PEMEROLEHAN BAHASA IBU
TUGAS MATA KULIAH: ILMU LUGHAH AN-NADZORY WA AT-TATHBIQY
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pemerolehan Bahasa
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI) pemerolehan diartikan sebagai proses, cara atau perbuatan memperoleh. Pemerolehan bahasa adalah proses yang berlangsung didalam otak anak-anak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. istilah pemerolehan dipakai untuk padanan istilah Inggris ‘Acquisition’, yakni proses penguasaan bahasa yang dilakukan oleh anak secara natural pada waktu dia belajar bahasa ibunya (native language).[1] Istilah ini dibedakan dari pembelajaran yang merupakan padanan dari istilah Inggris ‘Learning’. Dengan demikian, maka proses dari anak yang belajar menguasai bahasa ibunya adalah pemerolehan, sedangkan proses dari orang (umumnya dewasa) yang belajar di kelas adalah pembelajaran.
Menurut Sigel dan Cocking, pemerolehan bahasa merupakan proses yang digunakan oleh anak-anak untuk menyusuaikan serangkaian hipotesis dengan ucapan oranag tua sampai dapat memilih kaidah kata tata bahasa yang paling baik dan sederhana dari bahasa yang bersangkutan.[2] Pemerolehan bahasa pada umumnya berlangsung di lingkungan masyarakat bahasa target dengan sifat alami dan informal serta lebih merujuk pada tuntutan komunikasi.
Anak Indonesia biasanya menguasai Bahasa Indonesia atau bahasa daerah sebagai bahasa pertama, oleh karena itu kita perlu membedakan istilah bahasa pertama (asli, ibu, utama/first language) yang terwujud bahasa daerah tertentu. Bahasa kedua (second language) yang terwujud Bahasa Indonesia dan Bahasa Asing. Bila kita mengamati perkembangan kemampuan berbahasa anak pada usia 1 tahun anak mulai mengucapkan kata-kata pertamanya yang terdiri dari satu kata yang kadang-kadang tidak jelas tetapi sesungguhnya bermakna banyak. Demikian seterusnya hingga usia 6 tahun anak telah siap menggunakan bahasanya untuk belajar di sekolah dasar, sekaligus dengan bentu-bentuk tulisannya.
B. Hipotesis Yang Berkaitan Dengan Masalah Pemerolehan Bahasa
1. Hipotesis Nurani
Hipotesi nurani lahir dari beberapa pengamatan yang dilakukan para pakar terhadap pemerolehan bahasa kanak-kanak (lenneberg, 1967, Chomsky, 1970). Diantara hasil pengamatan itu adalah berikut ini:
a) Semua kanak-kanak yang normal akan memperoleh bahasa ibunya, asal saja “diperkenalkan” pada bahasa ibunya itu. Maksudnya tidak diasingkan dari kehidupan ibunya (keluarganya).
b) Pemerolehan bahasa tidak ada hubungannya dengan kecerdasan kanak-kanak. Artinya baik anak-anak yang cerdas maupun yang tidak cerdas akan memperoleh bahasa itu.
Proses pemerolehan bahasa oleh kanak-kanak dimanapun sesuai dengan jadwal yang berat kaitannya dengan proses pematangan jiwa kanak-kanak. Dalam pemerolehan bahasa, jelas yang diperoleh oleh anak-anak adalah kompetensi dan peformansi bahasa pertamanya itu. Kemudian karena tata bahasa itu terdiri dari komponen sintaksis, semantik, dan fonologi, dan setiap komponen itu berupa rumus-rumus (kaidah-kaidah), maka ketiga macam rumus inilah yang terlebih dahulu dikuasai oleh anak-anak dalam pemerolehan bahasa.
2. Hipotesis Tabularasa
Tabualarasa secara harfiah berarti ‘kertas kosong’ dalam arti belum ditulis apa-apa. Hipotesis tabularasa ini menyatakan bahwa otak bayi pada waktu dilahirkan sama seperti kertas kosong, yang nanti akan ditulis atau diisi dengan pengalaman-pengalaman. Hipotesis ini pada mula-mula dikemukakan John Locke seorang tokoh empirisme yang sangat terkenal, kemudian dianut dan disebarluaskan oleh John Watson seorang tokoh terkemuka aliran behaviorisme dalam psikologi. Dalam hal ini menurut hipotesis tabularasa, semua pengetahuan dalam bahasa manusia yang tampak dalam prilaku berbahasa adalah merupakan hasil dari integrasi peristiwa-peristiwa linguistik yang dialami dan diamati oleh manusia itu.
3. Hipotesis Kesemetaan Kognitif
Dalam Kognitifisme, hipotesis kognitif yang diperkenalkan oleh Pieget telah digunakan sebagai dasar untuk menjelaskan proses-proses pemerolehan bahasa anak-anak. Hipotesis ini menganggap bahasa merupakan satu bagian dari perkembangan kognitif (intelek) secara umum.[3]
C. Strategi Pemerolehan Bahasa
Dalam proses pemerolehan bahasa, pada umumnya menggunakan 4 strategi:[4]
1. Tiruan/Imitasi; dalam berbagai penelitian menemukan berbagai jenis peniruan/imitasi, yaitu:
a) Imitasi spontan
b) Imitasi perolehan (kebiasaan)
c) Imitasi segera
d) Imitasi lambat (sesuai dengan bahasa)
e) Imitasi perluasan.
2. Produktivitas; produktivitas berarti keefektifan dan keefisienan dalam pemerolehan bahasa melalui sarana komikasi linguistik dan non linguistik (gerak, mimik, isyarat, suara dsb)
3. Umpan balik; yaitu umpan balik antara strategi produksi ujaran (ucapan) dan responsi.
4. Prinsip operasi; dalam srategi ini, anak dikenalkan dengan pedoman, “gunakan beberapa prinsip operasi umum dalam memikirkan dan menggunakan bahasa’’. Contoh: prinsip supaya anak selalu menggunakan bahasa yang baik.
D. Faktor-faktor Pemerolehan Bahasa Pada Anak
Dalam KKBI, kata ‘faktor’ diartikan sebagai hal (keadaan, peristiwa) yang ikut menyebabkan (mempengaruhi) terjadinya sesuatu. Faktor dasar yang mempengaruhi pemerolehan bahasa pertama pada anak adalah karena pemerolehan bahasa dilakukan secara informal dengan motivasi yang sangat tinggi (anak memerlukan bahasa pertama ini untuk dapat berkomunikasi dengan orang-orang yang ada disekelilingnya. Proses seorang anak dalam memperoleh bahasa pertama sangat bervariasi, ada yang lambat, sedang, bahkan ada yang cepat. Hal ini tentu sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang telah dikemukakan oleh Chomsky, Plagen, Lenneberg, dan Slobin berikut ini:[5]
1. Faktor alamiah
Adapun maksud dari faktor ini adalah setiap anak lahir dengan seperangkat prosedur dan aturan bahasa yang dinamakn oleh Chomsky Language Acquisition Divice (LAD). Potensi dasar itu akan berkembang secara maksimal setalah mendapat stimulus dari lingkungan. Proses pemerolehan melalui piranti ini sifatnya alamiah. Karena sifatnya alamiah, maka kendatipun anak tidak dirangsang untuk mendapatkan bahasa, anak tersebut akan mampu menerima apa yang terjadi di sekitarnya.
Sedangkan menurut Slobin, ia mengatakan bahwa yang dibawa lahir ini bukanlah pengetahuan seperangkat kategori linguistik yang semesta, seperti dikatakan Chomsk. Prosedur-prosedur dan aturan-aturan yang dibawa sejak lahir itulah yang memungkinkan seorang anak untuk mengolah data linguistik,
2. Faktor perkembangan kognitif
Perkembangan bahasa pada anak seiring dengan perkembangan kognitifnya. Keduanya memiliki hubungan yang komplementer. Pemerolehan bahasa dalam prosesnya dibantu oleh perkembangan kognitif, sebaliknya kemampuan kognitif akan berkembang dengan bantuan bahasa. Keduanya berkembang dalam lingkup interaksi sosial.
Menurut Slobin (1977), perkembangan kognitif dan mental anak adalah faktor penentu pemerolehan bahasa. Seorang anak belajar untuk memperoleh bahasa pertama dengan mengenal dan mengetahui cukup banyak struktur dan fungsi bahasa, dan secara aktif ia berusaha megembangkan keterampilan-keterampilan berbahasanya menurut strategi-strategi persepsi yang dimilikinya. Pemerolehan linguistik anak sudah diselesaikannya pada usia kira-kira 3-4 tahun, dan perkembangan bahasa selanjutnya dapat mencerminkan pertumbuhan kognitif umum anak itu.
3. Faktor latar belakang sosial
Latar belakang sosial mencakup struktur keluarga, afliasi kelompok sosial, dan lingkungan budaya memungkinkan terjadinya perbedaan serius dalam pemerolehan bahasa anak. Semakin tinggi tingkat interaksi sosial sebuah keluarga, semakin besar peluang seorang anak memperoleh bahasa, dan begitupun sebaliknya. Hal lain yang turun berpengaruh adalah status sosial. Anak yang berasal dari golongan status sosial ekonomi rendah menunjukkan perkembangan kosakatanya lebih sedikit sesuai dengan keadaan keluarganya, sedangkan anak yang berasal dari keluarga yang memiliki status ekonomi yang lebih tinggi akan memahami kosakata yang lebih banyak dan beragam.
Perbedaan dalam pemerolehan bahasa menunjukkan bahwa kelompok menegah lebih dapat mengeksplorasi dan menggunakan bahasa yang lebih eksplisit dibandingkan anak-anak golongan bawah, terutama pada dialek mereka. Anak yang mampu berkomunikasi dengan baik akan diterima lebih baik oleh kelompok sosial dan mempunyai kesempatan yang lbih baik untuk memerankan kepemimpinannya ketimbang anak yang kurang mampu berkomunikasi atau takut menggunakannya.
4. Faktor keturunan
Adapun pada faktor ini meliputi:
a) Intelegensia
Pemerolehan bahasa anak turut dipengaruhi pula oleh intelegensia yang dimiliki anak. Hal ini berkaitan dengan kapasitas yang dimiliki anak dalam mencerna sesuatu melalui pikirannya. Jadi, semakin tinggi IQ yang dimiliki seorang anak, semakin cepat memperoleh bahsa, sebaliknya semakin rendah IQ-nya, semakin lambat memperoleh bahasa.
b) Kepribadian dan gaya/cara pemerolehan bahasa
Kreativitas seorang anak dalam merespon sesuatu sangat menentukan pemerolehan bahasa, gaya bertutur kata dan bertingkah laku yang menjadi kepribadian seorang anak turut mempengaruhi sedikit banyaknya variasi-variasi tutur bahasa. Seorang anak tidak dengan tiba-tiba memiliki bahasa pertama dalam otaknya lengkap dengan semua aturan-aturannya. Bahasa pertama itu diperolehnya dengan beberapa tahap, dan setiap tahap berikutnya lebih mendekati tata bahasa dari bahasa orang dewasa.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2009. Psikolinguistik Kajian Teoritik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Fadhillah, Dilla. 2017. Pemerolehan Bahasa Ibu Dan Hakikat Komunikasi, dalam Bahan Ajar Pendidikan Bahasa Indonesia Untuk Mahasiswa Semester Satu Prodi PAUD. Tangerang: FKIP UMT.
Soedjono, Dardjowijojo. 2003. Psikolinguistik (Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia). Jakarta: Unika Atma Jaya.
Yulianti, Evi. 2011. http://psikonseling.blogspot.com/2011/01/faktor-perkembangan-bahasa-anak.html
[1] Dardjowijojo Soedjono, Psikolinguistik (Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia), (Jakarta: Unika Atma Jaya, 2003), hal. 35
[2] Ibid.
[3] Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoritik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009), hal. 167
[4] Dilla Fadhillah, Pemerolehan Bahasa Ibu Dan Hakikat Komunikasi, dalam Bahan Ajar Pendidikan Bahasa Indonesia Untuk Mahasiswa Semester Satu Prodi PAUD, (Tangerang: FKIP UMT, 2017), hal. 23
[5] Evi Yulianti, Faktor Perkembangan Bahasa Anak, diambil dari : http://psikonseling.blogspot.com/2011/01/faktor-perkembangan-bahasa-anak.html diakses pada 16 Nopember 2017, pukul 18.45
Tidak ada komentar:
Posting Komentar