Rabu, 31 Mei 2023

MAKALAH ALIRAN LINGUISTIK

 

MAKALAH ALIRAN LINGUISTIK

MATA KULIAH : Ilmu Lughah An-Nadzory Wa Tathbiqy

BAB I

PENDAHULUAN

 

  1. LATAR BELAKANG

Lingustik sebagai satu cabang ilmu yang yang menjadikan bahasa sebagai objek penelitiannya memiliki peranan penting dalam menguasai ilmu bahasa. Oleh karena itu, kontribusi linguistik sangat dibutuhkan dalam menelaah suatu bahasa. Linguistik membahas tentang makna (semantik), bunyi (fonologi), unsur-unsur (morfologi) dan struktur suatu bahasa sehingga memudahkan kita untuk dapat memahami dan menerjemahkan satu bahasa ke dalam bahasa lain.

Layaknya cabang ilmu yang lain, linguistik pun memiliki tahapan-tahapan serta aliran-aliran yang masih dipertentangkan oleh para linguis. Aliran-aliran tersebut terbentuk karena perkembangan linguistik dari masa ke masa semakin modern. Beragamnya aliran-aliran linguistik semakin menambah khasanah ilmu kebahasaan kita. Berkaitan dengan hal tersebut, pemakalah akan memaparkan beberapa rumusan masalah berikut ini:

  1. RUMUSAN MASALAH

1.      Apa yang dimaksud dengan Linguistik?

2.      Bagaimanakah Sejarah Perkembangan Linguistik?

3.      Apa saja Macam-macam Aliran Linguistik?

  1. TUJUAN PENULISAN

1.      Untuk Mengetahui Pengertian Linguistik.

2.      Untuk Mengetahui Perkembangan Sejarah Linguistik.

3.      Untuk Mengetahui Macam-macam Aliran Linguistik.

BAB II

PEMBAHASAN

                                   

  1. Pengertian Linguistik

            Istilah linguistik berasal dari bahasa Inggris yaitu linguistics, yang berarti ilmu yang mempelajari bahasa. Padanan kata tersebut antara lain adalah linguistique (dalam bahasa Perancis), linguistiek (dalam bahasa Belanda), yang diturunkan dari bahasa latin lingua yang artinya adalah bahasa.[1]

            Linguistik adalah sebuah bidang ilmu yang mengkaji dan mempelajari segala sesuatu tentang bahasa mulai dari bentuk (form), fungsi (function), makna (meaning), nilai (value), sampai dengan wacana bahasa (discourse) secara ilmiah.[2]

            Linguistik terbagi kepada dua jenis yaitu linguistik tulen dan linguistik terapan. Linguistik tulen terdiri daripada  fonetik dan fonologi, morfologi, sintaksis dan semantik. Adapun linguistik terapan terdiri daripada sosiolinguistik, psikolinguistik, pragmatik, linguistik sejarah, linguistik forensik, dan lain-lain.[3]

            Adapun linguistik dapat dikatakan sebagai sebuah ilmu dalam kajian ilmiah, diantaranya adalah:[4]

1.      Linguistik itu dinamis: linguistik dinamis dengan aktifitas ataupun perkembangan pengetahuan sistemik dan rasional yang sesuai dengan fakta, linguistik dinamis dengan prediksi dan hasil kajian, linguistik memiliki aplikasi ilmu dan teknologi, dinamika perkembangan karena ilmu linguistik bersimbiosis dengan teknologi.

2.      Linguistik mempunyai metode ilmiah dengan berbagai ukuran riset yang bisa disesuaikan dengan objek kajiannya.

3.      Linguistik memiliki sifat sebuah ilmu pengetahuan; sistematik, konsisten, eksplisit, dan juga ilmiah. 

 

  1. Perkembangan Sejarah Linguistik

            Bahasa telah dipelajari sejak zaman kuno. Beberapa bangsa yang disebut-sebut menjadi pelopor pengkajian bahasa antara lain adalah bangsa India Kuno, Yunani Kuno, Romawi Kuno, dan China Kuno. Pada umumnya mereka masih berpandangan subjektif, yaitu bahwa bahasa merekalah yang paling sempurna. Perkembangan sejarah linguistik mendekati kajian objektif sebagai ilmu pengetahuan yang modern dan mandiri, dimulai sejak abad ke-19 hingga sekarang. Secara garis besar, perkembangan sejarah linguistik dapat dibagi dalam tiga periode:[5]

1.      Zaman Kuno

      Perhatian pada bahasa tampaknya tercatat dimulai dari bangsa India Kuno, mereka telah mempelajari bahasa dari peninggalan kitab-kitab suci Weda, sekitar abad ke-5 SM. Salah seorang tokoh besar pada waktu itu, bernama Pannini (abad ke-4 SM) berhasil menyusun kitab pelajaran bahasa Sansekerta, kitab pertama itu disusun dengan maksud mengembalikan kejayaan bahasa Sansekerta yang sudah mulai ditinggalkan masyarakat.

      Pada masa yang hampir sama, bangsa Yunani Kuno juga banyak mempelajari bahasa. Bahkan tokoh-tokoh filsuf Yunani yang dikenang hingga sekarang, mereka antara lain adalah: Sokrates (469-399 SM), Plato (427-347 SM), dan Aristoteles (384-322 SM). Sedangkan di Romawi, linguistik berkembang pada abad ke-3-1 SM. Pengaruh Yunani tampaknya masih sangat kental mewarnai perkembangan kebudayaan bangsa ini. Sehingga masa itu tidak banyak yang berkembang secara menonjol. Tokoh besar yang terkenal pada masa ini adalah M. Varro (116-27 SM).

2.      Zaman Pertengahan

      Zaman pertengahan dimulai pada masa 500-1500 M, dan diteruskan pada abad 19 M. Zaman ini ditandai dengan jatuhnya kekaisaran Romawi. Munculnya zaman Renaisanse (zaman kebangkitan) oleh kaum modistae (analogi). Penyelidikan bahasa pada zaman ini sudah mendasarkan pada aspek logika. Bahasa diurai dalam tiga aspek, yaitu: tulisan, ucapan, dan pikiran. Tokoh penting masa itu adalah: Boethicus (menerjemahkan karya Aristoteles) dan Petrus Hispanus (Paus XXI).

      Perkembangan yang sangat berarti, setelah abad 15, masuk abad 18 dan 19 M. Pada masa inilah linguistik betul-betul menemukan jatidirinya sebagai ilmu pengetahuan yang mandiri dan objektif.

3.      Zaman Modern (abad 20)

      Pada masa ini perkembangan linguistik sebagai ilmu modern telah mencapai puncaknya, yaitu berkembangnya aliran strukturalisme. Khusus di Amerika, Strukturalisme dipelopori oleh Leonard Bloomfield (1877-1949) yang sangat disegani karena bukunya yang berjudul Language (1933) menjadi acuan dan pertimbangan sebagai penelitian berikutnya.

 

C.    Macam-macam  Aliran Linguistik

            Sejarah linguistik yang sangat panjang telah melahirkan berbagai aliran-aliran linguistik yang pada akhirnya mempengaruhi pengajaran bahasa. Masing-masing aliran tersebut memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang bahasa sehingga melahirkan berbagai tata bahasa. Berikut ini akan dibahas secara singkat sejarah aliran linguistik dari zaman purba hingga saat ini.

1.      Aliran Linguistik Tradisional (linguistik normative)

Aliran linguistik yang berkembang dari budaya Yunani dan Romawi (sejak abad ke-4 SM). Istilah traditional dalam linguistik sering dipertentangkan dengan tata bahasa struktural. Kedua jenis tata bahasa ini banyak dibicarakan orang sebagai dua hal yang bertentangan, sebagai akibat dari pendekatan keduanya yang tidak sama terhadap hakikat bahasa. Adapun pada tata bahasa tradisional menganalisis bahasa berdasarkan filsafat dan semantik, sedangkan pada tata bahasa struktural menganalisi bahasa berdasarkan struktur atau ciri-ciri formal yang ada pada suatu bahasa tertentu. Adapun sejarah terbentuknya aliran tradisional sebagai berikut:

a.       Linguistik Zaman Yunani (Abad ke-5 SM – 2 M)

Adapun masalah pokok kebahasaan yang menjadikan pertentangan dikalangan para ahli linguis pada masa ini ialah

1)      Pertentangan antara  fisis dan nomos.

Para filusuf Yunani mempertanyakan, Apakah bahasa itu bersifat alami (fisis) ataukah bersifat konvensi (nomos). Adapun maksud dari bahasa itu bersifat alami (fisis) ialah bahwa didalam setiap bahasa mempuyai hubungan asal-usul, sumber dalam prinsip-prinsip abadi dan tidak dapat diganti diluar manusia itu sendiri, yang tidak dapat ditolak. Dalam bidang semantik kelompok yang menganut paham ini yaitu kaum naturalis.  Mereka beranggapan bahwa "setiap kata mempunyai hubungan dengan benda yang ditunjuknya atau dengan kata lain."[6] Sebaliknya kelompok lain yaitu, kaum konvensional mereka beranggapan bahwa bahasa itu bersifat konvensi. Artinya, makna-makna kata itu diperoleh dari hasil-hasil tradisi atau kebiasaan.yang mempunyai kemungkinan bisa berubah.

2)      Pertentangan analogi dan anomali.

Menyangkut masalah bahasa itu sesuatu yang teratur atau tidak teratur. Maka kaum analogi, antara lain Plato dan Aristoteles berpendapat bahwa bahasa itu bersifat teratur. Karena adanya keteraturan itulah orang dapat menyusun tata bahasa. Keteraturan bahasa itu tampak misalnya dalam pembentukan jamak bahasa inggris misalnya pada kata:  Boy à boys, girl à girls, dan book à books. Dan keteraturan bahasa itu juga dapat dilihat dalam pembentukan bahasa arab misalnya pada kata MuslimunàMuslimaani à Muslimuuna, Mualimun à Mualimaani à Mualimuuna. Sebaliknya pada kaum anomali berpendapat bahwa bahasa itu tidak teratur, kalau bahasa itu teratur mengapa bentuk jamak dari bahasa inggris pada kata child menjadi children, bukanya  childs, mengapa benruk past tenses dari bahasa inggris pada kata write menjadi wrote, dan bukannya writed.

Dari keterangan diatas tampak bahwa kaum anomali sejalan dengan kaum naturalis dan kaum analogi sejalan dengan kaum konvensional. Adapun tokoh-tokoh yang mempunyai peranan besar dalam studi bahasa itu diantaranya, Kaum Shophi, Plato (429 -347 SM), Aristoteles (384  - 332 SM), Kaum Stoik dan Kaum Alexandrian.

b.      Zaman Romawi

Studi bahasa pada zaman romawi merupakan kelanjutan dari jaman Yunani, sejalan dengan runtuhnya Yunani dan munculnya Kerajaan Romawi. Adapun tokoh pada jaman Romawi yang terkenal antara lain, Varro (116 – 27 SM) dengan karyanya, De Lingua Latina dan Priscia dan karyanya Institutiones Grammaticae.

c.       Zaman Pertengahan

Dari zaman pertengahan ini yang patut dibicarakan dalam studi bahasa, antara lain, adalah peranan kaum Modistae, Tata Bahasa Spekulativa, dan Petrus Hipanus.

Kaum Modistae ini masih membicarakan pertentangan antara  fisis dan nomos, dan pertentangan analogi dan anomali. Mereka menerima konsep analogi karena menurut mereka bahasa itu bersifat reguler dan universal.

Tata Bahasa Spekulativa Merupakan hasil integrasi deskripsi gramatikal bahasa Latin ke dalam filsafat skolastik.

d.      Zaman Renainsans

Zaman Renaisans dianggap sebagai zaman pembukaan abad pemikiran abad modern. Dalam sejarah studi bahasa ada dua hal pada jaman renaisans ini yang menonjol yang perlu dicatat, yaitu: (1) selain menguasai bahasa Latin, sarjana-sarjana pada waktu itu Juga menguasai bahasa Yunani, bahasa Ibrani dan bahasa Arab  (2) Selain bahasa Yunani, Latin, Ibrani dan Arab, bahasa-bahasa Eropa lainnya juga mendapat perhatian dalam bentuk pembahasan, penyusunan tata bahasa, dan malah juga perbandingan.

e.       Menjelang Lahirnya Linguistik Modern

Masa antara lahirnya linguistik modern dengan masa berakhirnya zaman renaisans ada satu tonggak yang dianggap sangat penting dalam sejarah studi bahasa. Tongak yang dianggap sangat penting itu adalah dinyatakan adanya hubungan kekerabatan antara bahasa Sansekerta dengan bahasa-bahasa Yunani, Latin dan bahasa Jerman lainnya.

2.      Aliran Linguistik Struktural (linguistik deskriptif)

      Kalau linguistik tradisional selalu menerapkan pola-pola tata bahasa Yunani dan Latin dalam mendekripsikan suatu bahasa, maka linguistik struktural mendeskripsikan suatu bahasa berdasarkan ciri atau sifat khas yang dimiliki bahasa itu.[7] Pandangan ini adalah sebagai akibat dari konsep-konsep atau pandangan-pandangan baru terhadap bahasa dan studi bahasa yang dikemukakan oleh bapak linguistik modern, yaitu Ferdinand de Saussure. Adapun tokoh yang mempunyai peranan besar dalam aliran ini diantaranya:

a.       Ferdinand de Saussure (1857 – 1913)

Ferdinand de Saussure  dianggap sebagai bapak linguistik modern berdasarkan pandangan-pandangan yang dimuat dalam bukunya Course de Linguistique Generale yang disususn dan diterbitkan oleh Charles Bally dan Albert Sechehay tahun 1915. Pandangan yang dimuat dalam buku tersebut mengenai konsep: (1) telaah sinkronik dan diakronik, (2) perbedaan lague dan parole, (3) perbedaan signifiant dan signifie, dan (4) hubungan sintagmatik dan paradigmatik.

b.      Aliran Praha

Aliaran Praha terbentuk pada tahun 1926 atas prakarsa salah seorang tokohnya, yaitu Vilem Mathesius (1822 – 1945). Tokoh-tokoh lainnya adalah Nikolai S. Trubetskoy, Roman Jakobson, dan Morris Halle.

Dalam bidang fonologi aliran Praha inilah yang pertama-tama membedakan dengan tegas akan fonetik dan fonologi. Fonetik mempelajari bumyi-bunyi itu sendiri, sedangkan fonologi mempelajari fungsi bunyi tersebut dalam sustu sistem. Perbedaan bunyi yang tidak menimbulkan perbedaan makna. Dalam bidang fonologi aliran Praha ini juga memperkenalkan dan mengembangkan suatu istilah yang disebut morfonologi, bidang yang meneliti struktur fonologis morfem. Bidang ini meneliti perubahan-perubahan fonologis yang terjadi sebagai akibat hubungan morfem dengan morfem.

Dalam bidang sintaksis Vilem Mathesius mencoba menelaah kalimat melalui pendekatan fungsional. Menurut pendekatan ini kalimat dapat dilihat dari struktur formalnya, dan juga struktur informasinya yang terdapat dalam kalimat yang bersangkutan. Struktur formal menyangkut unsur-unsur gramatikal kalimat tersebut, yaitu subjek dan predikat gramatikalnya. Sedangkan struktur informasi menyangkut situasi faktual pada waktu kalimat itu dihasilkan. Struktur informasi menyangkut unsur tema dan rema.

c.       Aliran Glesomatik

Aliran Glosematik lahir di Denmark, tokohnya antara lain, Louis Hjemslev (1899 – 1965). Menurut Hjemslev teori bahasa haruslah bersifat sembarang saja, artinya harus merupakan suatu sistem deduktif semata-mata. Hjemslev juga beranggapan bahwa bahasa itu mengandung dua segi, yaitu segi  ekspresi dan segi  isi. Masing-masing segi mengandung forma dan substansi, sehingga diperoleh (1) forma ekspresi, (2) substansi ekspresi, (3) forma isi, dan (4) substansi isi.[8]

Hjemslev juga menganggap bahasa sebagai suatu sisitem hubungan dan mengakui adanya hubungan sintagmatik dan hubungan paradigmatik.

d.      Aliran Firthian

Nama John R. Firth (1890 – 1960), merupakan guru besar pada Universitas London. Beliau sangat terkenal karena teorinya mengenai fonologi prosodi. Fonologi prosodi adalah suatu cara untuk menentukan arti pada tataran fonetis. Ada tiga macam pokok prosodi, yaitu (1) prosodi yang menyangkut gabungan fonem; (2) prosodi yang terbentuk oleh sendi atau jeda; dan (3) prosodi yang realisasi fonetisnya melampaui satuan yang lebih besar dari pada fonem-fonem suprasegmental.

 

 

e.       Linguistik Sistematis

Adapun Tokohnya adalah M.A.K. Halliday yaitu salah seorang murid Firth, teori yang dikembangkan oleh Halliday dikenal dengan nama Neo-Firthian Linguistics atau scale and Category Linguistics. Namun, kemudian ada nama baru, yaitu Systemic Linguistics. Atau dapat diartikan Linguistik Sistemik. Pokok-pokok pandangan systemic Linguistic (SL) diantaranya:

1)      SL memberikan perhatian penuh pada segi kemasyarakatan bahassa.

2)      SL memandang bahasa sebagai pelaksana.

3)      SL mengutamakan pemberian ciri-ciri bahasa tertentu beserta variasinya.

4)      SL mengenal adanya gradasi/kontinum.

5)      SL menggambarkan tiga tataran utama bahasa.

f.        Leonard Bloomfield dan Strukturalis Amerika

Nama Leonard Bloomfield (1877 – 1949) sangat terkenal karena bukunya yang berjudul Language dan selalu dikaitkan dengan aliran stuktural Amerika. Namun, nama strukturalisme lebih dikenal dengan menyatu kepada nama aliran linguistik yang dikembangkan oleh Bloomfield dan kawan-kawannya di Amerika. Aliran ini berkembang pesat di Amerika pada tahun tiga puluhan sampai lima puluhan.

Aliran strukturalis yang dikembangkan Bloomfield dengan para pengikutnya sering juga disebut aliran taksonomi, dan aliran Bloomfieldian atau post-Bloomfieldian, karena bermula atau bersumber pada gagasan Bloomfield. Disebut aliran taksonomi karena aliran ini menganalisis dalam mengklasifikasikan unsur-unsur bahasa berdasarkan hubungan hierarkinya.

3.      Linguistik Transformasional (generatif transformatif)

      Aliran ini lahir karena ketidakpuasan terhadap aliran struktural, Noam Chomsky menulis buku syntactic tructure (1957). Aliran transformasional membahas pola-pola pengalihan (generatif) karena kemampuan manusia menghasilkan bahasa (aspek aktifitas, produktivitas, dan kreativitas). Oleh karena itu penyelidikan bahasa haruslah melihat aspek kompetensi dan performasi bahasa. untuk menguatkan pandangannya bahwa struktural adalah aliran linguistik yang lemah dan tidak jelas. Menurutnya ada beberapa kelemahan dari aliran linguistik struktural, yaitu:

a.       Analisis kalimat struktural selesai pada unsur terkecil (kata), lalu bagaimana lafalnya (bunyi fonem) dan maknanya?

b.      Aliran struktural tidak memperhatikan aspek psikis (mental) bahasa, bahasa tidak dimanusiawikan. Padahal, bahasa dihasilkan lewat pikiran dan tuturan manusia. Dari protes inilah lahir aliran baru yang disebut semantik dan psikolinguistik.

4.      Aliran Tagmemik dan Kasus

      Aliran Tagmemik dipelopori oleh Kenneth L. Pike, seorang tokoh dari Summer Institute of Linguistics, aliran ini bersifat strukturalis. Menurut aliran ini "satuan dasar dari sintaksis  adalah tagmem (susunan)."[9] Adapun yang dimaksud tagmem adalah kolerasi antara fungsi gramatikal atau slot dengan sekelompok bentuk-bentuk kata yang dapat saling dipertukarkan untuk mengisi slot tersebut. Menurut Pike satuan dasar sintaksis tidak dapat dinyatakan dengan fungsi-fungsi saja, seperti subjek + predikat + objek, dan tidak dapat dinyatakan dengan deretan bentuk-be ntuk saja, seperti Frase Benda + Frase Kerja + Frase Benda, melainkan harus diungkapkan bersamaan dalam rentetan rumus seperti: S:FN + P:FV + O:FN

      Rumus tersebut dibaca: fungsi subjek diisi oleh frase nominal diikuti oleh fungsi predikat yang diisi oleh frase verbal, dan diikuti pula oleh fungsi objek yang diisi oleh frase nominal.

     

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

A.        Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan singkat diatas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Dalam linguistik, beragam aliran muncul sebagai hasil dari pemikiran dari para linguis sejak zaman sebelum masehi hingga zaman modern seperti saat ini. Adapun aliran-aliran linguistik terbagi menjadi tiga, yaitu:

1.      Linguistik Tradisional

Adapun yang dimaksud dengan linguistik tradisional ialah menganalisis bahasa berdasarkan filsafat dan semantik

2.      Linguistik Strukturalis

Sedangkan linguistik strukturalis ialah menganalisis bahasa berdasarkan struktur atau ciri-ciri formal yang ada dalam satu bahasa tertentu.

3.      Linguistik Transformasional

Membahas pola-pola pengalihan (generatif) karena kemampuan manusia menghasilkan bahasa (aspek aktifitas, produktivitas, dan kreativitas).

B.        Saran

Kami menyadari penulisan makalah kami ini banyak kekurangan baik penulisan maupun pemaparan presentasi. Oleh karena itu, kami merasa butuh terhada saran juga kritik agar kami dapat memperbaiki kesalah kami.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Chapakiya, Suraiya. 2014. Asas Linguistik. Malaysia: PTS Akademia.

Chaer, Abdul. 2007. Lingutik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Hassan, Abdullah. 2005. Linguistik Am. Malaysia :Akademia.                 

Muliastuti, Liliana. 2015.  Linguistik Umum.  Jakarta: Universitas Terbuka.

Pateda, Mansoer. 2011.  Linguistik Sebuah Pengantar.Bandung: Aksara

Yendra. 2016. Mengenal Ilmu Bahasa. Yogyakarta: CV Budi Utama..

 



                [1] Liliana Muliastuti, Linguistik Umum, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), hlm. 16.

                [2] Yendra, Mengenal Ilmu Bahasa, ( Yogyakarta: CV Budi Utama, 2016), hlm. 28.

                [3] Suraiya Chapakiya,  Asas Linguistik, ( Malaysia: PTS Akademia, 2014), hlm. 2.

                [4] Yendra, Op. Cit., hlm. 29.

                [5] Siswanto, Pengantar Linguistik Umum, (Yogyakarta: Media Perkasa, 2012), hlm. 178.

[6] Abdul Chaer, Lingutik Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), hlm. 333.

[7] Ibid, hlm., 346

[8] Abdul Chaer, Ibid., hlm. 355.

[9] Abdul Chaer, Ibid., hlm. 361.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bahasa Arab

MAKALAH HIPOTESIS DAN ASUMSI

  MAKALAH Mata Kuliah: Metodologi Penelitian Bahasa Arab dan Sastra Arab HIPOTESIS DAN ASUMSI   BAB I PENDAHULUAN     A. Lat...