Rabu, 31 Mei 2023

MAKALAH FONETIK DAN FONOLOGI

 

MAKALAH FONETIK DAN FONOLOGI

MATA KULIAH :  Ilmu Lughah An-Nadzory Wa Tathbiqy

BAB I

PENDAHULUAN

 

A.    LATAR BELAKANG

Bahasa adalah suatu sistem lambang bunyi yang dipakai manusia untuk tujuan komunikasi. Oleh karena itu pengajaran Bahasa Indonesia pada hakekatnya mempunyai ruang lingkup dan tujuan yang menumbuhkan kemampuan mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar agar seseorang dapat berkomunikasi dengan baik dan benar. 

Banyak kajian teori mengenai bahasa ini. Salah satunya kajian tentang fonologi dan fonetik. Sebagai calon pendidik selayaknya memahami kajian tentang fonologi dan fonetik ini untuk dijadikan pedoman mengajarkan pelajaran Bahasa Indonesia. Penyusun merasa perlu untuk menyusun makalah ini agar dapat membantu penyusun pada khususnya dan pembaca pada umumnya untuk mengetahui tentang batasan dan perbedaan fonologi dengan fonetik, beberapa pengertian dan klasifikasi mengenai bunyi bahasa.

 

B.     RUMUSAN MASALAH

1.      Apa Saja Perbedaan fonetik dan fonologi?

2.      Sebutkan Jenis-Jenis fonetik?

3.      Bagaimana Cara fonasi makhraj bunyi?

4.      Sebutkan Klasifikasi bunyi?

5.      Apa yang dimaksud dengan Bunyi bahasa Arab fusha?

 

C.    TUJUAN PENULISAN MAKALAH

1.      Untuk memenuhi tugas Ilmu Lughoh an-nadzhori

2.      Untuk mengetahui perbedaan fonetik dan fonologi, jenis-jenis fonetik, cara fonasi makhraj bunyi, klasifikasi bunyi, dan bunyi bahasa arab fusha

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.    Pengertian Fonetik dan Fonologi

        Fonetik adalah cabang ilmu linguistic yang meneliti dasar “fisik” bunyi-bunyi bahasa. Ada dua segi dasar “fisik” tersebut , yaitu : segi alat-alat bicara serta penggunaannya dalam menghasilkan bunyi-bunyi bahasa dan sifat-sifat akustik bunyi yang telah dihasilkan. Menurut dasar yang pertama,fonetik disebut fonetik organic (Karen menyangkut alat-alat panca indra)atau fonetik arkulatoris (karena menyangkut pengartikulasian bunyi-bunyi bahasa).[1] Menurut dasar yang kedua,fonetik disebut fonetik akustik karena menyangkut bunyi-bunyi bahasa dari sudut bunyi sebagai getaran udara.Sebagian besar fonetik akustik berdasarkan pada ilmu fisika (tentang bunyi )yang diterapkan kepada bunyi-bunyi bahasa.

        Fonetik membantu kita memahami bagaimana urutan bunyi dalam binaan kata berasimilisasi, misalnya bunyi (t) dalam kata tepat, yaitu bagi bunyi (t) pada awal kata dengan bunyi (t) pada akhir kata dan apabila (t) didahului oleh bunyi vokal (a).[2]

Sedangkan fonologi ini berasal dari gabungan dua kata Yunani yaitu phone yang berarti bunyi dan logos yang berarti tatanan, kata, atau ilmu disebut juga tata bunyi.[3]  Akan tetapi, bunyi yang dipelajari dalam Fonologi bukan bunyi sembarang bunyi, melainkan bunyi bahasa yang dapat membedakan arti dalam bahasa lisan ataupun tulis yang digunakan oleh manusia. Bunyi yang dipelajari dalam Fonologi kita sebut dengan istilah fonem.

Fonologi disebut juga ilmu bunyi yang fungsional.Fonologi adalah ilmu yang mempelajari fonim, sedsangkan fonim adalah satuan bunyi yang terkecil dalam bahasa arab di sebut ilmu shout.

Secara ringkasnya perbedaan antara kedua bidang ini dapat dilihat dalam tabel berikut:[4]

FONETIK

FONOLOGI

Fonetik adalah subdisiplin linguistik, kajian tentang bunyi sebagai fenomena dalam dunia fisikal, fisiologi, anatomi, neurologi dan psikologi manusia yang menghasilkannya

Fonologi adalah subdisiplin linguistik yang mengkaji bunyi bahasa, yaitu tentang fungsi, perlakuan dan organisasi bunyi sebagai item linguistik.

Fonetik adalah kajian tentang sifat-sifat semula jadi, produksi dan peersepsi bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan.

Kajian tentang sistem bunyi sesuatu bahasa dan sifat sifat semula jadi sistem tersebut secara umum. Segala  yang berkaitan dengan sistem dalam bahasa, yaitu pasangaan terkecil, fonotaktik dan sebagainya.

Kajian ini dapat dipecahkan kepada tiga, yaitu fonetik akustik, fonetik artikulatori dan fonetik auditori

Kajian adalah berkaitan dengan hubungan antara butur-butir leksikal dengan butir-butir leksikal lain yang membentuk ayat

Mengkaji sifat setiap bunyi

Kajian berkaitan dengan penelitian pada pola intonasi

Menggunakan simbol fonetik yang dihasilkan untuk tujuan merekodkan data bunyi dalam bentuk tulisan.

Menghasilkan sistem ejaan sesuatu bahasa

 

B.     Jenis-Jenis Fonetik

menurut urutan proses terjadinya bunyi bahasa itu, dibedakan menjadi 3 jenis, antara lain:[5]

1.      Fonetik artikulatoris

Fonetik arkulatoris, disebut juga fonetik organis atau fonetik fisiologis, dalam fonetik ini kita bisa mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat bicara manusia bekerja dalam menghasilkan bunyi bahasa, serta bagaimana bunyi-bunyi itu diklasifikasikan. Dan bunyi bahasa dapat dibedakan sebagai yang segmental dan suprasegmental.

Dalam fonetik artikulatoris hal yang pertama yang harus dibicarakan adalah alat ucap manusia untuk menghasilkanbunyi bahasa. Sebetulnya alat yang digunakan bunyi bahasa mempunyai fungsi utama lai yang bersifat biologis. Misalnya paru-paru untuk bernafas, lidah untuk mengecap, dan gigi untuk mengunyah. Namun secara ebetulan alat-alat itu digunakan juga untuk berbicara.

 bunyi bahasa yaitu konsonan dan vocal.[6] Konsonan adalah bunyi yang dihasilkan dengan mempergunakan artikulasi pada salah satu bagian alat-alat.Sedangkan vocal adalah bunyi bahasa yang dihasilkan dengan melibatkan pita-pita suara tanpa penyempitan atau penutupan apa pun pada tempat pengartikulasian mana pun.Untuk mengerti apa yang dimaksud dengan vocal seperti [a] dan[i] dalam keadaan fasih.

2.      Fonetik Akustik

Fonetik akustik menjelaskan bunyi-bunyi ujaran sebagai suatu proses fisik, Untuk itu dibutuhkan alat spektograf yang dapat memperlihatkan gelombang bunyi udara. Alat ini mampu menggambarkan intensitas dan volume ujaran sehngga para linguis dapat menggambarkan bunyi-bunyi secara fisik.[7] Ada tiga hal yang perlu dibahas di sini, antara lain:

 

a.       Frekuensi atau titik nada

Gerakan partikel-partikel secara gelombang itu berirama artinya berjalan secara ritmis.Frekuensi gelombang merupakan titinada.Demi mudahnya kita memakai istilah titinada itu sebagai pengganti istilah frekuensi ini merpaukan istilah akustik.

b.      Amplitudo

Apa yang diangkap telinga kita sebagai kerasnya atau nyaringnya atau intensitas bunyi secara akustik berpangkal pada luasnya atau lebarnya gelombang udara ini istilahnya amplitudo.

c.       Resonansi

Resonansi terjadi apabila suatu benda bergetar karena pengaruh suatu bunyi,yaitu bunyi yang dihasilkan oleh suatu sumber.

 

3.      Fonetik Audiotoris

Fonetik audiotoris ialah tentang cara bunyi bahasa diperhatikan atau ditanggap oleh pendengar melalui pendengaran dan diterjemahkan oleh otak bagaimana sebutan bunyi yang dihasilkan dan dikenal pasti oleh pendengar. Proses ini dinamakan proses mendekod, yaitu penuturan bunyi, kata dan ayat yang hendak disampaikan kepda pendengar, sebaliknya ssssspendengar mentafsirkan bunyi(kata) tersebut dalam otak untuk memahami ujaran yang sedang dikomunikasikan.[8]

Dari ketiga jenis fonetik ini, yang paling berurusan dengan dunia linguistik adalah fonetik aritikulatoris, sebab fonetik inilah yang berkenaan dengan masalah bgaimana bunyi-bunyi bahasa itu dihasilkan atau diucapkan manusia. Sedangkan fonetik akustik lebih berkenaan dengan bidang fisika, dan fonetik audiotoris lebih berkenaan dengan bidang kedokteran, yaiyu neurologi, meskipun tidak tertutup kemungkinan linguistik juga bekerja dalam kedua bidang fonetik itu.

C.    Cara Fonasi makhroj Bunyi

Terjadinya bunyi bahasa pada umumnya dimulai dengan proses pemompaan udara keluar dari paru-paru melalui pangkal tenggorok ke pangkal tenggorok, yang di dalamnya terdapat pita suara.

Selanjutnya untuk memperoleh bunyi bahasa, bergantung pada ada atau tidaknya hambatan setelah udara terpompa.[9] Hambatan yang pertama adalah pada pita suara itu sendiri.»Jika pita suara dalam posisi terbuka lebar, maka tidak ada hambatan apa-apa, artinya udara yang dipompa bisa terus keluar bebas, sehingga tidak ada bunyi yang dihasilkan, selain bunyi napas secara normal. »Jika pita suara terbuka dalam posisi agak lebar, maka akan terjadi bunyi bahasa yang disebut bunyi tak bersuara. Disebut bunyi tak bersuara karena tidak ada getaran apa-apa pada pita suara itu. »Jika pita suara dalam posisi terbuka sedikit, maka akan terjadilah bunyi bahasa yang disebut bunyi bersuara. Disebut bunyi bersuara karena terjadi getaran pada pita suara ketika arus udara melewatinya. »Jika pita suara dalam posis tertutup rapat, maka akan terjadilah bunyi hamzah atau glottal stop.

Sehingga dalam memperoleh bunyi bahasa, dalam prosesnya butuh hambatan atau gangguan terhadap arus udara yang dipompakan dari paru –paru, yang kemudian arus udara itu diteruskan ke alat-alat ucap tertentu yang terdapat di rongga mulut / rongga hidung. Tempat bunyi bahasa dihasilkan disebut tempat artikulasi, proses terjadinya disebut proses artikulasi, dan alat-alat nya disebut alat artikulasi / artikulator.

Dalam proses artikulasi, ada dua macam artikulasi.  Artikulasi aktif : alat ucap yang bergerak atau digerakan. Misalnya, bibir bawah, ujung lidah, dan daun lidah.  Artikulasi pasif : alat udap yang tidak dapat bergerak, atau yang didekati oleh artikulasi altif. Misalnya, bibir atas, gigi atas, dan langit-langit keras. Baik artikulasi aktif maupun pasif, adalah bunyi tunggal sebagi hasil satu proses artikulasi. Dalam prosesnya, setelah berlangsung artikulasi pertama, disusul artikulasi kedua. Yang sering disebut artikulasi sertaan dan bunyi yang dihasilkan adalah bunyi sertaan. Contohnya, dalam proses labialisasi, palatalisasi, velarisasi, dan faringalisasi

D.    Klasifikasi Bunyi

Bunyi bahasa dapat diklasifikasikan sebagai berikut :[10]

1.      Vokal, Konsonan, dan Semi-vocal Secara umum bunyi bahasa dibedakan atas : vocal, konsonan, dan semi vocal. Pembedaan ini didasarkan pada ada tidaknya hambatan ( proses artikulasi) pada alat bicara. Bunyi disebut vokal, bila terjadinya tidak ada hambatan pada alat bicara, jadi tidak ada artikulasi. Bunyi disebut konsonan, bila terjadinya dibentuk dengan menghambat arus udara pada sebagian alat bicara, jadi ada artikulasi. Proses artikulasi ini dapat disertai dengan bergetarnya pita suara, maka akan terbentuk konsonan bersuara. Jika artikulasi itu tidak disertai dengan bergetarnya pita suara, maka bunyi yang dihasilkan adalah konsonan tak bersuara. Bunyi semi vocal ialah bunyi yang secara praktis termasuk konsonan tetapi karena pada waktu diartikulasikan belum membentuk konsonan murni, maka bunyi- bunyi itu disebut semi- vocal atau semi- konsonan.

2.      Nasal dan Oral Bunyi bahasa dapat dibedakan menjadi nasal ( sengau) dan oral. Jika udara keluar atau keluarnya udara melalui rongga hidung, dengan cara menurunkan langit- langit lunak beserta ujung anak tekaknya, maka bunyi itu disebut bunyi nasal atau sengau. Jika langit- langit lunak beserta ujung anak tekak menaiki menutupi rongga hidung sehingga udara hanya melalui rongga mulut saja, maka disebut dengan bunyi oral.

3.      Keras ( Fortes) dan Lunak ( Lenes) Bunyi bahasa dibedakan atas bunyi keras atau fortis (fortes) dan lunak atau lenis ( lenes). Bunyi bahasa disebut keras bila pada waktu diartikulasikan disertai ketegangan kekuatan arus udara. Jika tidak disertai ketegangan kekuatan arus udara disebut bunyi lunak.

4.      Bunyi Panjang dan Pendek Bunyi bahasa dibedakan atas bunyi panjang dan pendek. Pembedaan ini didasarkan pada lamanya bunyi itu diucapkan, atau lamanya bunyi itu diartikulasikan. Vokal dapat dibagi atas vocal panjang dan pendek.

5.      Bunyi Rangkap dan Tunggal Bunyi rangkap adalah bunyi yang terdiri dari dua bunyi dan terdapat dalam satu suku kata. Jika terdapat dalam dua suku kata yang berbeda bukan bunyi rangkap melainkan bunyi tunggal saja. Bunyi rangkap vocal disebut diftong, sedangkan bunyi tunggal vocal disebut disebut monoftong. Ciri diftong ialah keadaan posisi lidah dalam mengucapkan bunyi vocal yang satu dengan yang lain saling berbeda. Diftong naik dalam bahasa Indonesia ialah : [oi,aI], dan [aU]. Dalam bahasa Banjar Hulu ialah : [ai,aU], dan [ui]. Dalam bahasa Madura ialah : [ ai, oi], dan [ ui.

6.      Bunyi Nyaring dan Tidak Nyaring Bunyi dibedakan atas bunyi nyaring ( lantang) dan tidak nyaring pada waktu terdengar oleh telinga. Jadi, pembedaan bunyi berdasarkan derajat kenyaringan itu sebenarnya adalah tinjauan menurut aspek auditoris. Derajat kenyaringan itu sendiri ditentukan oleh luas sempitnya atau besar kecilnya ruang resonansi pada waktu bunyi itu diucapkan.
Diantara vocal- vocal maka vocal yang paling tinggi justru derajat kenyaringannya paling rendah. Karena ruang resonansinya pada waktu diucapkan paling sempit jika dibandingkan dengan vocal yang lain.
Dibandingkan dengan vocal , bunyi- bunyi konsonan karena terbentuknya disertai dengan hambatan alat bicara pada saluran bicara sebagai ruang resonansinya, maka derajat kenyaringannya lebih rendah. Konsonan letup tak bersuara adalah yang paling rendah sedang yang paling tinggi adalah konsonan geletar. Dalam kata, bunyi yang merupakan puncak kenyaringan adalah bunyi yang derajat kenyaringannya tinggi, bunyi- bunyi yang demikian disebut silabis.

7.      Bunyi dengan Arus Udara Egresif dan Bunyi dengan Arus Ingresif
Arah arus udara dalam pembentukan bunyi bahasa dapat dibedakan atas egresif dan ingresif. Arus udara egresif dapat dibedakan menjadi dua, yaitu egresif pulmonik dan egresif glotalik. Begitu juga arus udara ingresif dapat dibagi menjadi dua, yaitu
:

a.       Egresif Pulmonik Ialah bunyi yang terbentuk dengan arus udara egresif ( keluar) dengan mekanisme pulmonik. Mekanisme udara pulmonik ialah udara dari paru- paru sebagai sumber utamanya dihembuskan keluar dengan cara mengecilkan ruangan paru- paru oleh otot perut, dan rongga dada.

b.      Egresif Glotalik Ialah bunyi yang terbentuk dengan arus udara egresif ( keluar) dengan mekanisme glotalik. Mekanisme glotalik terjadi dengan cara merapatkan pita- pita suara sehingga glottis dalam keadaan tertutup rapat sekali. Bunyi yang dihasilkan dengan proses egresif glotalik ini disebut bunyi ejektif.

c.       Ingresif Glotalik Ialah bunyyi bahasa yang terbentuk dengan arus udara ingresif ( masuk) dengan mekanisme glotalik. Bunyi ingresif mekanisme glotalik ini prosesnya sama dengan egresif glotalik. Jadi merapatkan pita- pita suara sehingga glottis tertutup rapat sekali. Bunyi- bunyi bahasa yang dihasilkan dengan proses ingresif glotalik ini disebut bunyi implosif. 

d.      Ingresif Velarik Ialah bunyi yang terbentuk dengan arus udara ingresif ( masuk) dengan mekanisme velarik. Mekanisme udara velarik terjadi dengan menaikkan pangkal lidah ditempelkan pada langit- langit lunak. Bersama- sama dengan itu kedua bibir ditutup rapat atau yang lebih umum ialah ujung dan kedua sisi lidah dirapatkan pada gigi atas. Kemudian ujung lidah dan kedua sisi lidah merapat pada gigi lalu dilepaskan turun serta dikebelakangkan, bibir dibuka, sehingga ada kerenggangan ruangan udarapada rongga mulut.

E.     Bunyi Bahasa Arab Fusha

Bahasa arab baku adalah bahasa Quraisy yang digunakan al-Qur’an dan Nabi Muhammad saw. Bahasa ini selanjutnya disebut sebagai bahasa Arab fusha. Bahasa Arab fusha adalah ragam bahasa yang ditemukan dalam al-Qur’an, hadits Nabi dan warisan tradisi Arab. Bahasa fusha digunakan dalam kesempatan-kesempatan resmi dan untuk kepentingan kodifikasi karya-karya puisi, prosa dan penulisan pemikiran intelektual secara umum.[11]

Menurut Emil Badi’ Ya’qub “bahasa Arab fusha (ragam standar) adalah bahasa yang digunakan dalam al Qur-an, situasi-situasi resmi, penggubahan puisi, penulisan prosa dan juga ungkapan-ungkapan pemikiran (tulisan-tulisan ilmiah)”.[12] Bahasa Arab fusha ini juga biasa digunakan dalam bahasa pengantar resmi di kampus-kampus atau  universitas-universitas Islam di Timur Tengah. Secara umum bahasa ini dapat diklasifikasikan dalam dua tingkatan:[13]

1.      Bahasa Arab Klasik yang digunakan dalam bahasa al Qur-an dan Bahasa Arab Standar Modern yang digunakan dalam bahasa ilmiah.

2.      Bahasa Arab fusha menggunakan kaidah-kaidah ilmu Nahwu dan Sharaf. Selain itu, bahasa Arab fusha merupakan bahasa asal Arab yang dapat dipahami oleh seluruh bangsa Arab, dan bisa digunakan di negara manapun.

 Contoh bunyi bahasa Arab fusha:

1.      Ayat-ayat al-Qur’an

2.      Percakapan sehari-hari

 

BAB III

PENUTUP

A.    KESIMPULAN

 Fonetik adalah cabang ilmu linguistic yang meneliti dasar “fisik” bunyi-bunyi bahasa. Ada dua segi dasar “fisik” tersebut , yaitu : segi alat-alat bicara serta penggunaannya dalam menghasilkan bunyi-bunyi bahasa dan sifat-sifat akustik bunyi yang telah dihasilkan. Menurut dasar yang pertama,fonetik disebut fonetik organic (Karen menyangkut alat-alat panca indra)atau fonetik arkulatoris (karena menyangkut pengartikulasian bunyi-bunyi bahasa).

Sedangkan fonologi ini berasal dari gabungan dua kata Yunani yaitu phone yang berarti bunyi dan logos yang berarti tatanan, kata, atau ilmu disebut juga tata bunyi. Akan tetapi, bunyi yang dipelajari dalam Fonologi bukan bunyi sembarang bunyi, melainkan bunyi bahasa yang dapat membedakan arti dalam bahasa lisan ataupun tulis yang digunakan oleh manusia. Bunyi yang dipelajari dalam Fonologi kita sebut dengan istilah fonem.

 

 

B.     SARAN

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kami menyarankan kepada teman-teman sesama mahasiswa untuk mencari informasi lain sebagai tambahan dari apa yang telah kami uraikan di atas.

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Azhar. 2003. Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya. Yogyakarta:        Pustaka Belajar.

Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: PT.Rineka Citra

Chapakiya, Suraiya. 2014. Asas Linguistik. Malaysia: PTS  AKADEMIA.

Mullastuti, Liliana. 2009. Linguistik Umum. Jakarta: Universitas Terbuka.

Verhaar, J.W.M. 2004. Asas-Asas Linguistik Umum.Yogyakarta: GADJAH           MADA UNIVERSITY PRESS

Ya’kub, Emil Badi’. 1982. Fiqih al-Lughah al-Arabiyah wa khashasuha. Beirut:   Dar al-Tsaqafah al-islamiyah.

Zahid, Indirawati. 2012. Fonetik dan Fonologi edisi kedua. Malaysia: PTS AKADEMIA.

Raisya, http://raisyaandhira.blogspot.co.id/2013/03/pengertian-fonologi-dan           kajiannya.html, diakses pada tanggal 13 Maret 2017. Jam: 18:10

Nurhayati  Muko, http://blognurhayatimuko.blogspot.co.id/2014/05/fonologi-dan   fonetik.html, diakses pada tanggal 13 maret 2017. Jam:20:30

Heri Indra Gunawan, http://www.gurungapak.com/2016/11/klasifikasi-bunyi          bahasa.html, diakses pada tanggal 15 Maret 2017, jam: 19:30

Ruha Alifah, http://ruhalifah.blogspot.co.id/2013/09/perbedaan-bunyi-bahasa         arab-fusha-dan.html, diakses pada tanggal 15 maret 2017, jam: 20:03

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 



[1] J.W.M. Verhaar,Asas-Asas Linguistik Umum ( Cet.IV; Yogyakarta: GADJAH MADA UNIVERSITY PRESS,2004), H. 17

[2] Indirawati Zahid, Fonetik dan Fonologi edisi kedua, (Malaysia: PTS AKADEMIA, 2012), H.2

[3] Raisya, http://raisyaandhira.blogspot.co.id/2013/03/pengertian-fonologi-dan-kajiannya.html, diakses pada tanggal 13 Maret 2017. Jam: 18:10

[4] Indirawati Zahid, Loc.Cit., hlm.19

[5] Abdul Chaer, Linguistik Umum , (Jakarta: PT.Rineka Citra, 2003), hlm.103

[6]Nurhayati  Muko, http://blognurhayatimuko.blogspot.co.id/2014/05/fonologi-dan-fonetik.html, diakses pada tanggal 13 maret 2017, Jam:20:30

[7] Liliana Mullastuti, Linguistik Umum, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), hlm.19

[8] Suraiya Chapakiya, Asas Linguistik, (Malaysia: PTS  AKADEMIA, 2014), hlm.24

[9] Abdul Chaer, Op.Cit., hlm.107

[10] Heri Indra Gunawan, http://www.gurungapak.com/2016/11/klasifikasi-bunyi-bahasa.html, diakses pada tanggal 15 Maret 2017, jam: 19:30

[11] Ruha Alifah, http://ruhalifah.blogspot.co.id/2013/09/perbedaan-bunyi-bahasa-arab-fusha-dan.html, diakses pada tanggal 15 maret 2017, jam: 20:03

[12] Emil Badi’ Yakub, Fiqih al-Lughah al-Arabiyah wa khashasuha (Beirut: Dar al- Tsaqafah al-islamiyah, 1982), hlm.144.

[13] Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya,(Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2003), hlm.4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bahasa Arab

MAKALAH HIPOTESIS DAN ASUMSI

  MAKALAH Mata Kuliah: Metodologi Penelitian Bahasa Arab dan Sastra Arab HIPOTESIS DAN ASUMSI   BAB I PENDAHULUAN     A. Lat...