Rabu, 08 Maret 2017

Makalah Masalah Dan Variabel Penelitian



MAKALAH
MASALAH DAN VARIABEL PENELITIAN
Mata Kuliah: Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Arab




Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan ridho-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.  Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Arab pada semester VI dengan temaMasalah Dan Variabel Penelitian”.
Makalah ini berisikan informasi mengenai Masalah Dan Variabel Penelitian, lebih tepatnya makalah ini membahas pengertian, kriteria, rumusan masalah serta variabel penelitian. Makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi dan menambah wawasan kepada pembacanya.
Kami juga tak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu serta terlibat dalam proses penyusunan makalah ini, sehingga kami dapat menyelesaikannya dengan baik.



Tangerang,  Februari  2017

        Penyusun



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................           i
DAFTAR ISI..................................................................................................          ii
BAB I. PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang Masalah.......................................................................             .1
B.   Rumusan Masalah..................................................................................           2
      C.   TujuanPenulisan.....................................................................................           2
BAB II. PEMBAHASAN
A.   Pengertian Masalah Penelitian ..........................................................           3      
B.   Kriteria Masalah Penelitian .......................................................................          3
C.   Perumusan Masalah ................................................................................           8
D.  Variabel Penelitian ....................................................................................        9
A.  Kesimpulan.............................................................................................. 13         11
B.  Saran......................................................................................................          11
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................          12




BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
            Sejak manusia dilahirkan telah dibekali hasrat ingin tahu, sehingga jika menghadapi masalah mereka akan mencari kebenaran untuk menyelesaikan masalahnya. Dalam perkembangannya, penemuan untuk meneliti kebenaran mengalami perkembangan dari mencari kebenaran secara ilmiah maupun non ilmiah. Memilih masalah penelitian adalah langkah awal dari suatu kegiatan penelitian. Bagi orang yang belum berpengalaman meneliti, menentukan atau memilih suatu masalah bukanlah hal yang mudah, bahkan boleh dikatakan sulit. Berangkat dari masalah tersebut, pemakalah akan memaparkan beberapa rumusan masalah berikut ini:
B. Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dari Masalah Penelitian?
2.      Apa sajakah Kriteria Masalah Penelitian?
3.      Bagaimana Merumuskan suatu Masalah?
4.      Apa sajakah Variabel Penelitian?
C. Tujuan Makalah
1.      Untuk mengetahui pengertian dari Masalah Penelitian.
2.      Untuk mengetahui Kriteria Masalah Penelitian.
3.      Untuk memahami Bagaimana merumuskan suatu Masalah.
4.      Untuk mengetahui Variabel Penelitian.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Masalah Penelitian
            Masalah merupakan perihal yang substansial dan krusial dalam kegiatan penelitian. Menurut Ary, et all (1979) penelitian yang sistematis diawali dengan suatu persoalan.[1] Dalam melakukan penelitian hal pertama yang harus dilakukan adalah pengakuan adanya hambatan, kesulitan, atau masalah yang membingungkan peneliti. Suatu masalah memerlukan jawaban, penjelasan, atau pemecahan.
            Menurut Dr. Roja’ Wahid D, pengertian dari masalah penelitian adalah:
   جملة سؤالية تسأل عن العلاقة القائمة بين متحولين أو أكثر، وجواب هذا السؤال هو الغرض من البحث العلمي
" Kalimat pertanyaan yang ditanyakan tentang suatu hubungan yang terdiri dari dua variabel atau lebih. Dan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini adalah tujuan dari suatu penelitian ilmiah[2]
Dalam perspektif peneliti, masalah muncul karena adanya kesenjangan antara das Sollen dan das Sein, ada berbedaan antara apa yang diperlukan dan apa yang ada dalam kenyataan, antara apa yang diperlukan dan apa yang tersedia, antara harapan dan kenyataan, dan yang sejenis dengan itu. dan kesenjangan tersebut belum diketahui jawabannya.[3] Penelitian akan berjalan baik jika peneliti menghayati sebuah masalah, karena peneliti akan lebih senang menggarap permasalahan yang menarik perhatian si peneliti.
            Masalah sering pula disebut problem atau problematika, dalam bahasa arab disebut Musykilah, suatu Musykilah mengacu pada ada tidaknya suatu kesulitan, kekurangan, atau kesalahan. Apabila kita mengalami hal ini, maka berarti kita dapat mengatakan bahwa hal itu merupakan suatu masalah. Dari mana masalah diperoleh? Yang jelas masalah mesti merupakan bagian dari “kebutuhan” seseorang untuk dipecahkan. Orang ingin mengadakan penelitian, karena ia mendapatkan jawaban dari masalah yang dihadapi. Masalah-masalah tersebut datang dari berbagai arah.[4]
Masalah dalam suatu penelitian bisa bersifat praktis maupun teoritis atau keduanya. contoh masalah, misalnya di sekolah tertentu ditemukan adanya keluhan dari guru untuk menerapkan pendekatan komunikatif dalam pembelajaran bahasa Arab. Masalah ini bersifat praktis karena persoalan atau isu yang mengemuka adalah masalah kesulitan guru dalam menerapkan pendekatan komunikatif. Contoh lain, yaitu: penelitian tentang apakah benar pembelajar dalam memperoleh bahasa melalui urutan yang hampir sama. Masalah ini didasari oleh hipotesis Urutan Alamiah (Krashen, 1985) yang mengatakan kita memperoleh kaidah bahasa dalam suatu urutan yang dapat diprediksi, beberapa kaidah bahasa ada yang cenderung diperoleh lebih awal dari yang lain.[5] Masalah ini bersifat teoritis, karena masalah yang timbul bermula dari suatu teori atau hipotesis.
Contoh masalah yang bersifat teoritis-praktis misalnya penelitian mengenai tingkat keterpahaman mahasiswa terhadap bahan ajar pada program pembelajaran bahasa Arab di televisi sebagai input. Nilai teoritisnya didasarkan pada hipotesis input yang dikemukakan Krashen (1985) yaitu bahwa manusia memperoleh bahasa hanya dengan satu cara, yaitu memahami pesan atau menerima input yang dapat dipahami (comprehensible input), sedangkan nilai praktisnya adalah terletak pada apakah bahan ajar bahasa Arab yang ditayangkan di televisi itu dapat dimengerti oleh mahasiswa. Apabila bahan ajar terlalu sulit, maka diperlukan penyederhanaan sehingga bahan ajar tersebut terpahami (comprehensible) oleh mereka. Jika sebaliknya, maka bahan ajar tersebut perlu dikembangkan sedemikian rupa, sehingga bahan ajar yang ditayangkan bukan sesuatu yang “basi” tetapi merupakan hal yang relatif baru bagi mereka.
B.  Kriteria Masalah Penelitian
            Langkah pertama yang harus dilakukan seorang peneliti adalah mengidentifikasi dan merumuskan masalah yang akan diteliti, karena tanpa mengidentifikasi dan merumuskan masalah yang jelas  sebuah penelitian akan kehilangan makna dan landasan ontologis sebagai suatu kerangka kajian yang akan dilakukan.
Untuk meningkatkan kemampuan melihat suatu masalah yang perlu diteliti, seorang peneliti harus giat mencari masalah dari sumber-sumbernya. Sebetulnya masalah yang dapat diteliti banyak sekali dan tidak terbatas jumlahnya, yang sulit dilakukan adalah tidak semua peneliti memiliki sensitivitas untuk mengidentifikasi masalah penelitian. Menurut Margono, ada beberapa sumber yang menjadi sumber utama dalam mencari permasalahan, ialah:[6]
                                 1.         Bacaan; seorang peneliti harus rajin membaca, terutama jurnal-jurnal penelitian, atau laporan penelitian, karena pada umumnya penelitian ilmiah jarang menjawab permasalahan dengan tuntas. Bahkan suatu penelitian itu dapat memberi rekomendasi tertentu untuk diteliti lebih lanjut.
                                 2.         Seminar, diskusi dan pertemuan ilmiah; peserta-peserta seminar, diskusi dan pertemuan ilmiah seringkali membawa makalah-makalah yang memecahkan permasalahan menurut bidangnya masing-masing, mungkin saja masalah itu perlu diteliti pula dari segi ilmu yang lain.
                                 3.         Pernyataan dari orang yang memiliki otoritas; yaitu pernyataan atau teori-teori dari para pakar ahli ilmu pengetahuan yang dapat diteliti atau dipecahkan permasalahannya.
                                 4.         Pengamatan sekilas; yaitu dengan mengamati pesoalan-persoalan yang ada disekitar, baik dari segi pendidikan, sosial dll.
                                 5.         Pengalaman pribadi; dari pengalaman seorang yang berminat dalam penelitian mungkin mucul suatu pertanyaan yang mendorong ia melakukan penelitian.
                                 6.         Perasaan dan ilham; dalam benak seorang peneliti yang sudah berpengalaman mungkin tiba-tiba muncul suatu pertanyaan yang mendorong ia melakukan penelitian. Mungkin saja muncul tiba-tiba ketika bersantai-santai atau ketika sedang berdialog dengan para pakar ilmu pengetahuan.
Apapun sumbernya, masalah penelitian itu hanya akan muncul atau dapat diidentifikasi  kalau calon peneliti cukup “berisi”. Orang yang masih “kosong”, yaitu yang miskin pengetahuan mengenai suatu cabang ilmu hampir tidak mungkin, atau sekurang-kurangnya sulit untuk menemukan masalah penelitian.
Tidak semua masalah dapat diteliti, persoalannya adalah masalah yang bagaimana yang layak untuk diteliti. Suatu masalah dapat diteliti, jika memenuhi kriteria subjektif dan objektif berikut ini:
1.      Researchable
Suatu masalah dapat diteliti (Researchable) jika masalah tersebut dapat dijawab dengan data empiris berdasarkan fakta (bukan data supranatural), data tersedia atau dapat dicari oleh peneliti, dan sampel data dapat diperoleh kemudian dianalisis. Masalah yang menyangkut keyakinan, atau masalah “ghaib”tidak memenuhi kriteria. Karena tidak dapat dijangkau oleh logika manusia, selain itu data empiris juga sulit untuk ditemukan.
2.      Mempunyai sumbangan kepada ilmu pengetahuan
idealnya suatu masalah yang diteliti merupakan masalah yang pemecahannya memberikan sumbangan kepada pengembangan ilmu pengetahuan. Khususnya bidang pendidikan, dalam pengembangan teori maupun praktik. Apabila masalah tersebut kurang mempunyai implikasi teoritis, paling tidak mempunyai implikasi praktis, maka masalah yang diangkat dalam penelitian kurang memenuhi kriteria.
3.      Asli
Masalah yang ditemukan itu harus ditemukan sendiri oleh peneliti. Hal ini sudah barang tentu melalui proses yang panjang, yakni melalui kajian kepustakaan, kajian terhadap penelitian sebelumnya, dan melalui perenungan serta sharing ide kepada pihak lain. Dari proses tersebut, peneliti diharapkan menemukan masalah-masalah yang belum terjawab.
Berkaitan dengan keaslian suatu masalah, penelitian ulang atau replikasi boleh saja dilakukan dengan syarat tidak persis sama dalam segala hal. Bahkan dalam hal-hal tertentu, replikasi berfungsi sebagai penguji dan verifikasi terhadap hasil penelitian sebelumnya. Apakah dengan responden yang berbeda menghasilkan temuan yang berbeda atau tetap sama.
4.      Feasibility
Feasibility atau kelayakan mengacu pada kemampuan finansial peneliti untuk melakukan penelitian, yaitu berapa lama waktu yang digunakan, bagaimana kemampuan tenaga peneliti, apakah peneliti memiliki sarana yang tersedia dan waktu yang cukup untuk meneliti. Masalah yang dapat diteliti memang banyak dan beragam, akan tetapi keterbatasan kemampuan peneliti (waktu, tenaga, sarana, dan biaya) menentukan kelayakan masalah yang diteliti.
5.      Membawa persoalan baru
Salah satu kriteria masalah penelitian yang baik adalah permasalahan yang diangkat dalam penelitian disamping dapat menjawab suatu permasalahan, ia juga dapat membawa kita kepada permasalahan baru dan juga membawa kita untuk melakukan penelitian lanjutan.
6.      Sesuai bagi peneliti
Suatu masalah penelitian itu baik untuk diteliti, tetapi disisi lain, masalah tersebut tidak cocok bagi peneliti. Ada beberapa aspek pribadi yang perlu diperhatikan adalah: (a) permasalahan hendaknya menarik bagi peneliti dan membuatnya bersemangat untuk melakukan penelitian, (b) permasalahan hendaknya sesuai dengan bidang yang dikuasai oleh peneliti, (c) permasalahan tersebut dapat dilaksanakan dalam situasi di tempat peneliti berada, dan (d) permasalahan tersebut dapat diteliti dan disesuaikan dengan waktu yang tersedia.
Menurut Dr. Roja’ Wahid D, beberapa kriteria untuk memilih suatu masalah sebagai berikut:
۱. أنها توجه الباحث بما يجب عمله
۲. أنها تمكن الباحث من استخلاص ظاهرات خبرية محددة
۳. أن المشكلات تسبب تفدم البحث العلمي بوساطة مساعدتها على الموافقة على  النظرية أو عدم الموافقة عليها[7]
“(1) Seorang peneliti wajib memfokuskan apa yang ingin ia kerjakan, (2) peneliti harus mencari informasi yang jelas dan spesifik akan apa yang yang ia teliti, (3) suatu penelitian ilmiah  disebabkan oleh adanya masalah dengan perantara untuk membantunya menyesuaikan dengan teori/hipotesanya atau yang tidak sesuai dengan   teori/hipotesanya.”
Berkenaan dengan pemilihan masalah penelitian, hendaknya kita mengajukan beberapa pertanyaan retoris sebagai berikut:
a)      Mengapa masalah ini saya anggap menarik?
b)      Berapa banyak pengetahuan saya tentang masalah ini?
c)      Apakah saya mampu melakukan penelitian tentang topik ini?
d)     Apakah tersedia bahan penunjang di perpustakaan?
e)      Apakah masalah ini sesuai dengan disiplin ilmu yang saya tekuni?
f)       Apakah masalah yang saya pilih ini sesuai dengan kemampuan dan latar belakang keilmuan saya, dan sesuai pula dengan dana dan waktu yang tersedia?
Seluruh kriteria masalah penelitian tersebut bersifat kumulatif. Apabila salah satu kriteria tidak terpenuhi, maka ia tidak memenuhi syarat sebagai masalah penelitian. Jika sekiranya tidak terpenuhi kriteria diatas, sebaiknya dipilih masalah lain, atau masalah itu dimodifikasi, sehingga menjadi sesuai bagi si peneliti. Untuk itu, seorang peneliti dituntut untuk memahami dan mencermati sesuatu yang dipandang sebagai masalah penelitian.[8]
C. Perumusan Masalah
            Agar  penelitian dapat dilaksanakan dengan baik, maka dibutuhkan perumusan masalah, sehingga jelas dari mana harus memulai; kemana harus pergi; dan dengan apa.[9] Sesudah masalah dipilih dan ditentukan kegunaannya, maka langkah berikutnya adalah peneliti merumuskan atau mengemukakan masalah tersebut dalam suatu bentuk  atau format yang dapat diteliti. Menurut Sukardi, rumusan permasalahan yang baik harus dapat mencakup dan menunjukkan semua variabel satu dengan variabel yang lain yang hendak diteliti.[10]
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan masalah sebagai berikut:
1.      Masalah dirumuskan secara eksplisit dan disusun dalam bentuk kalimat tanya yang dalam bahasa arab disebut bi syakli as-su’al.
2.      Masalah dinyatakan secara jelas dan tegas.
3.      Bilamana mungkin, masalah pokok dijabarkan menjadi beberapa masalah.
4.      Ada batasan terhadap ruang lingkup dari permasalahan yang diteliti.
5.      Masalah hendaknya memberi petunjuk tentang mungkinnya mengumpulkan data guna menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terkandung dalam rumusan itu.
Dari kesimpulan diatas, dapat disimpulkan bahwa merumuskan masalah penelitian itu harus perlu kehati-hatian dan kejelian dalam mengevaluasi rumusan permasalahan penelitian.
Untuk memudahkan dalam merumuskan permasalahan penelitian, peneliti dapat menggunakan langkah-langkah penting seperti berikut:
a)             Mengidentifikasi cakupan umum atau general-area-nya; peneliti sebaiknya mengidentifikasi cakupan luas dari permasalahan tersebut, kemudian dispesifikasikan untuk mencari apakah masalah tersebut sering kali muncul dan dapat dinilai manfaatannya, baik dalam perkembangan ilmu pengetahuan maupun stakeholder hasil penelitian.
b)             Mempersempit permasalahan sehingga menjadi permasalahan yang dapat diteliti, sesuai dengan kemampuan peneliti untuk menghindari adanya kesulitan dalam mengukur data.
c)             Merumuskan permasalahan; Masalah penelitian yang telah diidentifikasi dan dibatasi agar memperoleh masalah yang layak untuk diteliti masih harus dirumuskan agar dapat memberikan arah bagi peneliti secara jelas.
d)            Masalah yang telah dirumuskan secara tepat dan benar harus mencakup dan menunjukkan semua variabel maupun hubungan variabel yang satu dengan yang lainnya yang hendak diteliti.
              Setelah perumusan masalah telah dilakukan, peneliti harus menetapkan anggapan dasar atau pra-anggapan yang dapat berupa hipotesis peneliti sebagai pemandu atau pembimbing penelitiannya dalam perumusan dan pembatasan masalah. Asumsi atau anggapan dasar adalah gambaran sangkaan, pikiran, atau satu pendapat. Anggapan dasar yang baik biasanya bersumber dari penyelidikan yang cermat.[11]
              Secara umum, “Perumusan Masalah” berisi uraian argumentatif tentang bagaimana masalah yang dimunculkan dalam latar belakang betul-betul merupakan “masalah penelitian” (research problem) serta bagaimana masalah itu dipecahkan melalui penelitian tersebut. Diuraikan berbagai variabel atau fakto-faktor yang ikut andil dalam munculnya masalah, kemudian diuraikan juga bagaimana penelitian ini dapat memberikan solusi atas masalah penelitian tersebut.
D. Variabel Penelitian
            Istilah “variabel” merupakan istilah yang tidak pernah ketinggalan dalam setiap penelitian. Kata variabel berasal dari bahasa inggris variable yang berarti faktor tak tetap atau berubah-ubah. Namun bahasa Indonesia kontemporer telah terbiasa menggunakan kata variabel ini dengan pengertian yang lebih tepat disebut bervariasi. Dengan demikian, variabel adalah fenomena yang bervariasi dalam bentuk, kualitas, kuantitas, mutu, dan standar.[12]
Menurut Margono, Variabel dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian. Sering pula dinyatakan variabel penelitian sebagai faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti. [13] 
Apa yang merupakan variabel dalam penelitian ditentukan oleh landasan teoritisnya dan ditegaskan oleh hipotesis penelitiannya. Oleh karena itu, jika landasan teoritisnya berbeda, variabel-variabel penelitiannya juga akan berbeda. Jumlah variabel yang akan dijadikan objek pengamatan akan ditentukan oleh kecanggihan rancangan penelitiannya. Makin sederhana suatu rancangan penelitian akan melibatkan variabel yang makin sedikit, atau sebaliknya.
Memahami variabel dan kemampuan menganalisis atau mengidentifikasi setiap variabel yang lebih kecil (sub variabel) merupakan syarat mutlak bagi setiap peneliti. Memang mengidentifikasi variabel dan sub-variabel tidak mudah, karenanya dibutuhkan kejelian dan kelincahan berpikir peneliti.
Variable dapat dibedakan atas kuantitatif dan kualitatif. Contoh variabel kuantitatif misalnya luas kota, umur, banyaknya jam dalam sehari dan sebagainya, sedangkan contoh variabel kualitatif misalnya kemakmuran, dan kepandaian.
Variabel kuantitatif diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu variabel diskrit dan variabel kontinum (discrete and continous). Variabel diskrit disebut juga variabel nominal atau variabel kategorik karena hanya dapat dikategorikan atas 2 kutub yang berlawanan. Angka-angka  digunakan dalam variabel ini untuk menghitung kelebihan/kekurangan kedua kutub yang berlawanan tersebut, maka angka dinyatakan sebagai frekuensi.
Sedangkan variabel kontinum dipisahkan menjadi 3 variabel kecil, yaitu: (a) variabel ordinal; menunjukkan tingkatan-tingkatan, (b) variabel interval; variabel yang menunjukkan jarak yang dapat diketahui  dengan pasti, (c) variabel ratio; yaitu variabel perbandingan. Variabel ini dalam hubungan antar-sesamanya merupakan “sekian kali”.
Adapun variabel kualitatif, variabel yang menekankan pada kualitas/quality atau hal yang terpenting dari sifat suatu barang/jasa, yaitu kejadian/fenomena/gejala sosial adalah makna dibalik gejala tersebut.
Dilihat dari kedudukannya dalam suatu penelitian, variabel dibedakan menjadi :
a)             Variabel bebas (Independent variable/العامل المستقبل)
Variabel bebas adalah variabel yang dapat diamati dan dinilai sebagai penyebab (determinan) dari sebuah tingkah laku, atau variabel yang diduga sebagai sebab munculnya variabel yang lain, yakni variabel terikat. Dalam terminologi penelitian, variabel bebas ini disimbolkan dengan X.
b)             Variabel terikat (Dependent variable/العامل التابع)
Variabel terikat adalah suatu variabel yang diakibatkan oleh variabel bebas. Variabel ini juga disebut variabel respon atau output. Sebagai variabel respon berarti variabel ini muncul sebagai akibat dari manipulasi suatu variabel, yakni variabel bebas. Dalam terminologi penelitian variabel terikat disimbolkan dengan Y.
c)             Variabel moderator (Moderating Variabel)
Variabel moderator adalah variabel yang variasi nilainya mempunyai pengaruh ketergantungan (contingent effect) yang kuat terhadap pengaruh atau hubungan dengan variabel terikat. Variabel moderating ini biasanya ditemukan jika peneliti melakukan pengkajian penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang sekarang dilakukan, khususnya yang hasilnya menolak hipotesis meskipun hal ini tidak terlalu mudah ditemui peneliti, namun upaya melakukan variabel moderating akan semankin melengkapi model penelitian yang dilakukan.
d)            Variabel kontrol (Control Variabel)
Variabel kontrol adalah variabel bebas yang dalam pelaksanaan penelitian tidak dimasukkan sebagai variabel bebas, tapi justru keberadaannya dikendalikan atau dikontrol. Dengan mengendalikan beberapa variabel tersebut, maka pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat merupakan pengaruh yang bersih atau murni, dan variabel yang dikendalikan tersebut tidak lagi mencemari variabel terikatnya.
Misalnya pada penelitian mengenai pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja pegawai agar derajat pengaruhantara lingkungan kerja terhadap kinerja pegawai murni, maka variabel-variabel lainyang juga mempunyai pengaruh terhadap kinerja perlu dikendalikan atau dikontrol,
e)             Variabel antara (Intervening Variable)
Variabel antara adalah variabel yang menjadi antara adanya pengaruh variabel bebas dan variabel terikat.[14] Segala sesuatu harus ada sebab musababnya dan tidak begitu saja terjadi dengan sendirinya. Setiap fenomena dipengaruhi oleh serangkaian sebab musabab. Setiap kali kita menentukan sebab dari suatu fenomena selalu akan timbul pertanyaan apakah sebab yang lainnya berpengaruh langsung dengan sebab yang pertama atau tidak. Suatu variabel disebut variabel antara apabila, dengan masuknya variabel tersebut, hubungan statistik yang semula tampak antara dua variabel kemudian menjadi lemah atau bahkan lenyap. Dilihat dari letaknya, variabel antara terletak diantara variabel bebas dan variabel terikat dalam suatu model.
Tujuan kategorisasi variabel ini agar peneliti memahami dengan jelas permasalahan yang diteliti. Makin terperinci kita memahami suatu permasalahan, maka makin bermutu pemecahannya.

  
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
            Dalam kehidupan manusia atau kehidupan kita sehari-hari banyak sekali permasalahan, tetapi kita atau para peneliti muda menemui kesulitan dalam mengidentifikasi permasalahan yang benar-benar layak untuk dijadikan penelitian. Untuk itu, seorang peneliti harus dapat berfikir skeptis, analitis, dan kritis dalam meneliti suatu masalah.
B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kami menyarankan kepada teman-teman sesama mahasiswa untuk mencari informasi lain sebagai tambahan dari apa yang telah kami uraikan di atas.



DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Saebani, Beni. 2008. Metode Penelitian. Bandung: Pustaka Setia.
Ainin, Moh. 2010. Metodologi Penelitian Bahasa Arab. Malang: CV. Bintang Sejahtera.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Bungin, Burhan. 2010. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana.
Margono, S. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Ma’mur Asmani, Jamal. 2011. Tuntunan Lengkap Metodologi Praktis Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Diva Press.
Mustafa EQ, Zainal. 2013. Mengurai Variabel Hingga Intrumentasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rianse, Rusman dan Abdi. 2009. Metodologi Penelitian Sosial Dan Ekonomi Teori Dan Praktik. Bandung: Alfabeta.
Sukardi. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi Dan Praktiknya, Yogyakarta: PT. Bumi Aksara.
Suryabrata, Suyadi. 2013. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Wahid D, Roja’. 2000. Al-Bahtsu Al-‘Ilmy. Asasiyah Al-Nadzariyah wa Mumaratsah al-'Ilmiy Beirut: Daar Al-Fikri.


[1] Moh. Ainin, Metodologi Penelitian Bahasa Arab, (Malang: CV. Bintang Sejahtera, 2010),h 24
[2] Roja’ Wahid D, Al-Bahtsu Al-‘Ilmy,Asasiyah Al-Nadzariyah wa Mumaratsah al-'Ilmi (Beirut: Daar Al-Fikri, 2000), h107
[3] Suyadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013), h 12
[4] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,2006), h 30
[5] Moh. Ainin, op.cit , h. 25
[6] S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,2005), h 54-56
[7] Roja’ Wahid D, Op. Cit, h 112
[8] Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), h 139
[9] Jamal Ma’mur Asmani, Tuntunan Lengkap Metodologi Praktis Penelitian Pendidikan, (Yogyakarta: Diva Press, 2011), h 118
[10] Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi Dan Praktiknya, (Yogyakarta: PT. Bumi Aksara, 2007), h 29
[11] Rusman Rianse dan Abdi, Metodologi Penelitian Sosial Dan Ekonomi Teori Dan Praktik, (Bandung: Alfabeta, 2009), h 52
[12] Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana, 2010), h 69
[13] S. Margono, op. Cit, h 82
[14] Zainal mustafa EQ, Mengurai Variabel Hingga Intrumentasi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), h 32
 







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bahasa Arab

MAKALAH HIPOTESIS DAN ASUMSI

  MAKALAH Mata Kuliah: Metodologi Penelitian Bahasa Arab dan Sastra Arab HIPOTESIS DAN ASUMSI   BAB I PENDAHULUAN     A. Lat...