MAKALAH
MASALAH DAN
VARIABEL PENELITIAN
Mata Kuliah: Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Arab
Segala
puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan ridho-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi
tugas mata kuliah Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Arab pada semester VI
dengan tema “Masalah Dan
Variabel Penelitian”.
Makalah ini berisikan informasi mengenai Masalah Dan Variabel Penelitian, lebih
tepatnya makalah ini membahas pengertian, kriteria, rumusan masalah serta
variabel penelitian. Makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi dan menambah wawasan kepada pembacanya.
Kami
juga tak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu serta terlibat dalam proses penyusunan makalah ini, sehingga kami
dapat menyelesaikannya dengan baik.
Tangerang, Februari 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah....................................................................... .1
B. Rumusan Masalah.................................................................................. 2
C. TujuanPenulisan..................................................................................... 2
BAB II. PEMBAHASAN
B.
Kriteria
Masalah Penelitian
....................................................................... 3
C. Perumusan Masalah
................................................................................
8
D. Variabel Penelitian
.................................................................................... 9
A. Kesimpulan............................................................................................. 11
B.
Saran...................................................................................................... 11
DAFTAR
PUSTAKA................................................................................. 12
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sejak manusia dilahirkan telah dibekali hasrat ingin tahu, sehingga
jika menghadapi masalah mereka akan mencari kebenaran untuk menyelesaikan
masalahnya. Dalam perkembangannya, penemuan untuk meneliti kebenaran mengalami
perkembangan dari mencari kebenaran secara ilmiah maupun non ilmiah. Memilih
masalah penelitian adalah langkah awal dari suatu kegiatan penelitian. Bagi
orang yang belum berpengalaman meneliti, menentukan atau memilih suatu masalah
bukanlah hal yang mudah, bahkan boleh dikatakan sulit. Berangkat dari masalah
tersebut, pemakalah akan memaparkan beberapa rumusan masalah berikut ini:
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
pengertian dari Masalah Penelitian?
2.
Apa
sajakah Kriteria Masalah Penelitian?
3.
Bagaimana
Merumuskan suatu Masalah?
4.
Apa
sajakah Variabel Penelitian?
C.
Tujuan Makalah
1.
Untuk
mengetahui pengertian dari Masalah Penelitian.
2.
Untuk
mengetahui Kriteria Masalah Penelitian.
3.
Untuk
memahami Bagaimana merumuskan suatu Masalah.
4.
Untuk
mengetahui Variabel Penelitian.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. Pengertian Masalah Penelitian
Masalah merupakan perihal yang substansial dan krusial dalam
kegiatan penelitian. Menurut Ary, et all (1979) penelitian yang sistematis
diawali dengan suatu persoalan.[1]
Dalam melakukan penelitian hal pertama yang harus dilakukan adalah pengakuan
adanya hambatan, kesulitan, atau masalah yang membingungkan peneliti. Suatu
masalah memerlukan jawaban, penjelasan, atau pemecahan.
Menurut Dr. Roja’
Wahid D, pengertian dari masalah penelitian adalah:
جملة سؤالية تسأل عن
العلاقة القائمة بين متحولين أو أكثر، وجواب هذا السؤال هو الغرض من البحث العلمي
" Kalimat
pertanyaan yang ditanyakan tentang suatu hubungan yang terdiri dari dua
variabel atau lebih. Dan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini adalah tujuan
dari suatu penelitian ilmiah”[2]
Dalam perspektif peneliti, masalah muncul karena adanya kesenjangan
antara das Sollen dan das Sein, ada berbedaan antara apa yang
diperlukan dan apa yang ada dalam kenyataan, antara apa yang diperlukan dan apa
yang tersedia, antara harapan dan kenyataan, dan yang sejenis dengan itu. dan
kesenjangan tersebut belum diketahui jawabannya.[3]
Penelitian akan berjalan baik jika peneliti menghayati sebuah masalah, karena
peneliti akan lebih senang menggarap permasalahan yang menarik perhatian si
peneliti.
Masalah sering
pula disebut problem atau problematika, dalam bahasa arab disebut Musykilah,
suatu Musykilah mengacu pada ada tidaknya suatu kesulitan,
kekurangan, atau kesalahan. Apabila kita mengalami hal ini, maka berarti kita
dapat mengatakan bahwa hal itu merupakan suatu masalah. Dari mana masalah
diperoleh? Yang jelas masalah mesti merupakan bagian dari “kebutuhan” seseorang
untuk dipecahkan. Orang ingin mengadakan penelitian, karena ia mendapatkan
jawaban dari masalah yang dihadapi. Masalah-masalah tersebut datang dari
berbagai arah.[4]
Masalah dalam suatu penelitian bisa bersifat praktis maupun
teoritis atau keduanya. contoh masalah, misalnya di sekolah tertentu ditemukan
adanya keluhan dari guru untuk menerapkan pendekatan komunikatif dalam
pembelajaran bahasa Arab. Masalah ini bersifat praktis karena persoalan atau
isu yang mengemuka adalah masalah kesulitan guru dalam menerapkan pendekatan
komunikatif. Contoh lain, yaitu: penelitian tentang apakah benar pembelajar
dalam memperoleh bahasa melalui urutan yang hampir sama. Masalah ini didasari
oleh hipotesis Urutan Alamiah (Krashen, 1985) yang mengatakan kita memperoleh
kaidah bahasa dalam suatu urutan yang dapat diprediksi, beberapa kaidah bahasa
ada yang cenderung diperoleh lebih awal dari yang lain.[5]
Masalah ini bersifat teoritis, karena masalah yang timbul bermula dari suatu
teori atau hipotesis.
Contoh masalah yang bersifat teoritis-praktis misalnya penelitian
mengenai tingkat keterpahaman mahasiswa terhadap bahan ajar pada program
pembelajaran bahasa Arab di televisi sebagai input. Nilai teoritisnya didasarkan
pada hipotesis input yang dikemukakan Krashen (1985) yaitu bahwa manusia
memperoleh bahasa hanya dengan satu cara, yaitu memahami pesan atau menerima
input yang dapat dipahami (comprehensible input), sedangkan nilai
praktisnya adalah terletak pada apakah bahan ajar bahasa Arab yang ditayangkan
di televisi itu dapat dimengerti oleh mahasiswa. Apabila bahan ajar terlalu
sulit, maka diperlukan penyederhanaan sehingga bahan ajar tersebut terpahami (comprehensible)
oleh mereka. Jika sebaliknya, maka bahan ajar tersebut perlu dikembangkan
sedemikian rupa, sehingga bahan ajar yang ditayangkan bukan sesuatu yang “basi”
tetapi merupakan hal yang relatif baru bagi mereka.
B. Kriteria Masalah
Penelitian
Langkah pertama
yang harus dilakukan seorang peneliti adalah mengidentifikasi dan merumuskan
masalah yang akan diteliti, karena tanpa mengidentifikasi dan merumuskan
masalah yang jelas sebuah penelitian
akan kehilangan makna dan landasan ontologis sebagai suatu kerangka kajian yang
akan dilakukan.
Untuk meningkatkan kemampuan melihat suatu masalah yang perlu
diteliti, seorang peneliti harus giat mencari masalah dari sumber-sumbernya.
Sebetulnya masalah yang dapat diteliti banyak sekali dan tidak terbatas
jumlahnya, yang sulit dilakukan adalah tidak semua peneliti memiliki
sensitivitas untuk mengidentifikasi masalah penelitian. Menurut Margono, ada
beberapa sumber yang menjadi sumber utama dalam mencari permasalahan, ialah:[6]
1.
Bacaan;
seorang peneliti harus rajin membaca, terutama jurnal-jurnal penelitian, atau laporan
penelitian, karena pada umumnya penelitian ilmiah jarang menjawab permasalahan
dengan tuntas. Bahkan suatu penelitian itu dapat memberi rekomendasi tertentu
untuk diteliti lebih lanjut.
2.
Seminar,
diskusi dan pertemuan ilmiah; peserta-peserta seminar, diskusi dan pertemuan
ilmiah seringkali membawa makalah-makalah yang memecahkan permasalahan menurut
bidangnya masing-masing, mungkin saja masalah itu perlu diteliti pula dari segi
ilmu yang lain.
3.
Pernyataan
dari orang yang memiliki otoritas; yaitu pernyataan atau teori-teori dari para
pakar ahli ilmu pengetahuan yang dapat diteliti atau dipecahkan
permasalahannya.
4.
Pengamatan
sekilas; yaitu dengan mengamati pesoalan-persoalan yang ada disekitar, baik
dari segi pendidikan, sosial dll.
5.
Pengalaman
pribadi; dari pengalaman seorang yang berminat dalam penelitian mungkin mucul
suatu pertanyaan yang mendorong ia melakukan penelitian.
6.
Perasaan
dan ilham; dalam benak seorang peneliti yang sudah berpengalaman mungkin
tiba-tiba muncul suatu pertanyaan yang mendorong ia melakukan penelitian.
Mungkin saja muncul tiba-tiba ketika bersantai-santai atau ketika sedang
berdialog dengan para pakar ilmu pengetahuan.
Apapun sumbernya, masalah penelitian itu hanya akan muncul atau
dapat diidentifikasi kalau calon
peneliti cukup “berisi”. Orang yang masih “kosong”, yaitu yang miskin
pengetahuan mengenai suatu cabang ilmu hampir tidak mungkin, atau sekurang-kurangnya
sulit untuk menemukan masalah penelitian.
Tidak semua masalah dapat diteliti, persoalannya adalah masalah
yang bagaimana yang layak untuk diteliti. Suatu masalah dapat diteliti, jika
memenuhi kriteria subjektif dan objektif berikut ini:
1.
Researchable
Suatu masalah dapat diteliti (Researchable) jika masalah
tersebut dapat dijawab dengan data empiris berdasarkan fakta (bukan data
supranatural), data tersedia atau dapat dicari oleh peneliti, dan sampel data
dapat diperoleh kemudian dianalisis. Masalah yang menyangkut keyakinan, atau
masalah “ghaib”tidak memenuhi kriteria. Karena tidak dapat dijangkau oleh
logika manusia, selain itu data empiris juga sulit untuk ditemukan.
2.
Mempunyai
sumbangan kepada ilmu pengetahuan
idealnya suatu masalah yang diteliti merupakan masalah yang
pemecahannya memberikan sumbangan kepada pengembangan ilmu pengetahuan.
Khususnya bidang pendidikan, dalam pengembangan teori maupun praktik. Apabila
masalah tersebut kurang mempunyai implikasi teoritis, paling tidak mempunyai
implikasi praktis, maka masalah yang diangkat dalam penelitian kurang memenuhi
kriteria.
3.
Asli
Masalah yang ditemukan itu harus ditemukan sendiri oleh peneliti.
Hal ini sudah barang tentu melalui proses yang panjang, yakni melalui kajian
kepustakaan, kajian terhadap penelitian sebelumnya, dan melalui perenungan
serta sharing ide kepada pihak lain. Dari proses tersebut, peneliti
diharapkan menemukan masalah-masalah yang belum terjawab.
Berkaitan dengan keaslian suatu masalah, penelitian ulang atau
replikasi boleh saja dilakukan dengan syarat tidak persis sama dalam segala
hal. Bahkan dalam hal-hal tertentu, replikasi berfungsi sebagai penguji dan
verifikasi terhadap hasil penelitian sebelumnya. Apakah dengan responden yang
berbeda menghasilkan temuan yang berbeda atau tetap sama.
4.
Feasibility
Feasibility atau kelayakan
mengacu pada kemampuan finansial peneliti untuk melakukan penelitian, yaitu
berapa lama waktu yang digunakan, bagaimana kemampuan tenaga peneliti, apakah
peneliti memiliki sarana yang tersedia dan waktu yang cukup untuk meneliti.
Masalah yang dapat diteliti memang banyak dan beragam, akan tetapi keterbatasan
kemampuan peneliti (waktu, tenaga, sarana, dan biaya) menentukan kelayakan
masalah yang diteliti.
5.
Membawa
persoalan baru
Salah satu kriteria masalah penelitian yang baik adalah permasalahan
yang diangkat dalam penelitian disamping dapat menjawab suatu permasalahan, ia
juga dapat membawa kita kepada permasalahan baru dan juga membawa kita untuk
melakukan penelitian lanjutan.
6.
Sesuai
bagi peneliti
Suatu
masalah penelitian itu baik untuk diteliti, tetapi disisi lain, masalah
tersebut tidak cocok bagi peneliti. Ada beberapa aspek pribadi yang perlu
diperhatikan adalah: (a) permasalahan hendaknya menarik bagi peneliti dan
membuatnya bersemangat untuk melakukan penelitian, (b) permasalahan hendaknya
sesuai dengan bidang yang dikuasai oleh peneliti, (c) permasalahan tersebut
dapat dilaksanakan dalam situasi di tempat peneliti berada, dan (d)
permasalahan tersebut dapat diteliti dan disesuaikan dengan waktu yang
tersedia.
Menurut Dr.
Roja’ Wahid D, beberapa kriteria untuk memilih suatu masalah sebagai berikut:
۱. أنها توجه الباحث بما يجب عمله
۲. أنها تمكن الباحث
من استخلاص ظاهرات خبرية محددة
۳. أن المشكلات تسبب تفدم البحث العلمي بوساطة مساعدتها على الموافقة
على النظرية أو عدم الموافقة عليها[7]
“(1) Seorang peneliti wajib memfokuskan apa yang ingin ia kerjakan,
(2) peneliti harus mencari informasi yang jelas dan spesifik akan apa yang yang
ia teliti, (3) suatu penelitian ilmiah disebabkan
oleh adanya masalah dengan perantara untuk membantunya menyesuaikan dengan teori/hipotesanya
atau yang tidak sesuai dengan teori/hipotesanya.”
Berkenaan dengan pemilihan masalah penelitian, hendaknya kita
mengajukan beberapa pertanyaan retoris sebagai berikut:
a)
Mengapa
masalah ini saya anggap menarik?
b)
Berapa
banyak pengetahuan saya tentang masalah ini?
c)
Apakah
saya mampu melakukan penelitian tentang topik ini?
d)
Apakah
tersedia bahan penunjang di perpustakaan?
e)
Apakah
masalah ini sesuai dengan disiplin ilmu yang saya tekuni?
f)
Apakah
masalah yang saya pilih ini sesuai dengan kemampuan dan latar belakang keilmuan
saya, dan sesuai pula dengan dana dan waktu yang tersedia?
Seluruh kriteria masalah penelitian tersebut bersifat kumulatif.
Apabila salah satu kriteria tidak terpenuhi, maka ia tidak memenuhi syarat sebagai
masalah penelitian. Jika sekiranya tidak terpenuhi kriteria diatas, sebaiknya
dipilih masalah lain, atau masalah itu dimodifikasi, sehingga menjadi sesuai
bagi si peneliti. Untuk itu, seorang peneliti dituntut untuk memahami dan
mencermati sesuatu yang dipandang sebagai masalah penelitian.[8]
C. Perumusan Masalah
Agar penelitian dapat
dilaksanakan dengan baik, maka dibutuhkan perumusan masalah, sehingga jelas
dari mana harus memulai; kemana harus pergi; dan dengan apa.[9] Sesudah
masalah dipilih dan ditentukan kegunaannya, maka langkah berikutnya adalah
peneliti merumuskan atau mengemukakan masalah tersebut dalam suatu bentuk atau format yang dapat diteliti. Menurut
Sukardi, rumusan permasalahan yang baik harus dapat mencakup dan menunjukkan
semua variabel satu dengan variabel yang lain yang hendak diteliti.[10]
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan masalah
sebagai berikut:
1.
Masalah
dirumuskan secara eksplisit dan disusun dalam bentuk kalimat tanya yang dalam
bahasa arab disebut bi syakli as-su’al.
2.
Masalah
dinyatakan secara jelas dan tegas.
3.
Bilamana
mungkin, masalah pokok dijabarkan menjadi beberapa masalah.
4.
Ada
batasan terhadap ruang lingkup dari permasalahan yang diteliti.
5.
Masalah
hendaknya memberi petunjuk tentang mungkinnya mengumpulkan data guna menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang terkandung dalam rumusan itu.
Dari kesimpulan diatas, dapat disimpulkan bahwa merumuskan masalah
penelitian itu harus perlu kehati-hatian dan kejelian dalam mengevaluasi
rumusan permasalahan penelitian.
Untuk memudahkan dalam merumuskan permasalahan penelitian, peneliti
dapat menggunakan langkah-langkah penting seperti berikut:
a)
Mengidentifikasi
cakupan umum atau general-area-nya; peneliti sebaiknya mengidentifikasi
cakupan luas dari permasalahan tersebut, kemudian dispesifikasikan untuk
mencari apakah masalah tersebut sering kali muncul dan dapat dinilai
manfaatannya, baik dalam perkembangan ilmu pengetahuan maupun stakeholder hasil
penelitian.
b)
Mempersempit
permasalahan sehingga menjadi permasalahan yang dapat diteliti, sesuai dengan
kemampuan peneliti untuk menghindari adanya kesulitan dalam mengukur data.
c)
Merumuskan
permasalahan; Masalah penelitian yang telah diidentifikasi dan dibatasi agar
memperoleh masalah yang layak untuk diteliti masih harus dirumuskan agar dapat
memberikan arah bagi peneliti secara jelas.
d)
Masalah
yang telah dirumuskan secara tepat dan benar harus mencakup dan menunjukkan
semua variabel maupun hubungan variabel yang satu dengan yang lainnya yang
hendak diteliti.
Setelah
perumusan masalah telah dilakukan, peneliti harus menetapkan anggapan dasar atau
pra-anggapan yang dapat berupa hipotesis peneliti sebagai pemandu atau
pembimbing penelitiannya dalam perumusan dan pembatasan masalah. Asumsi atau
anggapan dasar adalah gambaran sangkaan, pikiran, atau satu pendapat. Anggapan
dasar yang baik biasanya bersumber dari penyelidikan yang cermat.[11]
Secara umum, “Perumusan
Masalah” berisi uraian argumentatif tentang bagaimana masalah yang dimunculkan
dalam latar belakang betul-betul merupakan “masalah penelitian” (research
problem) serta bagaimana masalah itu dipecahkan melalui penelitian
tersebut. Diuraikan berbagai variabel atau fakto-faktor yang ikut andil dalam
munculnya masalah, kemudian diuraikan juga bagaimana penelitian ini dapat
memberikan solusi atas masalah penelitian tersebut.
D. Variabel Penelitian
Istilah “variabel”
merupakan istilah yang tidak pernah ketinggalan dalam setiap penelitian. Kata
variabel berasal dari bahasa inggris variable yang berarti faktor tak
tetap atau berubah-ubah. Namun bahasa Indonesia kontemporer telah terbiasa
menggunakan kata variabel ini dengan pengertian yang lebih tepat disebut
bervariasi. Dengan demikian, variabel adalah fenomena yang bervariasi dalam
bentuk, kualitas, kuantitas, mutu, dan standar.[12]
Menurut Margono, Variabel dapat diartikan sebagai segala sesuatu
yang akan menjadi objek pengamatan penelitian. Sering pula dinyatakan variabel
penelitian sebagai faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan
diteliti. [13]
Apa yang merupakan variabel dalam penelitian ditentukan oleh
landasan teoritisnya dan ditegaskan oleh hipotesis penelitiannya. Oleh karena
itu, jika landasan teoritisnya berbeda, variabel-variabel penelitiannya juga
akan berbeda. Jumlah variabel yang akan dijadikan objek pengamatan akan
ditentukan oleh kecanggihan rancangan penelitiannya. Makin sederhana suatu
rancangan penelitian akan melibatkan variabel yang makin sedikit, atau sebaliknya.
Memahami variabel dan kemampuan menganalisis atau mengidentifikasi
setiap variabel yang lebih kecil (sub variabel) merupakan syarat mutlak bagi
setiap peneliti. Memang mengidentifikasi variabel dan sub-variabel tidak mudah,
karenanya dibutuhkan kejelian dan kelincahan berpikir peneliti.
Variable dapat dibedakan atas kuantitatif dan kualitatif. Contoh
variabel kuantitatif misalnya luas kota, umur, banyaknya jam dalam sehari dan
sebagainya, sedangkan contoh variabel kualitatif misalnya kemakmuran, dan
kepandaian.
Variabel kuantitatif diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu
variabel diskrit dan variabel kontinum (discrete and continous).
Variabel diskrit disebut juga variabel nominal atau variabel kategorik karena
hanya dapat dikategorikan atas 2 kutub yang berlawanan. Angka-angka digunakan dalam variabel ini untuk menghitung
kelebihan/kekurangan kedua kutub yang berlawanan tersebut, maka angka
dinyatakan sebagai frekuensi.
Sedangkan variabel kontinum dipisahkan menjadi 3 variabel kecil,
yaitu: (a) variabel ordinal; menunjukkan tingkatan-tingkatan, (b) variabel
interval; variabel yang menunjukkan jarak yang dapat diketahui dengan pasti, (c) variabel ratio; yaitu
variabel perbandingan. Variabel ini dalam hubungan antar-sesamanya merupakan
“sekian kali”.
Adapun variabel kualitatif, variabel yang menekankan pada
kualitas/quality atau hal yang terpenting dari sifat suatu barang/jasa, yaitu
kejadian/fenomena/gejala sosial adalah makna dibalik gejala tersebut.
Dilihat dari kedudukannya dalam suatu penelitian, variabel
dibedakan menjadi :
a)
Variabel
bebas (Independent variable/العامل المستقبل)
Variabel bebas adalah variabel yang dapat diamati dan dinilai
sebagai penyebab (determinan) dari sebuah tingkah laku, atau variabel yang
diduga sebagai sebab munculnya variabel yang lain, yakni variabel terikat.
Dalam terminologi penelitian, variabel bebas ini disimbolkan dengan X.
b)
Variabel
terikat (Dependent variable/العامل التابع)
Variabel terikat adalah suatu variabel yang diakibatkan oleh
variabel bebas. Variabel ini juga disebut variabel respon atau output.
Sebagai variabel respon berarti variabel ini muncul sebagai akibat dari
manipulasi suatu variabel, yakni variabel bebas. Dalam terminologi penelitian
variabel terikat disimbolkan dengan Y.
c)
Variabel
moderator (Moderating Variabel)
Variabel moderator adalah variabel yang variasi nilainya mempunyai
pengaruh ketergantungan (contingent effect) yang kuat terhadap pengaruh
atau hubungan dengan variabel terikat. Variabel moderating ini biasanya ditemukan
jika peneliti melakukan pengkajian penelitian terdahulu yang relevan dengan
penelitian yang sekarang dilakukan, khususnya yang hasilnya menolak hipotesis
meskipun hal ini tidak terlalu mudah ditemui peneliti, namun upaya melakukan
variabel moderating akan semankin melengkapi model penelitian yang dilakukan.
d)
Variabel
kontrol (Control Variabel)
Variabel kontrol adalah variabel bebas yang dalam pelaksanaan
penelitian tidak dimasukkan sebagai variabel bebas, tapi justru keberadaannya
dikendalikan atau dikontrol. Dengan mengendalikan beberapa variabel tersebut,
maka pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat merupakan pengaruh yang
bersih atau murni, dan variabel yang dikendalikan tersebut tidak lagi mencemari
variabel terikatnya.
Misalnya pada penelitian mengenai pengaruh lingkungan kerja
terhadap kinerja pegawai agar derajat pengaruhantara lingkungan kerja terhadap
kinerja pegawai murni, maka variabel-variabel lainyang juga mempunyai pengaruh
terhadap kinerja perlu dikendalikan atau dikontrol,
e)
Variabel
antara (Intervening Variable)
Variabel antara adalah variabel yang menjadi antara adanya pengaruh
variabel bebas dan variabel terikat.[14] Segala
sesuatu harus ada sebab musababnya dan tidak begitu saja terjadi dengan
sendirinya. Setiap fenomena dipengaruhi oleh serangkaian sebab musabab. Setiap
kali kita menentukan sebab dari suatu fenomena selalu akan timbul pertanyaan apakah
sebab yang lainnya berpengaruh langsung dengan sebab yang pertama atau tidak. Suatu
variabel disebut variabel antara apabila, dengan masuknya variabel tersebut,
hubungan statistik yang semula tampak antara dua variabel kemudian menjadi
lemah atau bahkan lenyap. Dilihat dari letaknya, variabel antara terletak
diantara variabel bebas dan variabel terikat dalam suatu model.
Tujuan
kategorisasi variabel ini agar peneliti memahami dengan jelas permasalahan yang
diteliti. Makin terperinci kita memahami suatu permasalahan, maka makin bermutu
pemecahannya.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dalam kehidupan manusia atau kehidupan kita sehari-hari
banyak sekali permasalahan, tetapi kita atau para peneliti muda menemui
kesulitan dalam mengidentifikasi permasalahan yang benar-benar layak untuk
dijadikan penelitian. Untuk itu, seorang peneliti harus dapat berfikir skeptis,
analitis, dan kritis dalam meneliti suatu masalah.
B.
Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, oleh
karena itu kami menyarankan kepada teman-teman sesama mahasiswa untuk mencari
informasi lain sebagai tambahan dari apa yang telah kami uraikan di atas.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Saebani, Beni. 2008. Metode Penelitian. Bandung:
Pustaka Setia.
Ainin, Moh. 2010.
Metodologi Penelitian Bahasa Arab. Malang: CV. Bintang Sejahtera.
Arikunto, Suharsimi.
2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Bungin, Burhan. 2010. Metodologi Penelitian Kuantitatif.
Jakarta: Kencana.
Margono, S. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta:
PT. Rineka Cipta
Ma’mur Asmani, Jamal.
2011. Tuntunan Lengkap Metodologi Praktis Penelitian Pendidikan.
Yogyakarta: Diva Press.
Mustafa EQ, Zainal.
2013. Mengurai Variabel Hingga Intrumentasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rianse, Rusman dan
Abdi. 2009. Metodologi Penelitian Sosial Dan Ekonomi Teori Dan Praktik.
Bandung: Alfabeta.
Sukardi. 2007. Metodologi
Penelitian Pendidikan Kompetensi Dan Praktiknya, Yogyakarta: PT. Bumi
Aksara.
Suryabrata,
Suyadi. 2013. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Wahid D, Roja’. 2000. Al-Bahtsu Al-‘Ilmy. Asasiyah Al-Nadzariyah wa Mumaratsah al-'Ilmiy Beirut: Daar
Al-Fikri.
[1] Moh.
Ainin, Metodologi Penelitian Bahasa Arab, (Malang: CV. Bintang
Sejahtera, 2010),h 24
[2] Roja’
Wahid D, Al-Bahtsu Al-‘Ilmy,Asasiyah Al-Nadzariyah wa Mumaratsah al-'Ilmi (Beirut: Daar Al-Fikri, 2000), h107
[3] Suyadi
Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2013), h 12
[4]
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,
(Jakarta: PT. Rineka Cipta,2006), h 30
[5] Moh.
Ainin, op.cit , h. 25
[6] S.
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,2005),
h 54-56
[7] Roja’
Wahid D, Op. Cit, h 112
[8] Beni
Ahmad Saebani, Metode Penelitian, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), h 139
[9] Jamal
Ma’mur Asmani, Tuntunan Lengkap Metodologi Praktis Penelitian Pendidikan,
(Yogyakarta: Diva Press, 2011), h 118
[10]
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi Dan Praktiknya,
(Yogyakarta: PT. Bumi Aksara, 2007), h 29
[11] Rusman
Rianse dan Abdi, Metodologi Penelitian Sosial Dan Ekonomi Teori Dan Praktik,
(Bandung: Alfabeta, 2009), h 52
[12] Burhan
Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana, 2010), h
69
[13] S.
Margono, op. Cit, h 82
[14] Zainal
mustafa EQ, Mengurai Variabel Hingga Intrumentasi, (Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2013), h 32
Tidak ada komentar:
Posting Komentar