BAB II
PEMBAHASAN
A.
Perkembangan Islam
Periode Makkah
Ketika nabi
Muhammad SAW berusia 40 tahun beliau mendapat wahyu yang pertama, yaitu surat
Al-Alaq ayat 1-5 ketika berkhalwat di goa hira. Dan sejak saat itu pula secara
resmi beliau telah diangkat menjadi Rasulullah, utusan Allah kepada seluruh
umat manusia untuk menyampaikan risalah.
Beberapa hari kemudian setelah
bulan Ramadhan berakhir, beliau kembali ke Mekkah dari goa hira setelah berkhalwat
seperti biasa. Ketika sampai di tengah lembah, tiba-tiba beliau mendegar suara
dari arah langit dan tampaklah Jibril as. Beliau menggigil ketakutan lalu
pulang ke rumahnya serta minta kepada Khadijah untuk diselimuti. Dalam keadaan
seperti itu, Jibril datang menyampaikan wahyu yang kedua yaitu surat Al-
Muddatstsir ayat 1-7 yang berupa perintah untuk mulai menyiarkan agama islam.
1.
Dakwah Secara
Sembunyi-sembunyi
Setelah menerima wahyu tersebut, Mulailah Rausulullah menyiarkan agama Islam
ketengah-tengah kaumnya. Beliau sungguh cerdik dan bijaksana, mengingat masalah
ini sangat besar dan dapat menggoncangkan suasana, maka beliau mulai menyeru
kaum keluarga dan kenalan-kenalan dekatnya secara diam-diam seorang demi
seorang agar meninggalkan agama berhala. Mereka yang pertama kali beriman
disebut dengan “As-Saabiquunal Awwaluun” antara lain:
-Khadijah, dari
kaum wanita
-Abu Bakar Shiddiq, dari kaum laki-laki
-Ali bin Abi Thalib, dari kalangan
anak-anak
-Zaid
bin Haritsah dan Ummu Aiman, dari kalangan budak.
Secara
diam-diam pula mereka menyeru kerabat-kerabat dekatnya sendiri, sehingga dalam
waktu tidak terlalu lama, mereka yang beriman telah mencapai 39 orang.
2.
Dakwah Secara Terang-terangan
Setelah 3 tahun Rasulullah berdakwah
secara diam-diam. Turunlah perintah Allah untuk menyiarkan agama Islam secara
terang-terangan, yang berbunyi:
فَاصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرْ وَأَعْرِضْ عَنِ المُشْرِكِيْنَ (الحجر:94)
“Maka sampaikanlah olehmu (Muhammad) secara terang-terangan segala apa
yang di perintahkan kepadamu, dan berpalinglah dari orang-orang Musyrik” (QS.
Al-Hijr ayat 94)
Untuk
pertama kalinya beliau mengumpulkan sanak saudaranya di bukit Shafa. Dengan
cara lemah lembut dan bijaksana beliau menyeru mereka untuk meninggalkan
cara-cara penyembahan berhala dan hanya menyembah kepada Allah SWT semata.
Setelah kaum Quraisy melihat gerakan agama Islam semakin meluas dikalangan
penduduk Makkah, mulailah mereka melancarkan sikap-sikap permusuhan kepada Nabi
dan pengikutnya. Diantara mereka, terdapat pamannya Abu Lahab dan istrinya Ummu
Jamiel yang paling memusuhi Allah dan Rasul-Nya sehingga Allah menurutkan surat
Al-Lahab ayat 1-5. Nabi tetap melanjutkan dakwah secara terang-terangan di
tempat-tempat mereka berkumpul, dan mengajak mereka masuk agama Islam.
Sementara itu, penyiksaan orang-orang kafir kepada kaum muslimin semakin
bertambah. Lain halnya dengan Rasulullah beliau tetap berdakwah dan beribadah
secara terang-terangan dihadapan orang-orang musyrik, sekalipun beliau menerima
siksaan dari kaum kafir Quraisy.
3. Hamzah dan Umar Masuk Islam
Pada tahun ke-5 kenabian, dua orang
pemuka Qurasiy yang sangat berpengaruh dan terkenal dengan keberaniannya telah
menyatakan masuk Islam. Mereka berdua adalah “Hamzah bin Abdul Muthallib”, paman Nabi dari pihak ayahnya, dan “Umar bin
Khattab”, seorang pemuka Quraisy yang sangat keras dan jujur. Dengan berimannya
dua pemuka Quraisy ini, para umat muslim mulai berani menjalankan ibadah di
Masjidil Haram, walaupun sering terjadi bentrokan-bentrokan dengan kaum Quraisy
di berbagai tembat dan kesempatan, tetapi umat muslim sudah mulai berani
memberikan perlawanan, jika mereka dihina atau dicaci maki sampai melebihi
batas.
Secara terus-menerus pula kaum
Quraisy berusaha memerangi dakwah ini dengan berbagai macam cara; menyiksa,
menganiaya, mengintimidasi dan membujuk dengan berbagai hal.
4. Hijrah Pertama dalam Islam
Kekejaman yang dilakukan oleh kaum
Quraisy kepada umat muslim, mendorong Rasulullah untuk mengungsikan para
sahabat-sahabatnya bersama 200 orang para umat muslim baik laki-laki, perempuan
dan anak-anak kecil ke negeri Habsyah (Ethiopia) yang dipimpin oleh raja Negus/Najasyi,
beliau adalah raja Kristen yang adil. Usaha orang-orang Quraisy untuk
menghalangi hijrah ke Habsyah, termasuk membujuk raja Negus agar menolak
kehadiran umat Islam disana pun gagal. Raja Negus sangat tertarik dengan
agama Islam dan membenarkan semua ajaran Islam. Dia juga menegaskan bahwa siapapun
yang memusuhi umat Islam sama dengan memusuhinya secara pribadi, juga ia tidak
terima jika salah seorang diantara umat Islam teraniaya, bahkan sekalipun ada
yang menebusnya dengan segunung emas. Menurut riwayat, raja Negus masuk
islam pada tahun ke-7 hijrah, setelah menerima surat ajakan dari Nabi.
Disana umat Islam mendapat perlakuan dan
perlindungan khusus dan tempat yang nyaman di negeri itu serta diperbolehkan
untuk tinggal selama mungkin. Dengan peristiwa ini, maka terjalinlah sebuah
hubungan dan solidaritas yang kuat antara orang-orang Islam dan orang-orang
Kristen. Sementara Rasulullah memilih untuk menetap di Makkah, beliau
senantiasa berusaha menyebarkan ajaran Islam kepada penduduk Makkah.
5. Politik
Embargo Total pada Umat Islam
Pada tahun ke-7 kenabian, kaum
Quraisy bersepakat untuk memboikot Nabi dan keluarganya dari kalangan Bani
Hasyim. Mereka sengaja membuat Piagam Pemboikotan Khusus yang digantung di
dinding Ka’bah yang berisikan larangan untuk mengadakan hubungan dengan Nabi
dan keluarganya dalam bentuk apapun. Kaum muslimin terpaksa keluar dari kota
Makkah dalam keadaan menahan lapar dan dahaga, untuk menyambung hidup, mereka
makan daun-daunan yang terdapat di sekitar tempat yang bernama Syi’ib Abu
Thalib. Pemboikotan berlangsung salama 3 tahun, akhirnya pada tahun ke-10 kenabian
para pemuka Quraisy yang hatinya masih tersisa rasa kemanusiaan, mengusulkan
pemboikotan ini segera diakhiri. Mereka mencabut isi lembaran yang sudah
dimakan rayap tersebut dan mengumumkan pada khalayak ramai. Akhirnya, krisis
yang dialami oleh kaum muslim dan Bani Hasyim sirna, mereka kembali ke kota
Makkah. Namun kaum Quraisy tetap pada sikap mereka yang bengis.
Pada tahun ini, wafat dua orang yang
paling dekat dengan Nabi yaitu pamannya Abu Thalib dan istrinya Siti Khadijah.
Sehingga tahun ini disebut dengan “Aamul Huzni (Tahun Kesedihan)”.
6. Isra’ dan Mi’raj
Isra dan Mi’raj adalah merupakan dua
mukjizat yang diberikan Allah SWT. kepada Nabi Muhammad saw. pada tahun ke-10
kenabian. Isra’ adalah peristiwa perjalanan Nabi dari Masjidil Haram ke Masjidil
‘Aqsha di Palestina. Sedangkan Mi’raj
adalah peristiwa naiknya Nabi Muhammad dari Masjidil ‘Aqsha ke ‘Arsy (Sidratul
Muntaha’) untuk menghadap Allah SWT. Dalam pertemuan tersebut, Allah
memerintahkan kepada Nabi Muhammad dan umatnya untuk melaksanakan shalat
sebanyak 50 perkara. Setelah Rasulullah memohon keringanan perintah shalat
kepada Allah berkali-kali, maka Allah memberi keringanan kepada Nabi Muhammad
menjadi lima waktu sehari semalam, dan menjanjikan pahala yang sama bagi umat
nabi Muhammad SAW seperti melaksanakan shalat 50 waktu.
Dengan adanya peristiwa ini, menurut
ajaran Islam shalat adalah merupakan rukun kedua yang sangat penting. Shalat
adalah perintah langsung yang diterima Rasulullah dari Allah SWT, karena itu ia
memiliki keistimewaan di sisi Allah, lebih dari ibadah-ibadah lainnya.
7. Penduduk Madinah Masuk Islam
Setelah peristiwa Isra dan Mi’raj,
suatu perkembangan besar bagi kemajuan dakwah Islam. Pada bulan haji ke-11
kenabian, mulailah Rasulullah memperkenalkan Islam pada kabilah-kabilah Arab
dari luar kota Makkah yang berziarah ke Baitullah setiap musim haji tiba. Perkembangan
besar datang dari sejumlah penduduk Yatsrib (Madinah) yang berhaji di Makkah.
Mereka yang sudah menerima ajakan Nabi dan telah menyatakan dua kalimat Syahadat,
ketika kembali ke Yatsrib, mereka berusaha mengenalkan agama islam pada kaum
kerabatnya, serta mengajaknya untuk beriman dan masuk Islam. Dalam waktu
singkat ajaran Islam sudah dikenal oleh penduduk Yatsrib dan menjadi
perbincangan sehari-hari.
Pada tahun berikutnya, datanglah 12
orang laki-laki penduduk kota Yatsrib ke Makkah untuk menemui Nabi dan masuk
Islam. kemudian Rasulullah membaiat mereka di suatu tempat bernama Aqabah.
Rasulullah membaiat mereka agar tidak menyekutukan Allah, tidak mencuri,
berzina, tidak membunuh anak-anak mereka, serta tidak melakukan perbuatan keji
lainnya. Baiat ini lalu dikenal sebagai Baiat Aqabah Pertama.
Tahun selanjutnya, yaitu tahun ke-13
kenabian, datang lagi 73 orang laki-laki dan 2 orang perempuan ke Makkah untuk
masuk Islam. Rasulullah membaiat mereka di tempat yang sama seperti sebelumnya,
kali ini Nabi membaiat mereka untuk berjanji membela Nabi dari segala
rongrongan kaum Quraisy. Mereka juga berharap dengan penuh kesungguhan agar
Rasulullah pindah ke Yatsrib dan menjadikannya sebagai pusat pengembangan agama
Islam yang baru. Pembaiatan inipun disebut dengan Baiat Aqabah Kedua.
B.
Perkembangan Islam
Periode Madinah
1. Hijrah ke
Madinah
Begitu kaum Quraisy mendengar kabar
bahwa umat islam sudah tersiar dikalangan penduduk Yatsrib, mereka melancarkan
serangan dan rongrongan yang jauh lebih besar dari sebelumnya kepada Nabi dan
para sahabatnya. Maka Nabi pun memerintahkan kepada para sahabat untuk mulai
melaksanakan hijrah ke Madinah secara bertahap dan diam-diam. Penduduk Madinah
menyambut mereka dengan penuh rasa persaudaraan dan keramahan. Secara suka-rela
dan penuh keikhlasan, mereka menyediakan segala kebutuhan kaum Muslimin Makkah
selama mereka berada di Yatsrib. Karena sikap yang sangat terpuji ini,
Rasulullah menyebut mereka dengan kaum Anshar (Orang-orang yang suka
menolong).
2. Peristiwa di Tahun pertama Hijriah
Setelah para sahabat sampai di
Madinah dengan selamat, maka menyusullah Nabi Muhammad bersama Abu Bakar
As-Shiddiq untuk berhijrah ke Madinah. Berkat pertolongan dari Allah SWT
Rasulullah beserta Abu Bakar selamat dari segala upaya yang dilakukan kaum
Quraisy untuk membunuh Nabi. Pada tanggal 12 Rabi’ul Awwal tahun pertama hijrah
atau 24 September 662 Masehi, keduanya sampai di Quba yaitu desa yang berjarak
5 meter dari kota Yatsrib, nabi beristirahat selama 4 hari disana. Menurut
riwayat, sejak saat inilah dihitungnya permulaan Tahun Hijriah yang dimulai
pada masa kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab ra.
Di Quba beliau sempat mendirikan
masjid Quba yang di dalam Alquran disebutkan sebagai “Masjid yang didirikan
atas dasar taqwa”. Inilah masjid yang pertama kali didirikan Nabi sebagai pusat
peribadatan.
Pada hari Jum’at berikutnya beliau melanjutkan
perjalanan menuju kota Madinah disusul oleh Ali bin Abi Thalib yang telah
menyelesaikan segala urusannya di Makkah. Di tengah jalan menjelang masuk kota
Madinah, beliau bersama yang lain melaksanakan shalat Jum’at yang didahului
dengan dua khutbah. Dan inilah shalat dan khutbah Jum’at yang pertama kali
dalam Islam.
Pada tahun ini pula, untuk pertama
kalinya diisyaratkan adzan dalam Islam, sebagai tanda masuknya waktu shalat
bagi kaum Muslimin. Bacaan adzan ditentukan pertama kali melalui ilham yang
diterima oleh sahabat Abdullah bin Zaid, lalu dikumandangkan pertama kalinya
oleh Bilal bin Rabah.
3. Pembentukan
Negara Madinah
Setelah tiba dan disambut dengan
meriah oleh penduduk Madinah, Nabi resmi menjadi pemimpin penduduk kota Madinah
bukan hanya sebagai kepala agama, tetapi juga sebagai kepala negara. Babak baru
dalam sejarah islam pun dimulai. Berbeda dengan periode Makkah, pada periode
Madinah islam merupakan kekuatan politik. Beliau mengatur langkah-langkah untuk
membina umat dan agama Islam di kota Madinah, yaitu sebagai berikut:
a. Pembangunan Masjid Nabawi, masjid ini dibangun bukan hanya
sebagai sarana peribadatan, melainkan juga sebagai sarana mempersatukan umat
Muslim dan mempertalikan persaudaraan mereka, juga sebagai tempat bermusyawarah
berbagai masalah dan juga berfungsi sebagai pusat pemerintahan.
b. Menumbuhkan Ukhuwah Islamiyah, Nabi mempersaudarakan kaum
Muhajirin dengan Kaum Anshar. Agar terjalin dalam suatu persaudaraan dan
kekeluargaan.
c. Perjanjian dengan Bangsa
Yahudi, Nabi membuat perjanjian dengan bangsa yahudi yang berdiam di Madinah
supaya pemerintahan yang beliau bangun dalam kondisi aman, damai dan stabil.
Perjanjian tersebut berisikan bahwa setiap golongan memiliki hak dan kebebasan
yang sama dalam berpolitik, menjalankan syariat agama masing-masing dengan
dasar saling menghormati dan menghargai. Beliau juga meletakkan persamaan antar
sesama manusia. Perjanjian ini dalam pandangan ketatanegaraan sekarang, disebut
dengan Konstitusi Madinah.
d.
Dasar-dasar Pemerintahan Islam, setelah 3 langkah dilaksanakan oleh
Rasulullah barulah beliau meletakkan dasar-dasar pemerintahan dan masyarakat
Islam yang kokoh, baik dari segi politik, ekonomi, dan sosial.
Dengan terbentuknya
negara Madinah, Islam makin bertambah kuat. Perkembangan ini membuat kaum
Quraisy risau hingga mendorong mereka untuk memberbuat apa saja. Untuk
berjaga-jaga dari segala kemungkinan, Nabi mengatur siasat dan membentuk
pasukan tentara. Umat Islam diijinkan oleh
Allah untuk berperang dengan dua alasan:
1. Untuk mempertahankan diri dan melindungi hak miliknya masing-masing.
2. Menjaga keselamatan dalam menyebarkan agama Islam dan mempertahankannya dari orang-orang yang menghalang-halanginya. Sebagaimana turunnya firman Allah pada surat Al-Hajj ayat 39-40.
1. Untuk mempertahankan diri dan melindungi hak miliknya masing-masing.
2. Menjaga keselamatan dalam menyebarkan agama Islam dan mempertahankannya dari orang-orang yang menghalang-halanginya. Sebagaimana turunnya firman Allah pada surat Al-Hajj ayat 39-40.
Dalam sejarah negara Madinah, memang banyak
peperangan yang terjadi sebagai upaya kaum Muslimin mempertahankan diri dari
serangan musuh. Di awal pemerintahan, Nabi juga banyak melakukan ekspedisi ke
luar kota sebagai aksi siaga melatih kemampuan calon pasukan yang memang mutlak
diperlukan untuk melindungi dan mempertahankan kota Madinah.
Perang-perang yang diikuti oleh Rasulullah
disebut Ghazwah, sedangkan perang yang tidak diikuti beliau disebut Sariyah. Tercatat
selama hayat Rasulullah terjadi 47 kali Sariyah dan 30 kali Ghazwah de ngan
urutan sebagai berikut:
- Perang waddan atau Buwath - Perang
‘Usyairah
- Perang Badar Pertama - Perang Badar Kubro (yang terbesar)
- Perang Badar Terakhir - Perang Sawieq
- Perang Bani Sulaim - Perang Ghathafan
- Perang Najran - Perang Bani Qainufa
- Perang Uhud - Perang Hamratul Sa’ad
- Perang Bani Nadlier - Perang Dzaatur Riqo’
- Perang Dumanatul Jandal - Perang Bani Mushthaliq (Muraisi’)
- Perang Khandaq (Al-Ahzaab) - Perang Quraidhah
- Perang Bani Lahyan - Perang Ghobah (Dzi Qarad)
- Perang Saiful Bahri - Perang Hudaibiyah
- Perang Khaibar - Perang ‘Umratul Qadla
- Perang Mu’tah - Perang Dzaatus Salaasil
- Perang Fathu Makkah - Perang Hunain
- Perang Thaif - Perang Tabuk
- Perang Badar Pertama - Perang Badar Kubro (yang terbesar)
- Perang Badar Terakhir - Perang Sawieq
- Perang Bani Sulaim - Perang Ghathafan
- Perang Najran - Perang Bani Qainufa
- Perang Uhud - Perang Hamratul Sa’ad
- Perang Bani Nadlier - Perang Dzaatur Riqo’
- Perang Dumanatul Jandal - Perang Bani Mushthaliq (Muraisi’)
- Perang Khandaq (Al-Ahzaab) - Perang Quraidhah
- Perang Bani Lahyan - Perang Ghobah (Dzi Qarad)
- Perang Saiful Bahri - Perang Hudaibiyah
- Perang Khaibar - Perang ‘Umratul Qadla
- Perang Mu’tah - Perang Dzaatus Salaasil
- Perang Fathu Makkah - Perang Hunain
- Perang Thaif - Perang Tabuk
Hampir
pada seluruh peperangan ini kaum Muslimin memperoleh kemenangan yang gemilang,
kecuali dalam Perang Uhud dan Hunain.
4. Tahwilul Qiblat dan Turunnya Beberapa
Syariat
Pada
masa-masa permulaan Islam, Kaum Muslimin menghadap ke arah Masjidil Aqsha di
Palestina pada saat melaksanakan shalat sebagai kiblat mereka. Tapi pada tahun
ke-2 Hijrah ini, Allah SWT memerintahkan kepada mereka untuk mengubah kiblat
shalat ke arah Baitullah/Makkah di Masjidil Haram Makkah Al-Mukarramah.
Pada
tahun ini pula ditetapkan beberapa syariat baru dalam agama Islam, antara lain:
- Puasa wajib Ramadhan
- Zakat harta benda
- Zakat Fithrah
- Shalatul ‘Iidain (‘Idul Adha dan ‘Idul Fitri)
- Puasa wajib Ramadhan
- Zakat harta benda
- Zakat Fithrah
- Shalatul ‘Iidain (‘Idul Adha dan ‘Idul Fitri)
Setelah
shalat ‘Idul Adha, Rasulullah menyembelih binatang kurban dan memerintahkan
Kaum Muslimin untuk melaksanakannya.
5. Tahun-tahun Terakhir Rasulullah SAW
Setelah
kemenangan Kaum Muslim pada perang Tabuk, maka pada tahun ke-9 dan 10 H
(630-632 M) banyak suku dari berbagai pelosok Arab mengutus delegasinya kepada
Nabi Muhammad menyatakan ketundukan mereka. Masuknya orang-orang Makkah
mempunyai pengaruh besar pada penduduk jazirah Arab lain. Persatuan Bangsa Arab
telah terwujud, peperangan antar suku yang berlangsung sebelumnya telah berubah
menjadi persaudaraan seagama.
Dalam
kesempatan menunaikan ibadah haji yang terakhir, Rasulullah mengerahkan segenap
kaum muslimin untuk menyertainya agar mereka mengetahui dengan baik tata-cara
berhaji secara lengkap menurut syariat Islam. Maka terkumpullah 100.000 orang
jamaah haji. Dikenal lah peristiwa ini dengan sebutan Haji Wada’
(perpisahan/terakhir), karena selesainya peristiwa haji itu Allah
menyempurnakan ajaran Islam melalui firman-Nya yang terakhir.
Kemudian,
Rasulullah berpidato untuk yang terakhir kalinya, yang berisikan prinsip-prinsip
yang mendasari Islam, yaitu: kemanusiaan, persamaan, keadilan sosial dan
ekonomi, kebajikan, dan solidaritas.
Sekitar
dua bulan setengah, sekembalinya Rasulullah dari menunaikan haji, Rasulullah
menderita sakit yang semakin hari semakin bertambah parah. Tepat pada tanggal
12 Rabi’ul Awwal, hari Senin, beliau menghadap Allah dalam usia 63 tahun. Masa
kehidupa Rasulullah di Makkah sebelum di angkat menjadi Rasul selama 40 tahun,
dan setelah menjadi Rasul selama 13 tahun. Sedangkan di Madinah beliau hidup
selama 10 tahun.
C. Faktor Pertumbuhan Peradaban Islam
Sebelum
Islam datang, bangsa Arab pada umumnya berbudi pekerti yang keji, suka berjudi,
membunuh anaknya sendiri, berzinah, mencuri, berperang antar suku, dan lain
sebagainya. Setelah Islam datang, mereka dibimbing untuk memperbaiki budi
pekertinya. Islam adalah agama yang mencangkup segala aspek kehidupan manusia,
baik dunia maupun akhirat, islam juga sangat menghargai amal sholih dan
mendorong manusia untuk berfikir, karena dengan hal tersebut umat Islam akan
mendapat pahala yang baik disisi Allah.
Faktor-faktor yang memotivasi umat agar
memiliki peradaban tinggi, ialah:
a. Islam sangat menghargai akal pikiran manusia, memerintahkan manusia untuk mempergunakan akalnya untuk menganalisa alam, (QS. Ali Imran;189-190).
b. Islam mewajiban setiap laki-laki dan perempuan untuk menuntut ilmu yang bermanfaat bagi dunia akhirat, (QS. Al-Mujadalah;11).
c. Islam melarang untuk menerima sesuatu tanpa menggunakan akal pikiran untuk menganalis ataupun membuktikan kebenaran yang diterima, (QS. Al-Isra’;36).
d. Islam mengarahkan umatnya untuk selalu menggali segala sesuatu yang belum diungkapkan,melakukan inisiatif dan membari manfaat bagi kemanusiaan.
e. Islam memerintahkan umatnya untuk mencari keridhaan Allah, dengan semua nikmat yang telah diterima, dan menyuruh menggunakan hak-hak atas keduniaan untuk menegakan ajaran Islam, (QS. Al-Qashash;77).
d. Islam mengajarkan supaya melakukan pengembaraan untuk menjalin silaturahmi dan bekerjasama dengan bangsa lain untuk membangun peradaban yang tinggi yang menjamin kemashlahatan ummat, (QS. Al-Hajj;46).
a. Islam sangat menghargai akal pikiran manusia, memerintahkan manusia untuk mempergunakan akalnya untuk menganalisa alam, (QS. Ali Imran;189-190).
b. Islam mewajiban setiap laki-laki dan perempuan untuk menuntut ilmu yang bermanfaat bagi dunia akhirat, (QS. Al-Mujadalah;11).
c. Islam melarang untuk menerima sesuatu tanpa menggunakan akal pikiran untuk menganalis ataupun membuktikan kebenaran yang diterima, (QS. Al-Isra’;36).
d. Islam mengarahkan umatnya untuk selalu menggali segala sesuatu yang belum diungkapkan,melakukan inisiatif dan membari manfaat bagi kemanusiaan.
e. Islam memerintahkan umatnya untuk mencari keridhaan Allah, dengan semua nikmat yang telah diterima, dan menyuruh menggunakan hak-hak atas keduniaan untuk menegakan ajaran Islam, (QS. Al-Qashash;77).
d. Islam mengajarkan supaya melakukan pengembaraan untuk menjalin silaturahmi dan bekerjasama dengan bangsa lain untuk membangun peradaban yang tinggi yang menjamin kemashlahatan ummat, (QS. Al-Hajj;46).
Pada
awal pertumbuhannya, Islam dapat mengambil simpati masyarakat Arab karena
semangatnya yang menegakkan keadilan. Islam bukan disebarkan dengan kekerasan
dan pedang. Dalam sejarah dibuktikan,bahwa ekspansi yang dilakukan kaum Muslim
tidak sampai melakukan pemaksaan dalam hal agama. Agama-agama seperti Yahudi
dan Kristen, dianggap bersaudara dan serumpun dengan Islam.
D. Perkembangan
Masyarakat Islam
Wahyu
yang diturunkan Allah SWT pada hakekatnya membawa tiga misi reformatif, yaitu
teologis, ritual, dan sosial. Reformasi teologis ditunjukan untuk menegaskan
kembali ajaran iman yang benar menurut Al-Qur’an, yaitu tauhid. Reformasi
ritual ditujukan untuk mengajak manusia agar mewujudkan iman secara benar dalam
penyembahan yang benar pula, karena orang bisa memiliki keyakinan yang benar,
tapi tidak tahu bagaimana mengekspresikan kebenaran itu. Reformasi sosial
ditujukan untuk mengembalikan kehidupan manusia kepada hakekat kemanusiaan.
Dalam waktu relatif singkat, islam telah berkembang pesat menjadi kekuatan
politik besar yang menentukan jalannya sejarah. Perubahan politik dan sistem
kepercayaan baru, pada akhirnya melahirkan sistem sosial dan gaya hidup baru.
Uraian yang dimaksud meliputi:
1.
Politik
Arab pra-Islam menjalankan sistem
politik non blok yang tidak memihak kepada salah satu kekuatan kerajaan
(Kerajaan Bizantium dan Kerajaan Persia). Dalam perkembangan Islam berikutnya
kebijakan tersebut mengalami perubahan menjadi sebuah kebijakan yang tidak
hanya sekedar memihak pada salah satu negara adi kuasa yang ada pada saat itu,
tetapi sudah mulai menancapkan pengaruhnya kedalam daerah-daerahdi bawah
kekuasaannya. Arab saat itu terbagi menjadi 3 daerah yaitu daerah selatan
(Himyar), utara (Petra, Gazah), dan tengah (Kinda). Bangsa arab sudah memiliki
sistem demokratis dengan dipraktikkannya Syura (musyawarah) dalam
memilih pemimpin yang adil bijaksana dan menekankan senioritas serta pengalaman
berdasarkan kesepakatan bersama.
Model kepemimpinan ini
disempurnakan oleh Islam sebagaimana tampak pada model kepemimpinan Rasulullah
dan Khulafa al-Rasyidun.
2.
Ekonomi
Tradisi pertanian dan perdagangan sudah ada sebelum islam, akan tetapi tradisi yang ada ini tidak memiliki ruh atau semangat kemanusiaan seperti keadilan dan kesamaan. Para pedagang meminjam modal pada konglomerat, akan tetapi harus membayar hutang tersebut dengan bayaran yang jauh lebih tinggi. Hal ini menyebabkan sebagian pedagan mengalami kebangkrutan dan melarikan diri ke gurun-gurun.
Tradisi pertanian dan perdagangan sudah ada sebelum islam, akan tetapi tradisi yang ada ini tidak memiliki ruh atau semangat kemanusiaan seperti keadilan dan kesamaan. Para pedagang meminjam modal pada konglomerat, akan tetapi harus membayar hutang tersebut dengan bayaran yang jauh lebih tinggi. Hal ini menyebabkan sebagian pedagan mengalami kebangkrutan dan melarikan diri ke gurun-gurun.
Semenjak Islam datang,
nilai-nilai keadilan dan persamaan mulai dimasukkan dalam perekonomian
masyarakat Arab. Dalam hal pertanian dan perdagangan, Islam mengadakannya
dengan semangat keadilan, kejujuran, dan kesamaan. Kalangan kaya tidak diperbolehkan
memonopoli perekonomian dan memperbudak yang miskin. Seperti yang telah
Rasulullah contohkan bagaimana orang kaya membantu dan membina yang miskin,
sehingga mereka bisa mandiri secara ekonomi.
3.
Sosial
Sebelum Islam lahir, penghuni Jazirah Arab
dikenal dengan istilah masyarakat Jahiliyah. Mereka hidup dalam “kegelapan” dan
memiliki moral yang rendah. Setelah Islam datang, Islam membawa pengaruh yang
sangat besar dalam kebiasaan masyarakat Arab yang sering mengubur hidup-hidup
anak perempuannya, tradisi perkawinan yang sama sekali tidak menghargai wanita,
serta perlakuan mereka pada budak-budak secara tidak manusiawi. Dari aspek-aspek inilah Islam mengarahkan dan
memberikan wordl view (pandangan dunia) yang luas pada masyarakat
Arab tentang arti kemanusiaan, kesamaan, keberagamaan, dan penghargaan terhadap
gender. Islam juga mengajarkan kepada umat Islam memiliki istri maksimal empat,
lebih dari itu tidak diperbolehkan, itupun jika sang suami yakin bisa berbuat
adil.
4.
Sastra
Sejarah sastra Arab mencatat banyak
penyair-penyair Mu’allaqat, tujuh diantaranya mereka dikenal dengan
sebutan al-Sab’ al- Mu’allaqat
(seven suspended poems). Mereka
adalah: Ibn al-Qais bin Haris al-Kindi (500-540), Zuhair bin Abi Sulma
al-Muzani (530-627), al-Nabigah al-Zubiani (wafat sekitar 604), Labid bin
Rabi’ah al-Amini (560-661), Tarafah bin Abdul Bakri (543-569), Antarah bin
Syaddad al-Absi (525-615) dan al-Haris bin Hillizan al-Bakri (wafat sekitar
580). Oleh karenanya, ketika Islam datang, pemeluknya juga dikenal dengan kemahirannya
dalam membuat syair dan puisi. Islam tidak begitu saja melahirkan kemampuan
bersyair, tapi ia merupakan hasil karya syair dan puisi yang lebih bernilai
serta mengandung unsur spiritual teologis dan kemanusiaan yang amat jelas.
5.
Agama
Di jazirah Arab, telah berkembang jenis
agama, baik agama asli maupun agama yang berasal dari pengaruh lain, seperti
Yahudi dan Nasrani. Akan tetapi, dua agama tersebut tidak meninggalkan pengaruh
yang cukup beraarti. Masyarakat Arab mempercayai Paganisme, yakni penyembahan
terhadap berhala. Disinilah peran Islam dalam membawa dan mengarahkan bangsa
Arab untuk memiliki keislaman yang proporsional kepad Sang Pencipta.
Kepercayaan mereka yang pada mulanya terarahkan pada benda-benda hasil karya
tangan manusia dan beberapa jenis makhluk lainnya, kemudian Islam meluruskan
keimanan dan aqidah mereka secara proporsional yang tidak bisa disamakan dengan
semua jenis makhluk di dunia. Di sinilah elan vital islam dalam
memberikan pemahaman yang benar tentang arti tauhid, sehingga hal itu kemudian
menjadi ruh dan semangat bagi umat muslim untuk mewujudkan dirinya sebagai umat
yang terbaik, rahmat bagi sekalian alam.
Bab III
Penutup
A. Kesimpulan
1.
Islam yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW telah membawa bangsa
Arab yang semula terbelakang, bodoh, tidak terkenal dan terabaikan oleh
bangsa-bangsa lain, menjadi bangsa yang maju.
2.
Al-Qur’an menuntut kepada manusia agar bersikap adil, jujur, menghargai
orang lain, dan menjaga amanah; kedhaliman dan penipuan tidak dibenarkan sama
sekali.
3.
Seluruh hidup Nabi adalah perjuangan untuk menyiarkan akidah tauhid dan
menyampaikan risalah Ilahi kepada segenap umat manusia. Beliau telah
mengfungsikan seluruh hidupnya untuk memakmurkan dunia dengan nilai-nilai
keimanan, prinsip keadilan, prinsip kebebasan, dan akhlak terpuji.
4.
Beliau telah mempersembahkan contoh dan teladan yang baik bagi setiap
Muslim, juga bagi para pemimpin yang diserahi amanat untuk berkhidmat kepada
rakyat.
5. Al-Qur’an dan Al-Sunnah memberikan perubahan
yang nyata bagi bangsa Arab dan bangsa-bangsa yang memeluk Islam tentang
pandangan dunia, tujuan hidup, peribadatan dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Yatim, Badri. 1993. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Rajawali Pers.
Al-Hamidi, Muhammad Al-Hasyimi. 2006. Sirah Nabawiyah Muhammad SAW For The
Global Village. Jakarta: Rabitha Press.
Jauhari, Mohammad Idris. 1985. Ringkasan Sejarah Nabi Muhammad SAW. Prenduan: Pustaka Bahari.
Wijdan, Aden dkk. 2007. Pemikiran dan Peradaban Islam. Yogyakarta: Safiria Insania Press.
Sugiono, dkk. 2013. Sejarah Kebudayaan Islam Kelas X. Jakarta: Akik Pustaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar