MAKALAH
Mata Kuliah: Metodologi Penelitian Bahasa Arab dan Sastra Arab
HIPOTESIS DAN ASUMSI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam suatu penelitian, peneliti biasanya menyatakan suatu harapan yang ingin diperoleh melalui penelitiannya. Harapan yang menyatakan ramalan atau prediksi hasil yang diperoleh melalui penelitian itulah dikatakan sebagai hipotesis. Secara umum, hipotesis dapat didefinisikan sebagai suatu pernyataan yang berisi prediksi( yang mungkin terjadi) berkenaan dengan hasil penelitian. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui sesuatu yang pada tingkat tertentu dipercaya sebagai sesuatu yang benar. Ia bertitik tolak dari pernyataan yang disusun dalam bentuk masalah penelitian.
Hipotesis adalah suatu keadaan atau peristiwa yang diharapkan dan menyangkut hubungan variabel-variabel penelitian. Hipotesis selalu diungkapkan dalam bentuk kalimat pernyataan. Hipotesis memungkinkan kita menghubungkan teori dengan pengamatan, atau pengamatan dengan teori.
Asumsi (musallamat) merupakan salah satu langkah yang perlu ditempuh oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian. Asumsi ini dirumuskan setelah peneliti mengidentifikasi masalah yang akan diteliti. Asusmsi adalah anggapan dasar suatu hal dijadikan pijakan berpikir dan bertindak dalam melaksanakan penelitian ( Universitas Negri Malang, 2003 ). Menurut Ubaidat, et all (1987) dan Huda (1988), Asumsi adalah hal-hal yang dianggap benar yang tidak perlu dibuktikan dan yang melandasi penelitian.misalnya, kita bermaksud meneliti tentang sikap siswa SMA terhadap pembelajaran bahasa Arab, maka asumsi yang perlu dibangun dalam penelitian ini adalah bahwa sikap siswa terhadap pembelajaran Bahasa Arab dapat diukur . Rumusan asumsi seperti ini memberikan suatu dasar pikiran yang apat memperkuat bahwa penelitian tentang suatu sikapatau motovasi itu dapat dilaksanakan , sehingga tidak timbul suatu keraguan atau tanda tanya apakah sikap atau motivasi seseorag dapat diteliti. Meskipun demikian asumsi dalam suatu penelitian tidak harus selalu ada (Universitas Negri Malang, 2003).
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pengrtian hipotesis dan Asumsi?
2. Apa sajakah macam-macam hipotesis dan Asumsi?
3. Apa kegunaan hipotesis?
4. Apa sajakah manfaat dari penelitian asumsi?
C. Tujuan Pembahasan
1. Agar kita memahami apa pengertian dari Hipotesis dan Asumsi.
2. Agar kita mengetahui apa saja macam-macam Hipotesis dan Asumsi.
3. Agar kita memahami apa saja manfaat dari penelitian Asumsi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hipotesis
1. Hakikat Hipotesis
Hipotesis adalah suatu keadaan , atau peristiwa yang diharapkan dan menyangkut hubungan variabel –variabel penelitian. Jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya. menurut Sutrisno Hadi Hipotesis adalah tentang pemecahan masalah. Secara umum hipotesa atau hipotesis merupakan dugaan atau anggapan yang diungkap berdasarkan teori-teori yang dipelajari untuk menyelesaikan suatu masalah. Dugaan atau anggapan awal sering disebut hipotesis nol atau hipotesis awal. Sedangkan dugaan atau anggapan yang diperlukan untuk menyanggah dugaan awal disebut hipotesis alternatif. Kebenaran dari suatu hipotesis masih perlu diuji melalui beberapa pengujian. Apakah faktor-faktor yang disebutkan dalam penelitian mampu untuk membuktikan kebenaran dari suatu hipotesis.
Namun secara bahasa, hipotesis berasal dari bahasa Yunani, yaitu hypo (belum tentu besar ), dan tesis (kesimpulan). Menurut Sekaran ( 2005 ), mendefinisikan hipotesis sebagai hubungan yang diperkirakan secara logis, diantara dua, atau lebih variabel yang diungkap dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji.[1] Hipotesis merupakan jawaban sementara atas pernyataan penelitian. Dari keterangan tersebut dapat disimpulkan mengenai definisi hipotesis secara bahasa adalah suatu pernyataan ilmiah yang digunakan dalam rangka kegiatan ilmiah yang sesuai dengan kaidah-kaidah penelitian dimana kebenarannya masih belum terbukti atau dikatakan masih perlu diuji kebenarannya. Dari keterangan tersebut dapat disimpulkan mengenai definisi hipotesis secara bahasa adalah suatu pernyataan ilmiah yang digunakan dalam rangka kegiatan ilmiah yang sesuai dengan kaidah-kaidah penelitian dimana kebenarannya masih belum terbukti atau dikatakan masih perlu diuji kebenarannya.
2. Kegunaan Hipotesis
Ada beberapa Kegunaan yang terdapat dari hipotesis antara lain:
a. Hipotesis memberikan penjelasan sementara tentang gejala-gejala serta memudahkan perluasan pengetahuan dalam suatu bidang.
b. Hipotesis memberikan suatu pernyataan hubungan yang langsung dapat diuji dalam penelitian.
c. Hipotesis memberikan arah kepada penelitian.
d. Hipotesis memberikan kerangka untuk melaporkan kesimpulan penyelidikan
3. Macam-macam Hipotesis
a. Hipotesis Deskriptif
Hipotesis deskriptif, merupakan dugaan terhadap nilai satu variabel dalam satu sampel walaupun di dalamnya bisa terdapat beberapa kategori.
b. Hipotesis Korelasional/hubungan
Hipotesis korelasional adalah hipotesis yang berisi pernyataan tentang hubungan antara dua atau lebih variabel. Jika pola hubungan antara dua atau lebih variabel bersifat kausal (sebab-akibat) , maka hipotesisnya disebut hipotesis kausalitas
c. Hipotesis asosiasi
Pengukurana asosiasi merupakan istilah umum yang mengacu pada sekelompok teknik dalam statistik bivariat yang digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel
4. Ciri-ciri Hipotesis
Suatu hipotesis dapat diuji apabila hipotesis tersebut dirumuskan dengan benar. Kegagalan merumuskan hipotesis akan mengaburkan atau membiaskan hasil penelitian. Meskipun hipotesis telah memenuhi syarat secara proporsional, jika hipotesis tersebut masih abstrak bukan saja membingungkan prosedur penelitian, melainkan juga sukar diuji secara nyata.[2]
Untuk dapat memformulasikan hipotesis yang baik dan benar, sedikitnya harus memiliki beberapa ciri-ciri pokok, yakni:
1. Hipotesis harus mempunyai daya penjelasan.
2. Hipoteis dinyatakan dalam bentuk ungkapan kalimat pernyataaan (deklaratif).
3. Hipotesis harus konsistensi dengan pengetahuan yang sudah ada.
4. Hipotesis dirumuskan dengan kalimat sederhana.
Bagaimana cara orang merumuskan hipotesis itu tidak ada aturan umumnya, namun dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut :
a. Hipotesis hendaklah menyatakan perdaulatan antara dua variabel , atau lebih.
b. Hipotesis hendaklah dinyatakan dalam kalimat deklaratif atau pernyataan.
c. Hipotesis hendaklah dirumuskan secara jelas dan padat.
d. Hipotesis hendaklah dapat diuji. Artinya, hendaklah orang-orang mengumpulkan data guna menguji kebenaran hipoteis tersebut.
5. Kiat Menggali Hipotesis
Didasarkan pada paparan di atas, maka tentu saja merumuskan hipotesis bukan pekerjaan mudah bagi peneliti pemula. Oleh karena itu seorang peneliti dituntut untuk dapat menggali sumber-sumber hipotesis.
Untuk itu dipersyaratkan bagi peneliti harus:
1. Memiliki banyak informasi tentang masalah yang akan dipecahkan dengan cara banyak membaca literatur yang ada hubungannya dengan penelitian yang sedang dilaksanakan.
2. Memiliki kemampuan untuk memeriksa keterangan tentang tempat, objek, dan hal-hal yang berhubungan satu sama lain dalam fenomena yang sedang diselidiki.
3. Memiliki kemampuan untuk menghubungkan suatu keadaan dengan keadaan yang lain yang sesuai dengan kerangka teori dan bidang ilmu yang bersangkutan.
Dari beberapa pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa penggalian sumber-sumber hipotesis dapat berasal dari:
1. Ilmu pengetahuan dan pengertian yang mendalam yang berkaitan dengan fenomena.
2. Wawasan dan pengertian yang mendalam tentang suatu fenomena.
3. Materi bacaan dan literatur yang valid.
4. Pengalaman individu sebagai suatu reaksi terhadap fenomena.
5. Data empiris yang tersedia.
6. Analogi atau kesamaan dan adakalanya menggunakan imajinasi yang berdasar pada fenomena.
Hambatan atau kesulitan dalam merumuskan hipotesis lebih banyak disebabkan karena hal-hal:
1. Tidak adanya kerangka teori atau tidak ada pengetahuan tentang kerangka teori yang jelas.
2. Kurangnya kemampuan peneliti untuk menggunakan kerangka teori yang ada.
3. Belum memahami atau belum memiliki pengetahuan tentang teknik-teknik penelitian yang ada untuk merumuskan kata-kata dalam membuat hipotesis secara benar.
6. Penerimaan Dan Penolakan Hipotesis
Hasil uji hipotesis pada analisis statistika, biasanya akan jatuh pada dua kemungkinan, yaitu menolak atau menerima.
Suatu uji hipotesisi diktaakan menolak, jika dri uji statistika yang dilakukan , peneliti memperoleh hasil akhirbahwa hipotesis nihil uang dijatuhkan olehsi peneliti ditolak pada derajat signitif tertentu. Hasil uji statistik ini dengan kkata lain dapat diartikn bahwa adanya perbedaan hasil variabel yang terjadi bukan disebabkan oleh suau kebetulam, atau “by accident”, tetapi memamng didukung dengan data yang ada dilapangan.interpretasi uji hipotesis dapat pula diartikan dengan melihat sisi lain yang diajukan peneliti, yaitu hipotesis pendamping. Hasil testing statistika menunjukan bahwa hipotesis riset yang telah ada didukung atau diterima sebagai hal yang benar.
Suatu hipotesis nihil dikatakan diterima, jika hipotesisi nihil yang diturunkan dari hasil kesimpulan kajian teoritis tidak ditolak aau diterima. Jika ternyata tes statistika menerima hipotesiss nihil, hal ini bahwa perbedaan yang dihasilkan dari proses hasil kajian pustaka, hanyalah disebabkan oleh suatu kebetulan saja , atau oleh oleh adanya kesalahan yang tidak disengaja waktu mengambil data dilapangan.
Atau dari hasil uji testing hipotesis diperoleh kesimpulan bahwa , hipotesis riset yang telah diajukan oleh si peneliti sebagai hipotesis pendamping, di tolah atau tidak didukung oleh informasi yang ada.
Ada satu pertanyaan yang sering muncul dalam menentukan ditolak atau diterimanya hipotesis nihil yang diajukan oleh peneliti muda. Pertanyaan praktis tersebut adalah haruskah seorang peneliti mengulang kembali uji tesnya , jika hipotesis nihil yang diajukan diterima ??.atau tidak sesuai dengan apa yang digambarkan dalam kerangka berpikir .jawabannya tegas, dalam hal ini bahwa para peneliti tidak harus kembali kelapangan untuk mencari datakembali, dan mereka tidak dianggap gagal dalam melakukan penelitian. Para peneliti dalam hal ini , langsung dapat mengamil kesimpulan atau menginterpretasi hasil analisisnya, berdasarkan kepada hasil uji testung yang telah dilakukan.
Yang perlu diperhatikan disini adalah proses uji testing tidak sama dengan proses membuktikan dalam ilmu matematika.Testing hipotesis tidak sama dengan mebuktikan. Dalam membuktikan rumus atau soal yang diajukan dalam matematika, seorang siswa harus mengulangi kembali, jika mereka belum bisa membuktikan formula yang diajukan. Sedangkan dalam uji hipotesis , peneliti dapat langsung memasukan pada dua kemungkinan yang ada, yaitu ditolak dan diterima.
B. Asumsi
1. Pengertian Asumsi
Asumsi (musallamat) merupakan salah satu langkah yang perlu ditempuh oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian. Asumsi ini dirumuskan setelah peneliti mengidentifikasi masalah yang akan diteliti. Asusmsi adalah anggapan dasar suatu hal dijadikan pijakan berpikir dan bertindak dalam melaksanakan penelitian ( Universitas Negri Malang, 2003 ). Menurut Ubaidat, et all (1987) dan Huda (1988), Asumsi adalah hal-hal yang dianggap benar yang tidak perlu dibuktikan dan yang melandasi penelitian.misalnya, kita bermaksud meneliti tentang sikap siswa SMA terhadap pembelajaran bahasa Arab, maka asumsi yang perlu dibangun dalam penelitian ini adalah bahwa sikap siswa terhadap pembelajaran Bahasa Arab dapat diukur. Rumusan asumsi seperti ini memberikan suatu dasar pikiran yang apat memperkuat bahwa penelitian tentang suatu sikapatau motovasi itu dapat dilaksanakan , sehingga tidak timbul suatu keraguan atau tanda tanya apakah sikap atau motivasi seseorag dapat diteliti. Meskipun demikian asumsi dalam suatu penelitian tidak harus selalu ada (Universitas Negri Malang, 2003).
Menurut Arikunto (1993), asumsi dapat juga disebut dengan anggapan dasar yang memiliki fungsi dasar. Fungsi yang dimaksud adalah :
A . Sebagai dasar berpijak yang kokoh. Bagi masalah yang sedang diteliti,
B . Untuk mempertegas variabel yang menjadi pusat perhatian.
C . Untuk menentukan dan merumuskan hipotesis.
Bagiman cara merumuskan asumsi atau dengan kata lain , dari sumber manakah asusmsi dapat diperoleh. Agar peneliti lebih mudah daalam merumuskan asumsi, maka dia dapat melakuakan hal- hal berikut yang disarankan oleh Arikunto (1993).
1. Banyak membAca buku, surat kabar, atau terbitan lain.
2. Banyak mendengar berita , ceramah, pembicaraan dengan orang lain.
3 .Mengadakan pendugaan ataumengabstraksi berdasarkan pembendaharaan pengetahuannya.
2. Jenis Asumsi
Asumsi dapat bersifat filosofis, subtantif, atau prosedural:
· Asumsi filosofis berhubungan dengan teori yang melandasi penelitian .
· Asumsi subtantif berhubungan dengan materi (daerah) penelitian
· Asumsi prosedural berhubungan dengan metodologi yang digunakan dalam penelitian Huda (1988). Selanjutnya Huda (1988). Mengaskan bahwa asumsi filosofis dan asumsi subtantif tidak begitu jelas bedanya.
Berikut ini contoh asumsi yang di kutip dari Huda (1988) :
v Asumsi Filosofis
“bahasa yang dipakai oleh orang yang belajat bahsa keduaberbeda dengan bahasa ibu, pembicaraan itu maupun bahsa target. Bahasa pembelajar mempunyai sistem tersendiri yang berbeda dengan bhasa ibu maupun bhasa target.”
v Asumsi Subtantif
“penelitian tentang pemerolehan morfem bisa memberikan informasi yang cukup tentang proses dan strategi yang dipakai dalam belajar bahasa kedua.
Hasil penelitian ini bisa digunakan untuk mengembangjan teori pemerolehan bhasa kedua.”
v Asumsi Prosedural
“metode silang ( cross- sectional)bisa menerangkan pemerolehan bahsa kedua.”
3. Manfaat Penelitian
Salah satu kriteria yang menggambarkan kualitas suatu penelitian adalah sejauh mana penelitian itu memberikan sumbangan yang berarti terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Untuk mengetahui hal ini , kita dapat mencermati manfaat apa yang dihasilkan oleh penelitian tersebut. Manfaat atau kegunaan penelitian itu tereksplisitkan dalam suatu usualan dan laporan peneliitian.
Dalam merumuskan manfaat penelitian , ada dua hal penting yang harus diperhatikan oleh peneliti. Pertama, berkaitan dengan ssasaran, dan yang kedua berkaitan dengan ranah manfaat itu sendiri. Dari sisi sasaran, seorang peneliti harus secara jelas menguraikan bagi siapa, atau puhak mana penelitian ini bermanfaat. Dalam hal ini, manfaat dapat dikaitkan dengan peneliti, lembagatempat penelitian dilakukan, lembaga yang melakukan penelitian , organisasi profesi , dan bagi pihak lain yang terkait .
Dari sisi ranah, manfaat penelitian dapat menjangkaumanfaat teoritis dan manfaat praktis. Dalam manfaat teoritis diuraikan mengenai kaitan antara masalah yang diteliti , dengan teori yang ada, atauteori baru. Misalnya sebagai verifikasi teori, uji teori, pengembangan teori, maupun secara teoretis dimungkinkan munculkan teori baru. Dalam manfaat praktis diuraikan secara spesifik manfaat apa yang secara praktis – aplikatif , berguna bagi berbagai pihak yang terkait.
Berikut ini sekedar contoh sebagai gambaran mengenai manfaat penelitian . contoh ini dikutip dari hasil penelitian Ainin (2003), mengenai fenomena pragmatik dalam Al-Qur’an yang tercermin pad ayat-ayat yang berbentuk pertanyaan.
Contoh : judul penelitian “ Pertanyaan dalam Al-Qur’an ; Suatu Kajian Pragmtik.”
Hasil penelitian memberikan manfaat , baik secara teorotis, maupun praktis.
Dari sisi teoritis, hasil penelitian ini diharapkan memberikan pengetahuan baru tentang wujud formal pertanyaan dalam Al-Qur’an . lebih dari itu, penelitian ini diharapkan memberikan wawasan baru tentang fumgsi pertanyaan dalam Al-Qur’an. Implikasinya adalah pemahaman terhadap pertanyaan dalam Al-Qur’an tidak semata-mata didasarkan pada struktur lahir, atau pada redaksi ayat secara literal, melainkan harus didasarkan pada pemahaman secara komprehensif dengan melihat konteks yang ada.
BAB III
KESIMPULAN
A. Penutup
Hipotesis dalam penelitian merupakan alat yang sangat besar , artinya dalam kajian ilmiyah itu. Hipotesis memungkinkan kita dapat menghubungkan amtara teori dan pengamatan, atau sebaliknya, antara pengamatan (observasi) dan landasan teoretis ( theoretical framework ). Hipotesis adalah suatu keadaan atau peristiwa yang diharapkan dan dilandasi oleh generalisasi dan biasanya menyangkut hubungan variabel-variabel penelitian.
Untuk dapat memformulasikan hipotesis yang baik dan benar, sedikitnya harus memiliki beberapa ciri-ciri pokok, yakni:
1. Hipotesis harus mempunyai daya penjelasan.
2. Hipoteis dinyatakan dalam bentuk ungkapan kalimat pernyataaan (deklaratif).
3. Hipotesis harus konsistensi dengan pengetahuan yang sudah ada.
4. Hipotesis dirumuskan dengan kalimat sederhana.
Asumsi adalah hal-hal yang dianggap benar yang tidak perlu dibuktikan dan yang melandasi penelitian.misalnya, kita bermaksud meneliti tentang sikap siswa SMA terhadap pembelajaran bahasa Arab, maka asumsi yang perlu dibangun dalam penelitian ini adalah bahwa sikap siswa terhadap pembelajaran Bahasa Arab dapat diukur.
Jenis asumsi dapat bersifat filosofis, subtantif, atau procedural:
· Asumsi filosofis berhubungan dengan teori yang melandasi penelitian .
· Asumsi subtantif berhubungan dengan materi (daerah) penelitian
· Asumsi prosedural berhubungan dengan metodologi yang digunakan dalam penelitian Huda (1988). Selanjutnya Huda (1988). Mengaskan bahwa asumsi filosofis dan asumsi subtantif tidak begitu jelas bedanya.
2. Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karna itu kami menyarannkan kepada teman- teman sesama mahasiswa untuk mencari informasi lain sebagi tambahan dari apa yang telah kami uraukan diatas.
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Sukardi. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan Kopetensi Dan Prakteknya. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Setyosari, Panuji. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Dan Pengembangan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Gulo,W. 2005. Metodologi Penelitian. Jakarta: P.T Gramedia.
Suryabrata, Suyadi, BA, Drs, M.A, Ed.S, Ph.d. 2011. Metodologi Penelitian. Jakarta: P.T. Raja Grafindo Persada.
Ahmad Saebani, Beni. 2008. Metode Penelitian. Bandung: C.V. Pustaka Setia.
Noor, Juliansyah, S.E, M.M. 2014. Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, Dan Karya Ilmiyah. Jakarta: P.T Prenadamedia Group.
Ainin, Moh. 2010. Metodologi Penelitian Bahasa Arab. Malang: C.V. Bintang Sejahtera.
Arikunto, Suharismi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: P.T. Rineka Cipta.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian. Bandung, Alfabeta