Rabu, 14 Desember 2016

Makalah Perkembangan Ajaran Dan Masyarakat Islam Pada Masa Nabi Muhammad SAW



BAB II
PEMBAHASAN
A.       Perkembangan Islam Periode Makkah
Ketika nabi Muhammad SAW berusia 40 tahun beliau mendapat wahyu yang pertama, yaitu surat Al-Alaq ayat 1-5 ketika berkhalwat di goa hira. Dan sejak saat itu pula secara resmi beliau telah diangkat menjadi Rasulullah, utusan Allah kepada seluruh umat manusia untuk menyampaikan risalah.
Beberapa hari kemudian setelah bulan Ramadhan berakhir, beliau kembali ke Mekkah dari goa hira setelah berkhalwat seperti biasa. Ketika sampai di tengah lembah, tiba-tiba beliau mendegar suara dari arah langit dan tampaklah Jibril as. Beliau menggigil ketakutan lalu pulang ke rumahnya serta minta kepada Khadijah untuk diselimuti. Dalam keadaan seperti itu, Jibril datang menyampaikan wahyu yang kedua yaitu surat Al- Muddatstsir ayat 1-7 yang berupa perintah untuk mulai menyiarkan agama islam.
1.         Dakwah Secara Sembunyi-sembunyi
  Setelah menerima wahyu tersebut, Mulailah Rausulullah menyiarkan agama Islam ketengah-tengah kaumnya. Beliau sungguh cerdik dan bijaksana, mengingat masalah ini sangat besar dan dapat menggoncangkan suasana, maka beliau mulai menyeru kaum keluarga dan kenalan-kenalan dekatnya secara diam-diam seorang demi seorang agar meninggalkan agama berhala. Mereka yang pertama kali beriman disebut dengan “As-Saabiquunal Awwaluun” antara lain:
  -Khadijah, dari kaum wanita
-Abu Bakar Shiddiq, dari kaum laki-laki
-Ali bin  Abi Thalib, dari kalangan anak-anak
-Zaid bin Haritsah dan Ummu Aiman, dari kalangan budak.
       Secara diam-diam pula mereka menyeru kerabat-kerabat dekatnya sendiri, sehingga dalam waktu tidak terlalu lama, mereka yang beriman telah mencapai 39 orang.
2. Dakwah Secara Terang-terangan
Setelah 3 tahun Rasulullah berdakwah secara diam-diam. Turunlah perintah Allah untuk menyiarkan agama Islam secara terang-terangan, yang berbunyi:
فَاصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرْ وَأَعْرِضْ عَنِ المُشْرِكِيْنَ (الحجر:94)
“Maka sampaikanlah olehmu  (Muhammad) secara terang-terangan segala apa yang di perintahkan kepadamu, dan berpalinglah dari orang-orang Musyrik” (QS. Al-Hijr ayat 94)

            Untuk pertama kalinya beliau mengumpulkan sanak saudaranya di bukit Shafa. Dengan cara lemah lembut dan bijaksana beliau menyeru mereka untuk meninggalkan cara-cara penyembahan berhala dan hanya menyembah kepada Allah SWT semata. Setelah kaum Quraisy melihat gerakan agama Islam semakin meluas dikalangan penduduk Makkah, mulailah mereka melancarkan sikap-sikap permusuhan kepada Nabi dan pengikutnya. Diantara mereka, terdapat pamannya Abu Lahab dan istrinya Ummu Jamiel yang paling memusuhi Allah dan Rasul-Nya sehingga Allah menurutkan surat Al-Lahab ayat 1-5. Nabi tetap melanjutkan dakwah secara terang-terangan di tempat-tempat mereka berkumpul, dan mengajak mereka masuk agama Islam. Sementara itu, penyiksaan orang-orang kafir kepada kaum muslimin semakin bertambah. Lain halnya dengan Rasulullah beliau tetap berdakwah dan beribadah secara terang-terangan dihadapan orang-orang musyrik, sekalipun beliau menerima siksaan dari kaum kafir Quraisy.

3. Hamzah dan Umar Masuk Islam
Pada tahun ke-5 kenabian, dua orang pemuka Qurasiy yang sangat berpengaruh dan terkenal dengan keberaniannya telah menyatakan masuk Islam. Mereka berdua adalah “Hamzah bin Abdul Muthallib”,  paman Nabi dari pihak ayahnya, dan “Umar bin Khattab”, seorang pemuka Quraisy yang sangat keras dan jujur. Dengan berimannya dua pemuka Quraisy ini, para umat muslim mulai berani menjalankan ibadah di Masjidil Haram, walaupun sering terjadi bentrokan-bentrokan dengan kaum Quraisy di berbagai tembat dan kesempatan, tetapi umat muslim sudah mulai berani memberikan perlawanan, jika mereka dihina atau dicaci maki sampai melebihi batas.
Secara terus-menerus pula kaum Quraisy berusaha memerangi dakwah ini dengan berbagai macam cara; menyiksa, menganiaya, mengintimidasi dan membujuk dengan berbagai hal.

4. Hijrah Pertama dalam Islam 
Kekejaman yang dilakukan oleh kaum Quraisy kepada umat muslim, mendorong Rasulullah untuk mengungsikan para sahabat-sahabatnya bersama 200 orang para umat muslim baik laki-laki, perempuan dan anak-anak kecil ke negeri Habsyah (Ethiopia) yang dipimpin oleh raja Negus/Najasyi, beliau adalah raja Kristen yang adil. Usaha orang-orang Quraisy untuk menghalangi hijrah ke Habsyah, termasuk membujuk raja Negus agar menolak kehadiran umat Islam disana pun gagal. Raja Negus sangat tertarik dengan agama Islam dan membenarkan semua ajaran Islam. Dia juga menegaskan bahwa siapapun yang memusuhi umat Islam sama dengan memusuhinya secara pribadi, juga ia tidak terima jika salah seorang diantara umat Islam teraniaya, bahkan sekalipun ada yang menebusnya dengan segunung emas. Menurut riwayat, raja Negus masuk islam pada tahun ke-7 hijrah, setelah menerima surat ajakan dari Nabi.
 Disana umat Islam mendapat perlakuan dan perlindungan khusus dan tempat yang nyaman di negeri itu serta diperbolehkan untuk tinggal selama mungkin. Dengan peristiwa ini, maka terjalinlah sebuah hubungan dan solidaritas yang kuat antara orang-orang Islam dan orang-orang Kristen. Sementara Rasulullah memilih untuk menetap di Makkah, beliau senantiasa berusaha menyebarkan ajaran Islam kepada penduduk Makkah.

 5. Politik Embargo Total pada Umat Islam
Pada tahun ke-7 kenabian, kaum Quraisy bersepakat untuk memboikot Nabi dan keluarganya dari kalangan Bani Hasyim. Mereka sengaja membuat Piagam Pemboikotan Khusus yang digantung di dinding Ka’bah yang berisikan larangan untuk mengadakan hubungan dengan Nabi dan keluarganya dalam bentuk apapun. Kaum muslimin terpaksa keluar dari kota Makkah dalam keadaan menahan lapar dan dahaga, untuk menyambung hidup, mereka makan daun-daunan yang terdapat di sekitar tempat yang bernama Syi’ib Abu Thalib. Pemboikotan berlangsung salama 3 tahun, akhirnya pada tahun ke-10 kenabian para pemuka Quraisy yang hatinya masih tersisa rasa kemanusiaan, mengusulkan pemboikotan ini segera diakhiri. Mereka mencabut isi lembaran yang sudah dimakan rayap tersebut dan mengumumkan pada khalayak ramai. Akhirnya, krisis yang dialami oleh kaum muslim dan Bani Hasyim sirna, mereka kembali ke kota Makkah. Namun kaum Quraisy tetap pada sikap mereka yang bengis.
Pada tahun ini, wafat dua orang yang paling dekat dengan Nabi yaitu pamannya Abu Thalib dan istrinya Siti Khadijah. Sehingga tahun ini disebut dengan “Aamul Huzni (Tahun Kesedihan)”.

6. Isra’ dan Mi’raj
Isra dan Mi’raj adalah merupakan dua mukjizat yang diberikan Allah SWT. kepada Nabi Muhammad saw. pada tahun ke-10 kenabian. Isra’ adalah peristiwa perjalanan Nabi dari Masjidil Haram ke Masjidil ‘Aqsha di Palestina. Sedangkan  Mi’raj adalah peristiwa naiknya Nabi Muhammad dari Masjidil ‘Aqsha ke ‘Arsy (Sidratul Muntaha’) untuk menghadap Allah SWT. Dalam pertemuan tersebut, Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad dan umatnya untuk melaksanakan shalat sebanyak 50 perkara. Setelah Rasulullah memohon keringanan perintah shalat kepada Allah berkali-kali, maka Allah memberi keringanan kepada Nabi Muhammad menjadi lima waktu sehari semalam, dan menjanjikan pahala yang sama bagi umat nabi Muhammad SAW seperti melaksanakan shalat 50 waktu.
Dengan adanya peristiwa ini, menurut ajaran Islam shalat adalah merupakan rukun kedua yang sangat penting. Shalat adalah perintah langsung yang diterima Rasulullah dari Allah SWT, karena itu ia memiliki keistimewaan di sisi Allah, lebih dari ibadah-ibadah lainnya.

7. Penduduk Madinah Masuk Islam
Setelah peristiwa Isra dan Mi’raj, suatu perkembangan besar bagi kemajuan dakwah Islam. Pada bulan haji ke-11 kenabian, mulailah Rasulullah memperkenalkan Islam pada kabilah-kabilah Arab dari luar kota Makkah yang berziarah ke Baitullah setiap musim haji tiba. Perkembangan besar datang dari sejumlah penduduk Yatsrib (Madinah) yang berhaji di Makkah. Mereka yang sudah menerima ajakan Nabi dan telah menyatakan dua kalimat Syahadat, ketika kembali ke Yatsrib, mereka berusaha mengenalkan agama islam pada kaum kerabatnya, serta mengajaknya untuk beriman dan masuk Islam. Dalam waktu singkat ajaran Islam sudah dikenal oleh penduduk Yatsrib dan menjadi perbincangan sehari-hari.
Pada tahun berikutnya, datanglah 12 orang laki-laki penduduk kota Yatsrib ke Makkah untuk menemui Nabi dan masuk Islam. kemudian Rasulullah membaiat mereka di suatu tempat bernama Aqabah. Rasulullah membaiat mereka agar tidak menyekutukan Allah, tidak mencuri, berzina, tidak membunuh anak-anak mereka, serta tidak melakukan perbuatan keji lainnya. Baiat ini lalu dikenal sebagai Baiat Aqabah Pertama.
Tahun selanjutnya, yaitu tahun ke-13 kenabian, datang lagi 73 orang laki-laki dan 2 orang perempuan ke Makkah untuk masuk Islam. Rasulullah membaiat mereka di tempat yang sama seperti sebelumnya, kali ini Nabi membaiat mereka untuk berjanji membela Nabi dari segala rongrongan kaum Quraisy. Mereka juga berharap dengan penuh kesungguhan agar Rasulullah pindah ke Yatsrib dan menjadikannya sebagai pusat pengembangan agama Islam yang baru. Pembaiatan inipun disebut dengan Baiat Aqabah Kedua.

B.     Perkembangan Islam Periode Madinah

1. Hijrah ke  Madinah
Begitu kaum Quraisy mendengar kabar bahwa umat islam sudah tersiar dikalangan penduduk Yatsrib, mereka melancarkan serangan dan rongrongan yang jauh lebih besar dari sebelumnya kepada Nabi dan para sahabatnya. Maka Nabi pun memerintahkan kepada para sahabat untuk mulai melaksanakan hijrah ke Madinah secara bertahap dan diam-diam. Penduduk Madinah menyambut mereka dengan penuh rasa persaudaraan dan keramahan. Secara suka-rela dan penuh keikhlasan, mereka menyediakan segala kebutuhan kaum Muslimin Makkah selama mereka berada di Yatsrib. Karena sikap yang sangat terpuji ini, Rasulullah menyebut mereka dengan kaum Anshar (Orang-orang yang suka menolong).

2. Peristiwa di Tahun pertama Hijriah
Setelah para sahabat sampai di Madinah dengan selamat, maka menyusullah Nabi Muhammad bersama Abu Bakar As-Shiddiq untuk berhijrah ke Madinah. Berkat pertolongan dari Allah SWT Rasulullah beserta Abu Bakar selamat dari segala upaya yang dilakukan kaum Quraisy untuk membunuh Nabi. Pada tanggal 12 Rabi’ul Awwal tahun pertama hijrah atau 24 September 662 Masehi, keduanya sampai di Quba yaitu desa yang berjarak 5 meter dari kota Yatsrib, nabi beristirahat selama 4 hari disana. Menurut riwayat, sejak saat inilah dihitungnya permulaan Tahun Hijriah yang dimulai pada masa kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab ra.
Di Quba beliau sempat mendirikan masjid Quba yang di dalam Alquran disebutkan sebagai “Masjid yang didirikan atas dasar taqwa”. Inilah masjid yang pertama kali didirikan Nabi sebagai pusat peribadatan.
 Pada hari Jum’at berikutnya beliau melanjutkan perjalanan menuju kota Madinah disusul oleh Ali bin Abi Thalib yang telah menyelesaikan segala urusannya di Makkah. Di tengah jalan menjelang masuk kota Madinah, beliau bersama yang lain melaksanakan shalat Jum’at yang didahului dengan dua khutbah. Dan inilah shalat dan khutbah Jum’at yang pertama kali dalam Islam.
Pada tahun ini pula, untuk pertama kalinya diisyaratkan adzan dalam Islam, sebagai tanda masuknya waktu shalat bagi kaum Muslimin. Bacaan adzan ditentukan pertama kali melalui ilham yang diterima oleh sahabat Abdullah bin Zaid, lalu dikumandangkan pertama kalinya oleh Bilal bin Rabah.


 3. Pembentukan Negara Madinah
Setelah tiba dan disambut dengan meriah oleh penduduk Madinah, Nabi resmi menjadi pemimpin penduduk kota Madinah bukan hanya sebagai kepala agama, tetapi juga sebagai kepala negara. Babak baru dalam sejarah islam pun dimulai. Berbeda dengan periode Makkah, pada periode Madinah islam merupakan kekuatan politik. Beliau mengatur langkah-langkah untuk membina umat dan agama Islam di kota Madinah, yaitu sebagai berikut:
a. Pembangunan Masjid Nabawi, masjid ini dibangun bukan hanya sebagai sarana peribadatan, melainkan juga sebagai sarana mempersatukan umat Muslim dan mempertalikan persaudaraan mereka, juga sebagai tempat bermusyawarah berbagai masalah dan juga berfungsi sebagai pusat pemerintahan.
b. Menumbuhkan Ukhuwah Islamiyah, Nabi mempersaudarakan kaum Muhajirin dengan Kaum Anshar. Agar terjalin dalam suatu persaudaraan dan kekeluargaan.
c.  Perjanjian dengan Bangsa Yahudi, Nabi membuat perjanjian dengan bangsa yahudi yang berdiam di Madinah supaya pemerintahan yang beliau bangun dalam kondisi aman, damai dan stabil. Perjanjian tersebut berisikan bahwa setiap golongan memiliki hak dan kebebasan yang sama dalam berpolitik, menjalankan syariat agama masing-masing dengan dasar saling menghormati dan menghargai. Beliau juga meletakkan persamaan antar sesama manusia. Perjanjian ini dalam pandangan ketatanegaraan sekarang, disebut dengan Konstitusi Madinah.
d. Dasar-dasar Pemerintahan Islam, setelah 3 langkah dilaksanakan oleh Rasulullah barulah beliau meletakkan dasar-dasar pemerintahan dan masyarakat Islam yang kokoh, baik dari segi politik, ekonomi, dan sosial.
Dengan terbentuknya negara Madinah, Islam makin bertambah kuat. Perkembangan ini membuat kaum Quraisy risau hingga mendorong mereka untuk memberbuat apa saja. Untuk berjaga-jaga dari segala kemungkinan, Nabi mengatur siasat dan membentuk pasukan tentara. Umat Islam diijinkan oleh Allah untuk berperang dengan dua alasan:
1. Untuk mempertahankan diri dan melindungi hak miliknya masing-masing.
2. Menjaga keselamatan dalam menyebarkan agama Islam dan mempertahankannya dari     orang-orang yang menghalang-halanginya. Sebagaimana turunnya firman Allah pada surat Al-Hajj ayat 39-40.
Dalam sejarah negara Madinah, memang banyak peperangan yang terjadi sebagai upaya kaum Muslimin mempertahankan diri dari serangan musuh. Di awal pemerintahan, Nabi juga banyak melakukan ekspedisi ke luar kota sebagai aksi siaga melatih kemampuan calon pasukan yang memang mutlak diperlukan untuk melindungi dan mempertahankan kota Madinah.
Perang-perang yang diikuti oleh Rasulullah disebut Ghazwah, sedangkan perang yang tidak diikuti beliau disebut Sariyah. Tercatat selama hayat Rasulullah terjadi 47 kali Sariyah dan 30 kali Ghazwah de ngan urutan sebagai berikut:
- Perang waddan atau Buwath                                - Perang ‘Usyairah
- Perang Badar Pertama                                         - Perang Badar Kubro (yang terbesar)  
- Perang Badar Terakhir                                         - Perang Sawieq
- Perang Bani Sulaim                                             -  Perang Ghathafan
- Perang Najran                                                      -  Perang Bani Qainufa
- Perang Uhud                                                         - Perang Hamratul Sa’ad
- Perang Bani Nadlier                                             - Perang Dzaatur Riqo’
- Perang Dumanatul Jandal                                     - Perang Bani Mushthaliq (Muraisi’)
- Perang Khandaq (Al-Ahzaab)                              - Perang Quraidhah       
- Perang Bani Lahyan                                             - Perang Ghobah (Dzi Qarad)
- Perang Saiful Bahri                                              - Perang Hudaibiyah
- Perang Khaibar                                                    - Perang ‘Umratul Qadla
- Perang Mu’tah                                                     - Perang Dzaatus Salaasil
- Perang Fathu Makkah                                          - Perang Hunain
- Perang Thaif                                                         - Perang Tabuk
     Hampir pada seluruh peperangan ini kaum Muslimin memperoleh kemenangan yang gemilang, kecuali dalam Perang Uhud dan Hunain.
4. Tahwilul Qiblat dan Turunnya Beberapa Syariat
     Pada masa-masa permulaan Islam, Kaum Muslimin menghadap ke arah Masjidil Aqsha di Palestina pada saat melaksanakan shalat sebagai kiblat mereka. Tapi pada tahun ke-2 Hijrah ini, Allah SWT memerintahkan kepada mereka untuk mengubah kiblat shalat ke arah Baitullah/Makkah di Masjidil Haram Makkah Al-Mukarramah.
     Pada tahun ini pula ditetapkan beberapa syariat baru dalam agama Islam, antara lain:
- Puasa wajib Ramadhan
- Zakat harta benda
- Zakat Fithrah
- Shalatul ‘Iidain (‘Idul Adha dan ‘Idul Fitri)
     Setelah shalat ‘Idul Adha, Rasulullah menyembelih binatang kurban dan memerintahkan Kaum Muslimin untuk melaksanakannya.
5. Tahun-tahun Terakhir Rasulullah SAW
     Setelah kemenangan Kaum Muslim pada perang Tabuk, maka pada tahun ke-9 dan 10 H (630-632 M) banyak suku dari berbagai pelosok Arab mengutus delegasinya kepada Nabi Muhammad menyatakan ketundukan mereka. Masuknya orang-orang Makkah mempunyai pengaruh besar pada penduduk jazirah Arab lain. Persatuan Bangsa Arab telah terwujud, peperangan antar suku yang berlangsung sebelumnya telah berubah menjadi persaudaraan seagama.
     Dalam kesempatan menunaikan ibadah haji yang terakhir, Rasulullah mengerahkan segenap kaum muslimin untuk menyertainya agar mereka mengetahui dengan baik tata-cara berhaji secara lengkap menurut syariat Islam. Maka terkumpullah 100.000 orang jamaah haji. Dikenal lah peristiwa ini dengan sebutan Haji Wada’ (perpisahan/terakhir), karena selesainya peristiwa haji itu Allah menyempurnakan ajaran Islam melalui firman-Nya yang terakhir.
     Kemudian, Rasulullah berpidato untuk yang terakhir kalinya, yang berisikan prinsip-prinsip yang mendasari Islam, yaitu: kemanusiaan, persamaan, keadilan sosial dan ekonomi, kebajikan, dan solidaritas.
     Sekitar dua bulan setengah, sekembalinya Rasulullah dari menunaikan haji, Rasulullah menderita sakit yang semakin hari semakin bertambah parah. Tepat pada tanggal 12 Rabi’ul Awwal, hari Senin, beliau menghadap Allah dalam usia 63 tahun. Masa kehidupa Rasulullah di Makkah sebelum di angkat menjadi Rasul selama 40 tahun, dan setelah menjadi Rasul selama 13 tahun. Sedangkan di Madinah beliau hidup selama 10 tahun.
         C. Faktor Pertumbuhan Peradaban Islam
     Sebelum Islam datang, bangsa Arab pada umumnya berbudi pekerti yang keji, suka berjudi, membunuh anaknya sendiri, berzinah, mencuri, berperang antar suku, dan lain sebagainya. Setelah Islam datang, mereka dibimbing untuk memperbaiki budi pekertinya. Islam adalah agama yang mencangkup segala aspek kehidupan manusia, baik dunia maupun akhirat, islam juga sangat menghargai amal sholih dan mendorong manusia untuk berfikir, karena dengan hal tersebut umat Islam akan mendapat pahala yang baik disisi Allah.
            Faktor-faktor yang memotivasi umat agar memiliki peradaban tinggi, ialah:
   a. Islam sangat menghargai akal pikiran manusia, memerintahkan manusia untuk    mempergunakan akalnya untuk menganalisa alam, (QS. Ali Imran;189-190).
   b. Islam mewajiban setiap laki-laki dan perempuan untuk menuntut ilmu yang bermanfaat bagi dunia akhirat, (QS. Al-Mujadalah;11).
   c. Islam melarang untuk menerima sesuatu tanpa menggunakan akal pikiran untuk menganalis ataupun membuktikan kebenaran yang diterima, (QS. Al-Isra’;36).
  d. Islam mengarahkan umatnya untuk selalu menggali segala sesuatu yang belum diungkapkan,melakukan inisiatif dan membari manfaat bagi kemanusiaan.
 e. Islam memerintahkan umatnya untuk mencari keridhaan Allah, dengan semua nikmat yang telah diterima, dan menyuruh menggunakan hak-hak atas keduniaan untuk menegakan ajaran Islam, (QS. Al-Qashash;77).
 d. Islam mengajarkan supaya melakukan pengembaraan untuk menjalin silaturahmi dan bekerjasama dengan bangsa lain untuk membangun peradaban yang tinggi yang menjamin kemashlahatan ummat, (QS. Al-Hajj;46).
     Pada awal pertumbuhannya, Islam dapat mengambil simpati masyarakat Arab karena semangatnya yang menegakkan keadilan. Islam bukan disebarkan dengan kekerasan dan pedang. Dalam sejarah dibuktikan,bahwa ekspansi yang dilakukan kaum Muslim tidak sampai melakukan pemaksaan dalam hal agama. Agama-agama seperti Yahudi dan Kristen, dianggap bersaudara dan serumpun dengan Islam.


D.    Perkembangan Masyarakat Islam
     Wahyu yang diturunkan Allah SWT pada hakekatnya membawa tiga misi reformatif, yaitu teologis, ritual, dan sosial. Reformasi teologis ditunjukan untuk menegaskan kembali ajaran iman yang benar menurut Al-Qur’an, yaitu tauhid. Reformasi ritual ditujukan untuk mengajak manusia agar mewujudkan iman secara benar dalam penyembahan yang benar pula, karena orang bisa memiliki keyakinan yang benar, tapi tidak tahu bagaimana mengekspresikan kebenaran itu. Reformasi sosial ditujukan untuk mengembalikan kehidupan manusia kepada hakekat kemanusiaan. Dalam waktu relatif singkat, islam telah berkembang pesat menjadi kekuatan politik besar yang menentukan jalannya sejarah. Perubahan politik dan sistem kepercayaan baru, pada akhirnya melahirkan sistem sosial dan gaya hidup baru. Uraian yang dimaksud meliputi:
1.    Politik
             Arab pra-Islam menjalankan sistem politik non blok yang tidak memihak kepada salah satu kekuatan kerajaan (Kerajaan Bizantium dan Kerajaan Persia). Dalam perkembangan Islam berikutnya kebijakan tersebut mengalami perubahan menjadi sebuah kebijakan yang tidak hanya sekedar memihak pada salah satu negara adi kuasa yang ada pada saat itu, tetapi sudah mulai menancapkan pengaruhnya kedalam daerah-daerahdi bawah kekuasaannya. Arab saat itu terbagi menjadi 3 daerah yaitu daerah selatan (Himyar), utara (Petra, Gazah), dan tengah (Kinda). Bangsa arab sudah memiliki sistem demokratis dengan dipraktikkannya Syura (musyawarah) dalam memilih pemimpin yang adil bijaksana dan menekankan senioritas serta pengalaman berdasarkan kesepakatan bersama.
     Model kepemimpinan ini disempurnakan oleh Islam sebagaimana tampak pada model kepemimpinan Rasulullah dan Khulafa al-Rasyidun.

2.         Ekonomi
       Tradisi pertanian dan perdagangan sudah ada sebelum islam, akan tetapi tradisi yang ada ini tidak memiliki ruh atau semangat kemanusiaan seperti keadilan dan kesamaan. Para pedagang meminjam modal pada konglomerat, akan tetapi harus membayar hutang tersebut dengan bayaran yang jauh lebih tinggi. Hal ini menyebabkan sebagian pedagan mengalami kebangkrutan dan melarikan diri ke gurun-gurun.
       Semenjak Islam datang, nilai-nilai keadilan dan persamaan mulai dimasukkan dalam perekonomian masyarakat Arab. Dalam hal pertanian dan perdagangan, Islam mengadakannya dengan semangat keadilan, kejujuran, dan kesamaan. Kalangan kaya tidak diperbolehkan memonopoli perekonomian dan memperbudak yang miskin. Seperti yang telah Rasulullah contohkan bagaimana orang kaya membantu dan membina yang miskin, sehingga mereka bisa mandiri secara ekonomi.

3.      Sosial
       Sebelum Islam lahir, penghuni Jazirah Arab dikenal dengan istilah masyarakat Jahiliyah. Mereka hidup dalam “kegelapan” dan memiliki moral yang rendah. Setelah Islam datang, Islam membawa pengaruh yang sangat besar dalam kebiasaan masyarakat Arab yang sering mengubur hidup-hidup anak perempuannya, tradisi perkawinan yang sama sekali tidak menghargai wanita, serta perlakuan mereka pada budak-budak secara tidak manusiawi.  Dari aspek-aspek inilah Islam mengarahkan dan memberikan wordl view (pandangan dunia) yang luas pada masyarakat Arab tentang arti kemanusiaan, kesamaan, keberagamaan, dan penghargaan terhadap gender. Islam juga mengajarkan kepada umat Islam memiliki istri maksimal empat, lebih dari itu tidak diperbolehkan, itupun jika sang suami yakin bisa berbuat adil.

4.      Sastra
      Sejarah sastra Arab mencatat banyak penyair-penyair Mu’allaqat, tujuh diantaranya mereka dikenal dengan sebutan al-Sab’ al- Mu’allaqat (seven suspended poems). Mereka adalah: Ibn al-Qais bin Haris al-Kindi (500-540), Zuhair bin Abi Sulma al-Muzani (530-627), al-Nabigah al-Zubiani (wafat sekitar 604), Labid bin Rabi’ah al-Amini (560-661), Tarafah bin Abdul Bakri (543-569), Antarah bin Syaddad al-Absi (525-615) dan al-Haris bin Hillizan al-Bakri (wafat sekitar 580). Oleh karenanya, ketika Islam datang, pemeluknya juga dikenal dengan kemahirannya dalam membuat syair dan puisi. Islam tidak begitu saja melahirkan kemampuan bersyair, tapi ia merupakan hasil karya syair dan puisi yang lebih bernilai serta mengandung unsur spiritual teologis dan kemanusiaan yang amat jelas.

5.    Agama
Di jazirah Arab, telah berkembang jenis agama, baik agama asli maupun agama yang berasal dari pengaruh lain, seperti Yahudi dan Nasrani. Akan tetapi, dua agama tersebut tidak meninggalkan pengaruh yang cukup beraarti. Masyarakat Arab mempercayai Paganisme, yakni penyembahan terhadap berhala. Disinilah peran Islam dalam membawa dan mengarahkan bangsa Arab untuk memiliki keislaman yang proporsional kepad Sang Pencipta. Kepercayaan mereka yang pada mulanya terarahkan pada benda-benda hasil karya tangan manusia dan beberapa jenis makhluk lainnya, kemudian Islam meluruskan keimanan dan aqidah mereka secara proporsional yang tidak bisa disamakan dengan semua jenis makhluk di dunia. Di sinilah elan vital islam dalam memberikan pemahaman yang benar tentang arti tauhid, sehingga hal itu kemudian menjadi ruh dan semangat bagi umat muslim untuk mewujudkan dirinya sebagai umat yang terbaik, rahmat bagi sekalian alam.

    




Bab III
Penutup
A.    Kesimpulan

1.      Islam yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW telah membawa bangsa Arab yang semula terbelakang, bodoh, tidak terkenal dan terabaikan oleh bangsa-bangsa lain, menjadi bangsa yang maju.
2.      Al-Qur’an menuntut kepada manusia agar bersikap adil, jujur, menghargai orang lain, dan menjaga amanah; kedhaliman dan penipuan tidak dibenarkan sama sekali.
3.      Seluruh hidup Nabi adalah perjuangan untuk menyiarkan akidah tauhid dan menyampaikan risalah Ilahi kepada segenap umat manusia. Beliau telah mengfungsikan seluruh hidupnya untuk memakmurkan dunia dengan nilai-nilai keimanan, prinsip keadilan, prinsip kebebasan, dan akhlak terpuji.
4.      Beliau telah mempersembahkan contoh dan teladan yang baik bagi setiap Muslim, juga bagi para pemimpin yang diserahi amanat untuk berkhidmat kepada rakyat.
5.       Al-Qur’an dan Al-Sunnah memberikan perubahan yang nyata bagi bangsa Arab dan bangsa-bangsa yang memeluk Islam tentang pandangan dunia, tujuan hidup, peribadatan dan sebagainya.









DAFTAR PUSTAKA

Yatim, Badri. 1993. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Rajawali Pers.
Al-Hamidi, Muhammad Al-Hasyimi. 2006. Sirah Nabawiyah Muhammad SAW For The Global Village. Jakarta: Rabitha Press.
Jauhari, Mohammad Idris. 1985. Ringkasan Sejarah Nabi Muhammad SAW. Prenduan:  Pustaka Bahari.
Wijdan, Aden dkk. 2007. Pemikiran dan Peradaban Islam. Yogyakarta: Safiria Insania Press.
Sugiono, dkk. 2013. Sejarah Kebudayaan Islam Kelas X. Jakarta: Akik Pustaka.







              

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bahasa Arab

MAKALAH HIPOTESIS DAN ASUMSI

  MAKALAH Mata Kuliah: Metodologi Penelitian Bahasa Arab dan Sastra Arab HIPOTESIS DAN ASUMSI   BAB I PENDAHULUAN     A. Lat...