang dewasa, tetapi tidak selalu lebih cepat (‘Oyama, 1976; Dulay, Burt, dan Krashen, 1982; Asher dan Gracia, 1969).[7]

Dari hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa faktor umur yang tidak dipisahkan dari faktor lain adalah faktor yang berpengaruh dalam pembelajaran bahasa kedua. Perbedaan umur mempengaruhi kecepatan dan keberhasilan belajar bahasa kedua pada aspek fonologi, morfologi dan sintaksis tetapi tidak berpengaruh dalam pemerolehan urutannya

2.      Jenis Kelamin
Perbedaan dalam jenis kelamin berhubungan dengan kadar hormon pada masing-masing jenis kelamin. Kimura menemukan tingkat hormon androgen yang tinggi berhubungan dengan kemampuan automasi yang lebih baik, dan hormon estrogen dengan kemampuan semantik/interpretif yang lebih baik. Selain itu, ia juga menemukan bahwa wanita pada masa menstruasi cenderung memiliki kemampuan artikulasi dan motoris yang lebih baik.

3.      Motivasi
Di dalam otak manusia terdapat area spesifik yang menerima stimulus dari dorongan diri atau disebut motivasi. Dan stimulus tersebut memberikan pesan kepada otak untuk menentukan strategi belajar dan jumlah usaha yang dikeluarkan. Jenis motivasi ada dua: motivasi integratif dan instrumental.[8]                Motivasi integratif adalah motivasi yang berdasarkan keinginan untuk bersosialisasi atau berpartisipasi dengan komunitas yang menggunakan bahasa tersebut. Motivasi instrumental adalah motivasi yang didasari atas kepentingan praktis semata seperti mendapatkan pekerjaan, mendapatkan beasiswa ke luar negeri, akses informasi, dan lain-lain.
E. Dampak Positif dan Negatif Belajar Bahasa Asing di Usia Dini
Sebagai orang tua, kita harus mengetahui tentang efek positif dan negatif pembelajaran bahasa Asing di usia dini. sebagaimana perubahan dinamika pendidikan, guru dan orang tua modern seakan memiliki tantangan untuk mengajarkan bahasa asing kepada anak.[9]
a)      Dampak Positif
    Otak anak-anak bagaikan botol yang masih kosong, belum terisi oleh apapun. Jika kita isi dengan pelajaran-pelajaran berbahasa Asing, maka daya serap mereka sangatlah tinggi. Dengan daya pikir seperti itu, anak-anak cenderung lebih mudah mempelajari bahasa Asing. Apalagi, jika anak itu menyenangi pelajaran bahasa yang kita beri, pastinya anak-anak lebih cepat menguasai tersebut.
Anak-anak pada usia balita cenderung mengikuti hal-hal yang mereka sukai. Misalnya saja, pada saat ini sudah banyak acara-acara tv yang mengajarkan bahasa Asing.
          Dengan banyaknya pendapat dari para ahli tentang pembelajaran bahasa pada anak-anak, membuktikan bahwa mengajarkan behasa Asing pada anak-anak lebih mudah daripada mengajarkanya kepada orang dewasa. Meskipun, dalam belajarnya anak—anak lebih suka bermain daripada belajar. Namun, Kita dapat mengajarkan bahasa Asing dengan cara yang mereka sukai. Karena, anak-anak cenderung mengikuti apa-apa yang mereka lihat dan dengar.
          Terlihat bahwa mengajarkan bahasa Asing kepada anak-anak lebih mudah dikuasai daripada mengajarkannya kepada orang dewasa. Maka tidak salah bagi kita jika mengajarkan bahsa Asing kepada anak-anak dari sekarang. Karena pada usia anak-anak mereka cenderung lebih menguasai dan ingin selalu melakukan hal-hal yang mereka suka.

a)      Dampak Negatif
1)   Kemunduran Bahasa
        Belajar bahasa baru menempatkan beban kognitif ekstra pada anak-anak. Belajar beberapa bahasa secara bersamaan membatasi jumlah kata yang dapat anak pelajari dalam waktu yang telah ditentukan. Misalnya, balita memiliki kapasitas kognitif untuk belajar sekitar 20 kata-kata baru sebulan. Ketika masukan bahasa balita datang dalam bentuk dua bahasa, dia hanya bisa belajar 10 kata dalam bahasa aslinya dan 10 kata lain dalam bahasa asing. Hal ini beresiko membuat anak tidak dapat tumbuh sesuai dengan tonggak perkembangan bahasanya
2)   Perbedaan budaya
ketika anak-anak belajar bahasa asing, penalaran cenderung berasal dari keinginan orang tua. Beberapa orang tua ingin anak-anak mereka mempersiapkan anak-anak mereka untuk kesempatan masa depan. Namun, pengenalan bahasa asing di usia dini dapat mengenalkan anak Anda untuk mendapatkan rasa dari budaya asing. Hal ini dapat mengakibatkan kebingungan budaya di beberapa kasus, terutama ketika seorang anak dari latar belakang multi-etnis. Hal ini dapat menyebabkan dia mempertanyakan identitasnya, terutama di masa remaja ketika identitas diri menjadi penting dan sangat terkait dengan lingkaran sosial.
3)   Hambatan Penguasaan
Masalah lain yang bisa timbul pada anak yang mempelajari bahasa asing adalah ketidakmampuan untuk benar-benar menguasai bahasa baru. Menurut Hoff, area di otak yang didedikasikan untuk bahasa memiliki cut-off point untuk menerima suara baru. Untuk alasan ini, anak-anak yang mulai belajar bahasa ibu di tahun kemudian akan selalu memiliki aksen yang asing, yang dapat menyebabkan kesalahpahaman dan menghambat peluang masa depan dalam menggunakan bahasa yang profesional
4)   Kesulitan
         Belajar bahasa asing sangat menantang. Banyak bahasa memiliki sistem yang berbeda dari mulai tata bahasa, penggunaan huruf yang sama sekali berbeda, dan cara membaca yang berbeda. Dan tentu saja, ribuan kosakata baru untuk dipelajari.
5)   Melupakan yang Dipelajari
        Menguasai bahasa asing juga akan membutuhkan belajar dan usaha di luar kelas. Bahasa asing dengan mudah dilupakan jika tidak dipraktekkan. Salah satu masalah adalah bahwa anak-anak ini tidak memiliki kesempatan untuk meningkatkan keterampilan. Mengingat waktu yang terbatas di kelas, misalnya, dan kecepatan guru mengajar, kita bisa menganggap akan sangat mudah bagi siswa untuk melupakan yang mereka pelajari.

.
   
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dalam era globalisasi seperti saat ini sebagian orang tua beranggapan bahwa belajar bahasa Asing mutlak diperlukan. Namun bagi Para orang tua dan guru dianjurkan agar tidak memaksakan anak-anak (murid) mereka yang masih dibawah lima tahun untuk belajar bahasa asing selain bahasa ibunya sampai mereka mencapai penghujung “Masa Sekolah Bahasa Ibu”. yaitu sampai mereka berumur antara 6-7 hingga 12 tahun, Karena, hal itu dapat menganggu perkembangan kecerdasan emosi, intelektual, serta motorik si anak. Kalau dipaksakan bisa terhambat, dan tumbuh hanya dengan perintah. Dalam usia balita, anak pun belum membutuhkan kemampuan berbahasa asing. Anak-anak cukup mengetahui adanya bahasa asing, tetapi tidak harus mempelajarinya.

B.     Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kami menyarankan kepada teman-teman sesama mahasiswa untuk mencari informasi lain sebagai tambahan dari apa yang telah kami uraikan di atas.




DAFTAR PUSTAKA
Fachrurrozi Azis dan Erta Mahyudin.2011.Teknik Pembelajaran Bahasa Arab.
Lembaga Bahasa Yassarna YBMQ: Jakarta.
Skandaswassid dan Dadang Sunendar.2011.Strategi Pembelajaran Bahasa.
PT.Remaja Rosdakarya: Bandung.
Yusuf Syamsu.2009.Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.PT. Remaja
Rosdakarya: Bandung.







[1]Aziz Fachrurrozi dan Erta Mahyudin, Teknik Pembelajaran Bahasa Arab, (Jakarta: Lembaga Bahasa Yassarna YBMQ, 2011), hlm.106.
[2]Skandaswassid dan Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya,2011), hal.118.
[4]Aziz Fachrurrozi dan Erta Mahyudin, Op. Cit., hlm.60.
[6]Syamsu yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya,2009),hlm. 252.
[8]Syamsu yusuf, op.cit.,hlm.251.



Bahasa Arab

MAKALAH HIPOTESIS DAN ASUMSI

  MAKALAH Mata Kuliah: Metodologi Penelitian Bahasa Arab dan Sastra Arab HIPOTESIS DAN ASUMSI   BAB I PENDAHULUAN     A. Lat...