MAKALAH PENGERTIAN BAHASA MENURUT PARA AHLI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Sejak zaman dahulu, bahkan mungkin sejak zaman manusia diciptakan, bahasa merupakan salah satu aspek yang tidak dapat dipisahkan oleh manusia. Oleh karena itu, bahasa sampai ini, merupakan sebuah persoalan yang sering dimunculkan dan dicari jawabannya. Mulai dari mengenai “apa itu bahasa?” sampai dengan “dari mana asalnya bahasa itu?” dan masih banyak lagi. Dengan demikian, mempelajari bahasa adalah salah satu hal yang teramat penting bagi manusia
Sebelum kita membahas bahasa lebih jauh lagi, ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu bagaimana pengertian bahasa, bagaimana bahasa berkembang, dan apakah penyebab matinya bahasa?. Berangkat dari permasalahan di atas, penulis merumuskan beberapa rumusan masalah di bawah ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian bahasa menurut para ahli?
2. Bagimana perkembangan bahasa?
3. Apa penyebab matinya bahasa?
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui apa pengertian bahasa menurut para ahli;
2. Untuk mengetahui bagimana perkembangan bahasa;
3. Untuk mengetahui apa penyebab matinya bahasa.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bahasa Menurut Para Ahli
Bahasa adalah sistem berisi sandi-sandi untuk menyampaikan maksud. Bahasa bisa berupa bahasa lisan, tulisan, dan isyarat. Adapun untuk bahasa lisan, di dunia ini ada sekitar 6.000 hingga 7.000 bahasa. Variasi bahasa-bahasa itu juga dipengaruhi oleh dialek yang berbeda-beda.[1] Sebelum mengenal bahasa lebih jauh lagi, ada baiknya kita memahami apa pengertian bahasa terlebih dahulu.
Secara etimologi kata bahasa dalam bahasa Arab disebut اللغة berasal dari dua kata لغى يلغى yang artinya ‘lahjah atau suara’ danلغى يلغو yang artinya ‘ucapan atau pembicaraan’. Sedangkan dalam bahasa Inggris disebut Language. Adapun bahasa secara terminologi, menurut para ahli adalah:
1. Ibnu Jinni :
أصوات يعتبر بها كل قوم عن أغراضهم[2]
“Suara atau lafadz-lafadz yang diungkapkan setiap kaum atau bangsa tentang maksud/tujuan mereka”
2. Tamam Hasan :
اللغة منظمة عرفية للرموز إلى نشاط المجتمع[3]
“bahasa adalah kebiasaan yang sistematis bagi sandi-sandi untuk mengungkapkan aktifitas masyarakat”
3. Ibnu Khaldun :
اللغة ملكات في اللسان للتعبير عن المعاني وجودتها وقصورها بحسب تمام الملكة أو نقصانها ، وليس بالنظر إلى المفردات وإنما بالنظر إلى التراكب
“bahasa adalah kemampuan manusia dalam berbicara untuk mengungkapkan suatu makna atau maksud Kualitas dan kekurangan nya tergantung pada sempurnanya atau kurangnya kemampuan manusia.dan bukan dilihat dari kata-katanya melainkan dilihat dari susunan kalimatnya.”
4. A. Suherman :
[4]ما يصدر عن الإنسان إذا تكلم
“Segala yang keluar dari mulut orang jika berbicara”
5. Abdul Chaer :
“Bahasa adalah suatu sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer,” yang kemudian lazim ditambah dengan “yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat untuk berinteraksi dan mengidentifikasi diri.” [5]
6. Harimurti Kridalaksana :
“Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri”. [6]
7. Dalam kamus Oxford, definisi bahasa adalah :
“ the method of human communication, either spoken or written, consisting of the use of words in a structured and conventional way”
8. Ferdinand de Saussure
“language is a link between thought and sound, and is a mean for thought to be expressed as sound. Thought become ordered and sounds articulated, for language to occur.”[7]
9. Edward Sapir
“language is purely human and non-instinctive method of communicating ideas, emotions, and desires by means of voluntarily produced symbols”.[8]
Dari berbagai pendapat para Ahli bahasa mengenai pengertian bahasa, dapat kita simpulkan bahwa bahasa adalah adalah system lambang bunyi yang digunakan oleh sekelompok manusia (masyarakat) secara arbitrer sebagai alat komunikasi. Perlu diketahui, bahwa bunyi-bunyi yang digunakan dalam bahasa itu bukan sembarang bunyi. Bunyi-bunyi yang dimaksud adalah bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap.
B. Perkembangan Bahasa
Bahasa itu selayaknya mahluk hidup. Ia hidup. Ia lahir, tumbuh, dan berkembang. Jika tidak dirawat dengan baik, ia pun dapat mati. Ini adalah fakta yang seharusnya kita sadari bersama, seperti makhluk hidup pada umumnya, bahasa juga bisa tumbuh berkembang dan bisa punah dipermukaan.
Kehidupan bahasa bergantung pada pemakainya. Seberapa pun bahasa ditetapkan cara penggunaannya yakni yang mana yang benar (baku) dan yang mana yang tidak, bahasa akan berubah jika penggunanya merasa bahasanya kurang mengekspresikan diri mereka. Jika bahasa yang dipakai masyarakat berubah, peraturan bahasa akan diubah pula
Bahasa Indonesia sendiri “berevolusi” dari bahasa Melayu sehingga tidak sepenuhnya salah jika mengatakan bahasa Indonesia diimpor dari Malaysia. Bahasa Melayu, bahasa Jawa, dan bahasa Sunda pun memiliki “ibu” yang sama yakni bahasa Proto Melayu. Pengguna bahasa Proto Melayu kemudian berpindah secara geografis dan mengalami kontak dengan penduduk lain sehingga masing-masing pengguna lokasi memiliki perubahan bahasa yang berbeda sehingga terjadilah bahasa-bahasa baru. Meskipun demikian, karena memiliki satu ibu, bahasa-bahasa baru tadi memiliki irisan kosakata yang sama dengan bahasa saudaranya.
Seperti Bahasa Inggris yang merupakan bahasa paling banyak digunakan dalam berkomunikasi secara internasional. Bahasa ini merupakan bahasa tertua yang ada di dunia, bahasa inggris mempunyai perkembangan kosa kata yang sangat pesat. Menurut tim riset gabungan peneliti Harvard University dan Google mencatat penambahan kosa kata bahasa tertua di dunia itu mencapai 8.500 kata pertahun. Kini jumlah total telah mencapai 1.022.000 kata. itu merupakan jumlah kosakata yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan negara kita tercinta ini. jika dibandingkan dengan bahasa Indonesia.[9]
Menurut pusat bahasa kemendikbud yang baru-baru ini telah selesai dan menerbitkan KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) edisi ke empat dengan total jumlah kosa kata yang terdapat di dalamnya cuma berkisar 91.000 kosa kata, kamus edisi ke empat ini merupakan pengembangan dari edisi sebelumnya yang hanya mencakup 82.000 kosa kata.
Bahasa sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang yang menganggapnya diwariskan secara genetis. Pengaruh berkembangnya budaya suatu negara, dapat mempengaruhi pula perkembangan bahasanya. Seperti negara Amerika Serikat, yang menjadi negara super power dengan perkembangan budaya yang mempengaruhi dunia, maka bahasanya pun berkembang pesat hingga menjadi bahasa internasional yang wajib dipelajari disekolah-sekolah di Indonesia.
Baik menggunakan bahasa berarti kita memberi kehidupan yang sehat dan konsisten kepada bahasa. Buruk menggunakan bahasa berarti kita menyiksa dan mengombang-ambingkan bahasa kita dengan resiko rusaknya bahasa meskipun ada peluang (kecil) untuk mengevolusi bahasa lebih jauh.
C. Penyebab Matinya Bahasa
Kematian bahasa terjadi ketika suatu bahasa sudah tidak memiliki penutur, memang hal yang sangat disayangkan jika suatu bahasa harus punah, karena bahasa tidak hanya alat komunikasi yang digunakan dalam komunitas masyarakat, lebih dari itu, di dalam suatu bahasa menyimpan khazanah budaya dan kearifan lokal tersendiri; yang kesemuanya ikut punah ketika suatu bahasa mati dan tak lagi memiliki penutur. Jika bahasa tersebut memiliki aksara, sehingga khazanah atau kearifan yang tersimpan dalam bahasa sudah didokumentasi dalam manuskrip, maka kekayaan yang ada dalam bahasa tersebut bisa dipelajari oleh generasi selanjutnya meski bahasa tersebut telah mati. Akan lebih mengenaskan lagi jika suatu bahasa tidak memiliki aksara dan tradisi tulis dan kemudian punah. Sudah dipastikan bahwa bahasa dan segala yang tersimpan di dalamnya akan punah pula.
Menurut Holmes (1992), proses matinya sebuah bahasa hampir sama dengan proses pergeseran bahasa. Kloss (dalam Sumarsono, 2008:286), mengatakan bahwa terdapat tipe utama kepunahan bahasa: (a) kepunahan bahasa tanpa adanya pergeseran; (b) kepunahan bahasa karena pergeseran bahasa; (c) kepunahan bahasa nominal melalui metamorfosis (turunya derajat bahasa menjadi dialek dan mulai ditinggalkannya bahasa tersebut oleh para penutur.
Dalam hal ini, contoh fenomena yang terjadi bahwa pada 200 bahasa aborigin yang dituturkan di Australia, ketika eropa masuk ke daerah tersebut, sekitar 50 – 70 punah dengan seketika akibat pembunuhan masal oleh bangsa eropa juga akibat dari penyakit yang di bawa oleh bangsa tersebut yang mengakibatkan kematian para penutur bahasa. Fenomena lain adalah, punahnya bahasa Manx bahasa di sebuah pulau kecil Man, bersamaan dengan meninggalnya penutur terakhir dari bahasa itu, bernama Ned Maddrell pada tahun 1974. Dan punahnya bahasa Cornish di Cornwall bersamaan ketika penuturnya Dolly Pentreath meninggal pada tahun 1977 (Holmes, 1992:62).[10]
Kematian sebuah bahasa tidak terjadi begitu saja, sebelum sebuah bahasa berangsur-angsur punah, terdapat proses pergeseran demi pergeseran bahasa yang penyebabnya adalah fungsi bahasa di suatu daerah diambil alih oleh bahasa lain, hal ini terjadi biasanya terhadap bahasa minoritas terhadap bahasa mayoritas, dimana bahasa mayoritas mengambil alih fungsi bahasa minoritas, sehingga hal yang tidak dapat terelakkan adalah terjadilah perpindahan bahasa yang berakhir pada kepunahan bahasa. Berbeda halnya, jika adanya kesadaran penutur, lantas masyarakat penutur tersebut mengantisipasi dengan mengadakan berbagai upaya pemertahanan bahasa sebagaimana yang telah disinggung di atas.
Contohnya seperti bahasa Latin, beberapa pendapat mengatakan bahwa bahasa Latin adalah sebuah “bahasa mati” (dead language) hal ini merupakan permasalahan semantik. Ada orang-orang yang mengatakan bahwa bahasa Latin bukanlah bahasa mati sebab bahasa ini masih “hidup” dalam bahasa sehari-hari yang digunakan oleh milyaran orang di penjuru bumi. Sementara yang lainnya beralasan bahwa masih ada pemutakhiran rutin terhadap bahasa Latin yang diterbitkan oleh pihak Gereja Katolik Roma, dengan demikian bahasa ini masih hidup dan berkembang.
Meskipun begitu, bahasa Latin tidak lagi digunakan, dalam percakapan sehari-hari, oleh mayoritas orang yang berada di luar lingkungan keagamaan tertentu yang secara tradisi mewajibkan penggunaannya. Bahasa Latin tidak lagi menjadi bahasa ibu untuk siapa pun. Meskipun masih diajarkan, bahasa Latin tidak lagi dipandang sebagai bahasa yang sedang berkembang hingga tingkatan yang dicapai oleh sebagian besar bahasa modern.
Ada beberapa alasan mengapa bahasa Latin bisa mati. Alasan yang paling signifikan barangkali ada kaitannya dengan runtuhnya kekaisaran Romawi. Selama masa Romawi, bahasa mengalami standarisasi sampai tingkatan yang luas. Seperti halnya mempelajari bahasa Inggris adalah hal yang vital bagi mereka yang hidup di negara Amerika Serikat saat ini, demikian juga bahasa Latin sangatlah penting bagi orang-orang yang hidup di masa Romawi jika mereka ingin benar-benar sukses.
Dengan kata lain, bahasa mati adalah bahasa yang tidak memiliki penutur asli lagi atau memang tidak dipergunakan lagi. Sebuah bahasa apabila tidak didokumentasikan akan hilang selamanya apabila sudah tidak ada penuturnya lagi. Tetapi apabila didokumentasikan maka bahasa tersebut akan "dihidupkan" lagi. Adapun beberapa bahasa yang sudah punah (mati), diantaranya: [11]
1. Bahasa Sumeria yang pernah dituturkan di daerah yang sekarang disebut Irak.
2. Bahasa Galia yang dituturkan di daerah yang sekarang disebut Perancis.
3. Bahasa liturgis; Bahasa yang tidak memiliki penutur asli lagi tetapi masih digunakan sebagai bahasa untuk mengiringi ritual keagamaan disebut bahasa liturgis. Seringkali bahasa-bahasa liturgis ini merupakan bentuk yang kuno dari beberapa bahasa mutakhir yang bisa dianggap anak bahasanya. Contohnya:
a). Bahasa Koptik yang digunakan oleh umat Kristen Koptik di Mesir dan sekitarnya
b). Bahasa Aram yang digunakan oleh umat Kristen Ortodoks di Suriah
c). Bahasa Latin yang digunakan oleh umat Katolik
d). Bahasa Slavonia klasik (bahasa Bulgaria Kuno) yang digunakan oleh umat Kristen Ortodoks Slavia. Mungkin disebut sebagai bahasa Slavonia Gerejawi Kuno (Old Church Slavonic)
e). Bahasa Sanskerta yang digunakan oleh umat Hindu dan Buddha
f). Bahasa Pali yang digunakan oleh umat Buddha
Kematian bahasa terjadi ketika suatu bahasa sudah tidak memiliki penutur, memang hal yang sangat disayangkan jika suatu bahasa harus punah, karena bahasa tidak hanya alat komunikasi yang digunakan dalam komunitas masyarakat, lebih dari itu, di dalam suatu bahasa menyimpan khazanah budaya dan kearifan lokal tersendiri; yang kesemuanya ikut punah ketika suatu bahasa mati dan tak lagi memiliki penutur. Jika bahasa tersebut memiliki aksara, sehingga khazanah atau kearifan yang tersimpan dalam bahasa sudah didokumentasi dalam manuskrip, maka kekayaan yang ada dalam bahasa tersebut bisa dipelajari oleh generasi selanjutnya meski bahasa tersebut telah mati. Akan lebih mengenaskan lagi jika suatu bahasa tidak memiliki aksara dan tradisi tulis dan kemudian punah. Sudah dipastikan bahwa bahasa dan segala yang tersimpan di dalamnya akan punah pula. Menurut Holmes (1992), proses matinya sebuah bahasa hampir sama dengan proses pergeseran bahasa. Kloss (dalam Sumarsono, 2008:286), mengatakan bahwa terdapat tipe utama kepunahan bahasa: (a) kepunahan bahasa tanpa adanya pergeseran; (b) kepunahan bahasa karena pergeseran bahasa; (c) kepunahan bahasa nominal melalui metamorfosis (turunya derajat bahasa menjadi dialek dan mulai ditinggalkannya bahasa tersebut oleh para penutur.
Dalam hal ini, contoh fenomena yang terjadi bahwa pada 200 bahasa aborigin yang dituturkan di Australia, ketika eropa masuk ke daerah tersebut, sekitar 50 – 70 punah dengan seketika akibat pembunuhan masal oleh bangsa eropa juga akibat dari penyakit yang dibawa oleh bangsa tersebut yang mengakibatkan kematian para penutur bahasa. Fenomena lain adalah, punahnya bahasa Manx bahasa di sebuah pulau kecil Man, bersamaan dengan meninggalnya penutur terakhir dari bahasa itu, bernama Ned Maddrell pada tahun 1974. Dan punahnya bahasa Cornish di Cornwall bersamaan ketika penuturnya Dolly Pentreath meninggal pada tahun 1977 (Holmes, 1992:62).
Kematian sebuah bahasa tidak terjadi begitu saja, sebelum sebuah bahasa berangsur-angsur punah, terdapat proses pergeseran demi pergeseran bahasa yang penyebabnya adalah fungsi bahasa di suatu daerah diambil alih oleh bahasa lain, hal ini terjadi biasanya terhadap bahasa minoritas terhadap bahasa mayoritas, dimana bahasa mayoritas mengambil alih fungsi bahasa minoritas, sehingga hal yang tidak dapat terelakkan adalah terjadilah perpindahan bahasa yang berakhir pada kepunahan bahasa. Berbeda halnya, jika adanya kesadaran penutur, lantas masyarakat penutur tersebut mengantisipasi dengan mengadakan berbagai upaya pemertahanan bahasa sebagaimana yang telah disinggung di atas.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Bahasa merupakan alat yang paling penting untuk menyampaikan ide pikiran kepada oranglain. Sejak pertama kali manusia bertemu manusia membutuhkan bahasa untuk memahami dan berkomunikasi.
Baik menggunakan bahasa berarti kita memberi kehidupan yang sehat dan konsisten kepada bahasa. Buruk menggunakan bahasa berarti kita menyiksa dan mengombang-ambingkan bahasa kita dengan resiko rusaknya bahasa meskipun ada peluang (kecil) untuk mengevolusi bahasa lebih jauh
B. SARAN
Kami menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis menyarankan kepada teman-teman sesama mahasiswa untuk mencari informasi lain sebagai tambahan dari apa yang telah kami uraikan di atas.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Karim Al-Khuly, Ahmad. 2013. Iktisâb Al-Lughah Nadzariyât wa Tathbîqât. Yordania: Daar Al-Majdalawi.
Ibnu Jinni, Al-Khasaish Al-Juz Al-Awwal.
Khansa, Safira. 2015. Easily Understanding English. Bengkulu: WordPress.
Kridalaksana, Harimurti. 2009. Kamus Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia.
Suherman, A. Ikhtisar `Ilmu al Lughah al Nafsi, Garis Besar Materi Perkuliahan Pada Program Pendidikan Bahasa Arab FPBS IKIP Bandung.
Chaer, Abdul. 2009. Psikolingistik Kajian Teoritik Jakarta: Asdi Mahasatya.
Widagsa, Rudha Pemertahanan bahasa, perpindahan bahasa, kehilangan bahasa, dan kematian bahasa. http://widagsa.blogspot.co.id/2010/09/pemertahanan-bahasa-perpindahan-bahasa.html?m=1 .
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Bahasa_mati
http://pascapbi.uad.ac.id/beberapa-alasan-mengapa-bahasa-inggris-menjadi-bahasa-international/
https://www.thoughtco.com/what-is-a-language-1691218
[1] Safira Khansa, Easily Understanding English, (Bengkulu: WordPress, 2015), hlm 1
[2] Ibnu Jinni, Al-Khasaish Al-Juz Al-Awwal.
[3] Ahmad Abdul Karim Al-Khuly, Iktisâb Al-Lughah Nadzariyât wa Tathbîqât, (Yordania: Daar Al-Majdalawi, 2013) hlm 11
[4] A. Suherman, Ikhtisar `Ilmu al Lughah al Nafsi, Garis Besar Materi Perkuliahan Pada Program Pendidikan Bahasa Arab FPBS IKIP Bandung.
[5] Abdul Chaer, Psikolingistik Kajian Teoritik, (Jakarta: Asdi Mahasatya, 2009),
[6] Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik, (Jakarta: PT. Gramedia, 2009), hlm. 25
[7] Janet Cameron, https://jameslenihan89.wordpress.com/2013/01/17/saussures-distinctions-between-langage-langue-and-parole-a-student-view/amp/ diakses pada tanggal 10 April 2017 jam 13.00
[8] Richard Nordquist, https://www.thoughtco.com/what-is-a-language-1691218 , diakses pada tanggal 10 April 2017 jam 13.00
[10] Rudha Widagsa, Pemertahanan bahasa, perpindahan bahasa, kehilangan bahasa, dan kematian bahasa, ( http://widagsa.blogspot.co.id/2010/09/pemertahanan-bahasa-perpindahan-bahasa.html?m=1) , diakses pada 12 April 2017, 19.37 WIB
[11] Wikipedia, https://id.m.wikipedia.org/wiki/Bahasa_mati diakses pada 09 April 2017, 18.50 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar