BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Hakikat dan Majaz
Hakikat adalah lafadz yang menunjukkan makna asli.
Sedang majaz adalah lafadz yang tidak menunjukkan makna asli.[1]
Contoh:
الأسد : الحيوان المفترس (الحقيقة)
الرجل
الشجاع (المجاز)
Majaz
dibagi menjadi tiga yaitu majaz lughawi, mursal, dan aqli:
1. Majaz lughowi
Majaz
secara harfiah artinya ‘boleh’, sementara lughowi artinya ‘bersifat bahasa’
atau ‘dalam bahasa’. Dengan demikian, majaz lughowi artinya suatu kebolehan
menggunakan suatu kata-sebagai bahasa-bukan pada tempatnya. Contohnya, nyiur
melambai-lambai, matahari tersenyum, bulan menangis, kejahatan mengintai, alam
bersedih dan lain-lain.[2] Menurut
istilah balaghoh, majaz adalah:
المجاز هو
اللفظ المستعمل في غير ما وضع له لعلاقة مع قرينة مانعة من ارادة المعنى الحقيقيّ
Kata yang digunakan bukan pada tempatnya karena ada
‘alaqah’ serta ‘qarinah’ yang mencegah dari arti yang sebenarnya.
اللفظُ المستعملُ في غير ما وضعَ له لعلاقةٍ مع قرينةٍ
مانعةٍ من إرادة ِ المعنى الوضعيِّ[3]
Yakni lafadz yang digunakan bukan pada asal peletakannya, dikarenakan
adanya 'alaqah (hubungan) beserta qarinah (alasan/petunjuk) yang menghalanginya
dari penggunaan makna dasarnya atau aslinya.
Maksud 'alaqah
di dalam definisi tersebut adalah:
العلاقة هي المناسبةُ بين المعنَى الحقيقيِّ والمعنى
المجازيِّ، قد تكونُ (المشابهةَ) بين المعنيينِ، وقد تكونُ غيرَها، فإذا كانتِ
العلاقةُ (المشابهةَ) فالمجازُ (استعارةٌ)، وإلا فهو (مجازٌ مرسلٌ)
Yakni pertalian atau penyesuaian antara makna asli dan makna majaz (bukan
asli), yang bisa berupa musyabahah (penyerupaan/kemiripan) atau selainnya,
apabila pertalian antara keduanya tersebut musyabahah maka itu disebut majaz
isti'arah dan apabila bukan (musyabahah) maka disebut majaz mursal.
Sedangkan qarinah
maksudnya adalah:
القرينة هي
المانعةُ من إرادة المعنى الحقيقيِّ، قد تكون لفظيةً، وقد تكونُ حاليةً
Yakni penghalang dari
penggunaan makna hakiki atau asli, yang bisa berupa lafadz atau hal ihwal.[4]
2. Contoh dan Analisa
1. Aku melihat bintang di kelas
رأيت النجم في الفصل
2. Bulan itu sedang bercengkrama di warung kopi
القمر يتحدّث قي المقهى
3. Singa sedang berpidato di atas minbar
الأسد
يخطب على المنبر
4. Kilat itu kejar-kejaran di jalan raya
تسابق
البرق في الشّرع
5. Kilat itu tersenyum di langit
تبسّم
البرق في السّماء
Kata-kata
bintang pada contoh (1), bulan pada contoh (2), singa pada contoh (3), kilat
pada contoh (4), dan tersenyum pada contoh (5), digunakan bukan pada tempatnya.
Alasannya, bintang yang sebenarnya tidak ada di kelas, bulan yang sebenarnya
tidak akan bercengkerama, singa tidak akan berpidato, kilat tidak dapat
kejar-kejaran di jalan raya, kilat yang sebenarnya tidak pula tersenyum. Dengan
demikian, kata-kata tersebut digunakan bukan pada tempatnya. Makan kata-kata
tersebut disebut majaz.
Kata
bintang pada contoh(1) maksudnya adala sang juara. Yang tertulis adalah
bintang, namun yang dimaksud adalah sang juara. Alasannya adalah
pertama, karena ada kata keias. Selanjutnya, kata kelas disebut
qarinah قرينة)) yang artinya kata yang menghalangi suatu kata lain memiliki
arti yang sebenarnya. Dalam hal ini, kata kelas menghalangi kata bintang
dari arti yang sebenarnya. Yaitu bintang yang ada dilangit, menjadi arti lain,
yaitu sang juara. Kedua, karena ada hubungan kesamaan antar kata bintang
yang ditulis dengan kata sang juara yang dimaksud. Hubungan kesamaan
ini disebut ‘alaqah (علاقة). Hubungan kesamaan antara bintang dan sang juara adalah
sama-sama memiliki undur tinggi. Bintang adalah planet tertinggi dalam tata
surya yang ada. Demikian juga sang juara yag merupakan murid yang paling tinggi
nialinya diantara teman-teman sekelas lainnya.
Dengan
demikian kata bintang dapat dipastikan majazi karena memiliki tiga unsur:
1
Digunakan
bukan pada tempat yang semestinya.
2
Memiliki
‘alaqah (hubungan), yaitu sama-sama tinggi.
3
Memiliki
qarinah (penyebab/indikator), yaitu kelas.
Kata bulan pada contoh(2)
dimaksudkan sebagai wanita. Yang tertulis adalah bulan, namun
yang dimaksud adalah wanita, pertama alasannya karena ada kata bercengkerama yang disebut
qarinah. Dalam hal ini kata bercengkerama yang menghalangi kata bulan
dari arti yang sebenarnya, yaitu bulan yang ada pada malam hari, menjadi arti
lain, yaitu wanita.
Kedua, karena
ada hubungan kesamaan antar kata bulan dan wanita yang disebut ‘alaqah.
Hubungan kesamaan antara bulan dan wanita adalah sama-sama memiliki unsur cantik dan indah.
Dengan
demikian kata bulan dapat dipastikan majazi karena memiliki tiga unsur:
1
Digunakan
bukan pada tempat yang semestinya.
2
Memiliki
‘alaqah (hubungan), yaitu sama-sama cantik/indah.
3
Memiliki
qarinah (penyebab/indikator), yaitu bercengkerama dan kopi.
Kata singa pada contoh(3) tidak
dimaksudkan kecuali sebagai seorang khatib .Yang tertulis adalah singa,
namun yang dimaksud adalah khatib, pertama alasannya karena ada kata berpidato yang disebut qarinah.
Dalam hal ini kata berpidato yang menghalangi singa dari arti yang
sebenarnya, yaitu singa yang ada di hutan atau kebun binatang, menjadi arti
lain, yaitu khatib.
Kedua, karena
ada hubungan kesamaan antara kata singa dan khatib yang disebut ‘alaqah.
Hubungan kesamaan antara kilat dan kendaraan adalah sama-sama memiliki sifat
berani.
Dengan
demikian kata singa dapat dipastikan majazi karena memiliki tiga unsur:
1
Digunakan
bukan pada tempat yang semestinya.
2
Memiliki
‘alaqah (hubungan), yaitu sama-sama berani..
3
Memiliki
qarinah (penyebab/indikator), yaitu berpidato.
Kata kilat pada contoh(4) tidak
dimaksudkan kecuali sebagai kendaraan. Yang tertulis adalah bulan,
namun yang dimaksud adalah wanita, pertama alasannya karena ada kata jalan raya yang disebut qarinah.
Dalam hal ini kata jalan raya yang menghalangi kata kilat dari arti yang
sebenarnya, yaitu kilat yang kita kenal menjadi arti lain, yaitu kendaraan.
Kedua, karena
ada hubungan kesamaan antar kata kilat dan kendaraan yang disebut
‘alaqah. Hubungan kesamaan antara kilat dan kendaraan adalah sama-sama memiliki
sifat cepat.
Dengan
demikian kata bulan dapat dipastikan majazi karena memiliki tiga unsur:
1
Digunakan
bukan pada tempat yang semestinya.
2
Memiliki
‘alaqah (hubungan), yaitu sama-sama cepat.
3
Memiliki qarinah
(penyebab/indikator), yaitu jalan raya.
Kata tersenyum pada contoh(5)
dimaksudkan kecuali berkilau. Yang tertulis adalah tersenyum,
namun yang dimaksud adalah berkilau. pertama alasannya
karena ada kata kilat yang
disebut qarinah. Dalam hal ini kata kilat yang menghalangi kata tersenyum
dari arti yang sebenarnya, yaitu tersenyum yang kita kenal menjadi arti
lain, yaitu berkilau.
Kedua, karena
ada hubungan kesamaan antara kata tersenyum dan berkilau yang
disebut ‘alaqah. Hubungan kesamaan antara tersenyum dan berkilau adalah
sama-sama memiliki sifat kilau.
Dengan
demikian kata bulan dapat dipastikan majazi karena memiliki tiga unsur:
1
Digunakan
bukan pada tempat yang semestinya.
2
Memiliki
‘alaqah (hubungan), yaitu sama-sama kilau.
3
Memiliki
qarinah (penyebab/indikator), yaitu kilat.
Berikut
ini adalah contoh Majaz dalam bentuk tabel :
No
|
Contoh
Kalimat
|
Makna
Sebenarnya
|
Makna yang dimaksud
|
‘Alaqah
|
Qarinah
|
1
|
Berpeganglah
teguh kepada tali Allah
واعتصموا بحبل اللّه
|
tali
|
Agama
|
pegangan
|
Allah
|
2
|
kebun
tertawa
ضحك البستان
|
tertawa
|
menghijau
|
segar
|
kebun
|
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan beberapa poin:
1.
Hakikat
adalah kata yang dipakaikan pada maksud kata itu sendiri, sementara majaz
adalah kata yang digunakan pada makna lain dengan adanya ‘alaqah dan qarinah.
2.
Hakikat
keberadaannya disepakati ulama dalam Al-quran, sementara majaz masih debatable.
B. Saran
Kami
menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kami
menyarankan kepada teman-teman sesama mahasiswa untuk mencari informasi lain
sebagai tambahan dari apa yang telah kami uraikan di atas.
DAFTAR
PUSTAKA
Jarim, Ali dan Musthofa Amin. 2007. Balaghoh Wadhihah. Jakarta:
Raudhoh Press.
Syatibi, Ahmad.2013. Balaghah (Ilmu Bayan). Jakarta: Tarjamah Center.
[1]
http://kindhearte.blogspot.co.id/2013/05/balaghoh-tasybih-majaz-istiarah.html,
Diakses pada tanggal 19 April 2016
[2]
Ahmad syatibi, Balaghah (Ilmu Bayan),Jakarta: Tajamah Center.
2013.hlm.51.
[3] Ali Jarim dan Musthofa Amin, Balaghoh
Wadhihah, (Jakarta: Raudhoh Press,2007),hlm 77
[4]
http://curatcoretnabil.blogspot.co.id/2012/03/majaz-dan-kinayah-dalam-al-quran.html,
diakses pada tanggal 22 April 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar