Rabu, 14 Desember 2016

Makalah Majaz Lughawi

BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Hakikat dan Majaz
Hakikat adalah lafadz yang menunjukkan makna asli. Sedang majaz adalah lafadz yang tidak menunjukkan makna asli.[1] Contoh:
الأسد : الحيوان المفترس (الحقيقة)
         الرجل الشجاع (المجاز)

Majaz dibagi menjadi tiga yaitu majaz lughawi, mursal, dan aqli:
1.      Majaz lughowi
                        Majaz secara harfiah artinya ‘boleh’, sementara lughowi artinya ‘bersifat bahasa’ atau ‘dalam bahasa’. Dengan demikian, majaz lughowi artinya suatu kebolehan menggunakan suatu kata-sebagai bahasa-bukan pada tempatnya. Contohnya, nyiur melambai-lambai, matahari tersenyum, bulan menangis, kejahatan mengintai, alam bersedih dan lain-lain.[2] Menurut istilah balaghoh, majaz adalah:
المجاز هو اللفظ المستعمل في غير ما وضع له لعلاقة مع قرينة مانعة من ارادة المعنى الحقيقيّ
Kata yang digunakan bukan pada tempatnya karena ada ‘alaqah’ serta ‘qarinah’ yang mencegah dari arti yang sebenarnya.
اللفظُ المستعملُ في غير ما وضعَ له لعلاقةٍ مع قرينةٍ مانعةٍ من إرادة ِ المعنى الوضعيِّ[3]

Yakni lafadz yang digunakan bukan pada asal peletakannya, dikarenakan adanya 'alaqah (hubungan) beserta qarinah (alasan/petunjuk) yang menghalanginya dari penggunaan makna dasarnya atau aslinya.
Maksud 'alaqah di dalam definisi tersebut adalah:

العلاقة هي المناسبةُ بين المعنَى الحقيقيِّ والمعنى المجازيِّ، قد تكونُ (المشابهةَ) بين المعنيينِ، وقد تكونُ غيرَها، فإذا كانتِ العلاقةُ (المشابهةَ) فالمجازُ (استعارةٌ)، وإلا فهو (مجازٌ مرسلٌ)

Yakni pertalian atau penyesuaian antara makna asli dan makna majaz (bukan asli), yang bisa berupa musyabahah (penyerupaan/kemiripan) atau selainnya, apabila pertalian antara keduanya tersebut musyabahah maka itu disebut majaz isti'arah dan apabila bukan (musyabahah) maka disebut majaz mursal.
Sedangkan qarinah maksudnya adalah:

القرينة هي المانعةُ من إرادة المعنى الحقيقيِّ، قد تكون لفظيةً، وقد تكونُ حاليةً

Yakni penghalang dari penggunaan makna hakiki atau asli, yang bisa berupa lafadz atau hal ihwal.[4]


2. Contoh dan Analisa
1.    Aku melihat bintang di kelas
رأيت النجم في الفصل
2.      Bulan itu sedang bercengkrama di warung kopi
القمر يتحدّث قي المقهى
3.      Singa sedang berpidato di atas minbar
الأسد يخطب على المنبر
4.      Kilat itu kejar-kejaran di jalan raya
تسابق البرق في الشّرع
5.      Kilat itu tersenyum di langit
تبسّم البرق في السّماء

            Kata-kata bintang pada contoh (1), bulan pada contoh (2), singa pada contoh (3), kilat pada contoh (4), dan tersenyum pada contoh (5), digunakan bukan pada tempatnya. Alasannya, bintang yang sebenarnya tidak ada di kelas, bulan yang sebenarnya tidak akan bercengkerama, singa tidak akan berpidato, kilat tidak dapat kejar-kejaran di jalan raya, kilat yang sebenarnya tidak pula tersenyum. Dengan demikian, kata-kata tersebut digunakan bukan pada tempatnya. Makan kata-kata tersebut disebut majaz.
            Kata bintang pada contoh(1) maksudnya adala sang juara. Yang tertulis adalah bintang, namun yang dimaksud adalah sang juara. Alasannya adalah pertama, karena ada kata keias. Selanjutnya, kata kelas disebut qarinah قرينة)) yang artinya kata yang menghalangi suatu kata lain memiliki arti yang sebenarnya. Dalam hal ini, kata kelas menghalangi kata bintang dari arti yang sebenarnya. Yaitu bintang yang ada dilangit, menjadi arti lain, yaitu sang juara. Kedua, karena ada hubungan kesamaan antar kata bintang yang ditulis dengan kata sang juara yang dimaksud. Hubungan kesamaan ini disebut ‘alaqah (علاقة). Hubungan kesamaan antara bintang dan sang juara adalah sama-sama memiliki undur tinggi. Bintang adalah planet tertinggi dalam tata surya yang ada. Demikian juga sang juara yag merupakan murid yang paling tinggi nialinya diantara teman-teman sekelas lainnya.
            Dengan demikian kata bintang dapat dipastikan majazi karena memiliki tiga unsur:
1        Digunakan bukan pada tempat yang semestinya.
2        Memiliki ‘alaqah (hubungan), yaitu sama-sama tinggi.
3        Memiliki qarinah (penyebab/indikator), yaitu kelas.

Kata bulan pada contoh(2) dimaksudkan sebagai wanita. Yang tertulis adalah bulan, namun yang dimaksud adalah wanita, pertama alasannya karena  ada kata bercengkerama yang disebut qarinah. Dalam hal ini kata bercengkerama yang menghalangi kata bulan dari arti yang sebenarnya, yaitu bulan yang ada pada malam hari, menjadi arti lain, yaitu wanita.
Kedua, karena ada hubungan kesamaan antar kata bulan dan wanita yang disebut ‘alaqah. Hubungan kesamaan antara bulan dan wanita adalah sama-sama memiliki unsur cantik dan indah.
            Dengan demikian kata bulan dapat dipastikan majazi karena memiliki tiga unsur:
1        Digunakan bukan pada tempat yang semestinya.
2        Memiliki ‘alaqah (hubungan), yaitu sama-sama cantik/indah.
3        Memiliki qarinah (penyebab/indikator), yaitu bercengkerama dan kopi.

Kata singa pada contoh(3) tidak dimaksudkan kecuali sebagai seorang khatib .Yang tertulis adalah singa, namun yang dimaksud adalah khatib, pertama alasannya karena  ada kata berpidato yang disebut qarinah. Dalam hal ini kata berpidato yang menghalangi singa dari arti yang sebenarnya, yaitu singa yang ada di hutan atau kebun binatang, menjadi arti lain, yaitu khatib.
Kedua, karena ada hubungan kesamaan antara kata singa dan khatib yang disebut ‘alaqah. Hubungan kesamaan antara kilat dan kendaraan adalah sama-sama memiliki sifat berani.
            Dengan demikian kata singa dapat dipastikan majazi karena memiliki tiga unsur:
1        Digunakan bukan pada tempat yang semestinya.
2        Memiliki ‘alaqah (hubungan), yaitu sama-sama berani..
3        Memiliki qarinah (penyebab/indikator), yaitu berpidato.
Kata kilat pada contoh(4) tidak dimaksudkan kecuali sebagai kendaraan. Yang tertulis adalah bulan, namun yang dimaksud adalah wanita, pertama alasannya karena  ada kata jalan raya yang disebut qarinah. Dalam hal ini kata jalan raya yang menghalangi kata kilat dari arti yang sebenarnya, yaitu kilat yang kita kenal menjadi arti lain, yaitu kendaraan.
Kedua, karena ada hubungan kesamaan antar kata kilat dan kendaraan yang disebut ‘alaqah. Hubungan kesamaan antara kilat dan kendaraan adalah sama-sama memiliki sifat cepat.
            Dengan demikian kata bulan dapat dipastikan majazi karena memiliki tiga unsur:
1        Digunakan bukan pada tempat yang semestinya.
2        Memiliki ‘alaqah (hubungan), yaitu sama-sama cepat.
3        Memiliki qarinah (penyebab/indikator), yaitu jalan raya.

Kata tersenyum pada contoh(5) dimaksudkan kecuali berkilau. Yang tertulis adalah tersenyum, namun yang dimaksud adalah berkilau. pertama alasannya karena  ada kata kilat yang disebut qarinah. Dalam hal ini kata kilat yang menghalangi kata tersenyum dari arti yang sebenarnya, yaitu tersenyum yang kita kenal menjadi arti lain, yaitu berkilau.
Kedua, karena ada hubungan kesamaan antara kata tersenyum dan berkilau yang disebut ‘alaqah. Hubungan kesamaan antara tersenyum dan berkilau adalah sama-sama memiliki sifat kilau.
            Dengan demikian kata bulan dapat dipastikan majazi karena memiliki tiga unsur:
1        Digunakan bukan pada tempat yang semestinya.
2        Memiliki ‘alaqah (hubungan), yaitu sama-sama kilau.
3        Memiliki qarinah (penyebab/indikator), yaitu kilat.






            Berikut ini adalah contoh Majaz dalam bentuk tabel :

No
Contoh Kalimat
Makna
Sebenarnya
Makna yang dimaksud
‘Alaqah
Qarinah
1
Berpeganglah teguh kepada tali Allah
واعتصموا بحبل اللّه
tali
Agama
pegangan
Allah
2

kebun tertawa
ضحك البستان
tertawa
menghijau
segar
kebun















BAB III
PENUTUP
A.        KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan beberapa poin:
1.      Hakikat adalah kata yang dipakaikan pada maksud kata itu sendiri, sementara majaz adalah kata yang digunakan pada makna lain dengan adanya ‘alaqah dan qarinah.
2.      Hakikat keberadaannya disepakati ulama dalam Al-quran, sementara majaz masih debatable.
B.      Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kami menyarankan kepada teman-teman sesama mahasiswa untuk mencari informasi lain sebagai tambahan dari apa yang telah kami uraikan di atas.








DAFTAR PUSTAKA
Jarim, Ali dan Musthofa Amin. 2007. Balaghoh Wadhihah. Jakarta: Raudhoh Press.
Syatibi, Ahmad.2013. Balaghah (Ilmu Bayan).  Jakarta: Tarjamah Center.


























[2] Ahmad syatibi, Balaghah (Ilmu Bayan),Jakarta: Tajamah Center. 2013.hlm.51.
[3]  Ali Jarim dan Musthofa Amin, Balaghoh Wadhihah, (Jakarta: Raudhoh Press,2007),hlm 77

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bahasa Arab

MAKALAH HIPOTESIS DAN ASUMSI

  MAKALAH Mata Kuliah: Metodologi Penelitian Bahasa Arab dan Sastra Arab HIPOTESIS DAN ASUMSI   BAB I PENDAHULUAN     A. Lat...