MAKALAH
SEJARAH PERADABAN ISLAM
Mata
Kuliah: KMH
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada abad ke XIII M agama Islam mulai masuk ke Indonesia, dan ada yang berpendapat bahwa penyebaran Islam pertama kali dilakukan oleh para pedagang dan mubaligh dari Gujarat-India. Sekarang jumlah umat Islam di Indonesia merupakan yang paling besar dibandingkan umat Islam di negara-negara lain di dunia ini oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa umat Islam di Indonesia mempunyai peranan yang penting bagi bangsa-bangsa dan negara-negara Islam lainnya. Lebih-lebih di Indonesia sendiri, umat Islam merupakan mayoritas penduduk dan mereka bertebaran di segenap pelosok tanah air serta banyak yang berkumpul dalam berbagai organisasi sosial, pendidikan, keagamaan, ekonomi, dan politik.
Semenjak datangnya Islam di Indonesia yang disiarkan oleh para mubaligh khususnya di Jawa oleh Wali Sanga atau Sembilan Wali Allah hingga berabad-abad kemudian, masyarakat sangat dijiwai oleh keyakinan agama, khususnya Islam. Sejarah telah mencatat pula, bahwa Islam yang datang di Indonesia ini sebagiannya dibawa dari India, dimana Islam tidak lepas dari pengaruh Hindu. Campurnya Islam dengan elemen-elemen Hindu menambah mudah tersiarnya agama itu di kalangan masyarakat Indonesia, terutama masyarakat Jawa, karena sudah lama kenal akan ajaran-ajaran Hindu itu.
A. RUMUSAN MASALAH
1. Sejauh mana kemajuan perdaban islam dalam berbagai bidang?
2. Apa sebab sebab kemunduran peradaban islam?
3. Seberapa penting pembaharuan dan pemurnian dalam peradaban islam/
4. Siapa saja tokoh tokoh pembaharuan dalam dunia islam?
B. TUJUAN
1. Memahami sejauh mana kemajuan peradaban islam
2. Mengetahui apa saja sebab sebab kemunduran peradaban islam
3. Memahami pentingnya pembaharuan dan pemurnian dalam peradaban islam
4. Mengetahui tokoh tokoh penting dalam pembaharuan dunia islam
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Kemajuan perabadan Islam dalam berbagai bidang
1. Kemajuan Intelektual
Spanyol adalah negeri yang subur. Kesuburan itu mendatangkan penghasilan ekonomi yang tinggi dan pada gilirannya banyak menghasilkan pemikir. Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari komunitas-komunitas Arab (Utara dan Selatan), al-Muwalladun (orang-orang Spanyol yang masuk Islam), Barbar (umat Islam yang berasal dari Afrika Utara), al-Shaqalibah (penduduk daerah antara Konstantinopel dan Bulgaria yang menjadi tawanan Jerman dan dijual kepada penguasa Islam untuk dijadikan tentara bayaran), Yahudi, Kristen Muzareb yang berbudaya Arab, dan Kristen yang masih menentang kehadiran Islam. Semua komunitas itu, kecuali yang terakhir, memberikan saham intelektual terhadap terbentuknya lingkungan budaya Andalus yang melahirkan Kebangkitan Ilmiah, sastra, dan pembangunan fisik di Spanyol.
A. Filsafat
Islam di Spanyol telah mencatat satu lembaran budaya yang sangat brilian dalam bentangan sejarah Islam. Ia berperan sebagai jembatan penyeberangan yang dilalui ilmu pengetahuan Yunani-Arab ke Eropa pada abad ke-12. Minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan pada abad ke-9 M selama pemerintahan penguasa Bani Umayyah yang ke-5, Muhammad ibn Abdurrahman (832-886 M).Tokoh utama kedua adalah Abu Bakr ibn Thufail, penduduk asli Wadi Asy, sebuah dusun kecil di sebelah timur Granada dan wafat pada usia lanjut tahun 1185 M. Ia banyak menulis masalah kedokteran, astronomi dan filsafat. Karya filsafatnya yang sangat terkenal adalah Hay ibn Yaqzhan.[1]
B. Sains
IImu-ilmu kedokteran, musik, matematika, astronomi, kimia dan lain-lain juga berkembang dengan baik. Abbas ibn Famas termasyhur dalam ilmu kimia dan astronomi. Ialah orang pertama yang menemukan pembuatan kaca dari batu. Ibrahim ibn Yahya al-Naqqash terkenal dalam ilmu astronomi. Ia dapat menentukan waktu terjadinya gerhana matahari dan menentukan berapa lamanya. Ia juga berhasil membuat teropong modern yang dapat menentukan jarak antara tata surya dan bintang-bintang. Ahmad ibn Ibas dari Cordova adalah ahli dalam bidang obat-obatan. Umm al-Hasan bint Abi Ja'far dan saudara perempuan al-Hafidz adalah dua orang ahli kedokteran dari kalangan wanita.
C. Fiqh
Dalam bidang fiqh, Spanyol Islam dikenal sebagai penganut mazhab Maliki. Yang memperkenalkan mazhab ini di sana adalah Ziad ibn Abdurrahman. Perkembangan selanjutnya ditentukan oleh Ibn Yahya yang menjadi Qadhi pada masa Hisyam Ibn Abdurrahman. Ahli-ahli Fiqh lainnya diantaranya adalah Abu Bakr ibn al-Quthiyah, Munzir Ibn Sa'id al-Baluthi dan Ibn Hazm yang terkenal.
D. Musik dan Kesenian
Dalam bidang musik dan suara, Spanyol Islam mencapai kecemerlangan dengan tokohnya al-Hasan Ibn Nafi yang dijiluki Zaryab. Setiap kali diselenggarkan pertemuan dan jamuan, Zaryab selalu tampil mempertunjukkan kebolehannya. Ia juga terkenal sebagai penggubah lagu. Ilmu yang dimiliknya itu diturunkan kepada anak-anaknya baik pria maupun wanita, dan juga kepada budak-budak, sehingga kemasyhurannya tersebar luas.[2]
E. Bahasa dan Sastra
Bahasa Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan Islam di Spanyol. Hal itu dapat diterima oleh orang-orang Islam dan non-Islam. Bahkan, penduduk asli Spanyol menomorduakan bahasa asli mereka. Mereka juga banyak yang ahli dan mahir dalam bahasa Arab, baik keterampilan berbicara maupun tata bahasa. Mereka itu antara lain: Ibn Sayyidih, Ibn Malik pengarang Aljiyah, Ibn Khuruf, Ibn al-Hajj, Abu Ali al-Isybili, Abu al-Hasan Ibn Usfur, dan Abu Hayyan al-Ghamathi. Seiring dengan kemajuan bahasa itu, karya-karya sastra bermunculan, seperti Al-'Iqd al-Farid karya Ibn Abd Rabbih, al-Dzakhirahji Mahasin Ahl al-Jazirah oleh Ibn Bassam, Kitab al-Qalaid buah karya al-Fath ibn Khaqan, dan banyak lagi yang lain.
B. Sebab-sebab kemundurannya
Setelah peradaban Islam mencapai puncaknya, kemudian mengalami kemunduran- bagaikan rembulan yang telah menjadi purnama, maka malam-malam berikutnya cahayanya perlahan-lahan redup dan hilang ditelan keremangan malam yang pekat. Sedangkan sebab-sebab kehancuran dunia Islam itu antara lain;
A. Menurunnya Kreativitas Keilmuan Umat Islam
Pemikiran rasional dipengaruhi oleh persepsi tentang bagaimana tingginya kedudukan akal seperti terdapat dalam al-Qur’an dan hadits. Persepsi ini bertemu dengan persepsi yang sama dari Yunani melalui filsafat dan sains Yunani yang berada di kota-kota pusat peradaban Yunani di dunia Islam zaman klasik, seperti Aleksandria (Mesir), Jundisyapur (Irak), Antakia (Syria) dan Bactra (Persia). Di sana memang telah berkembang pemikiran rasional Yunani.
Pertemuan Islam dan peradaban Yunani pada masa awal Islam- melahirkan pemikiran rasional di kalangan ulama Islam zaman klasik. Tapi, perlu ditegaskan di sini bahwa ada perbedaan antara pemikiran rasional Yunani dan pemikiran rasional Islam zaman klasik. Di Yunani tidak dikenal agama Samawi, maka pemikiran bebas, tanpa terikat pada ajaran-ajaran agama, tumbuh, dan berkembang. Sementara pada masa Islam klasik pemikiran rasional ulama terikat pada ajaran-ajaran agama Islam sebagaimana yang terdapat dalam al-Qur’an dan hadits.
B. Kesatuan Integral; antara Agama dan Negara dalam Islam
Islam tidak memisahkan antara agama dan negara. Sebagaimana al-Qur’an membicarakan tentang Allah dan keesaannya, surga dan neraka, pahala dan dosa, juga menetapkan puasa dan shalat, serta menganjurkan umat Islam untuk berakhlak mulia. Ajaran Islam juga mensyariatkan tentang undang-undang jual beli, ijarah, hudud, hukum waris, masalah peperangan, problem solving rumah tangga, dan lain-lain.[3]
Ketidakterpisahan itu, tergambar jelas pada keseharian Rasulullah, selain menjadi pemimpin umat, beliau juga memimpin pasukan, membuat perjanjian, melakukan pengiriman delegasi-delegasi negaranya ke wilayah lain. Demikian juga yang dilakukan oleh para khalifah sesudah beliau.
C. Islam Agama yang Sesuai dalam setiap Zaman dan Tempat
Dalam ajaran Islam ada adagium yang menyatakan bahwa Islam adalah agama yang selalu sesuai dalam setiap zaman dan tempat. Tetapi dalam prakteknya ada yang beranggapan- bahwa ajaran Islam itu tidak mungkin di praktekkan umat Islam selalu sesuai dengan zaman dan tempat di mana mereka hidup.
Padahal, sebagaimana yang dikemukakan ulama, bahwasanya ajaran tauhid dan akhlak yang baik adalah mutlak- dan tentu termasuk keberadaan akal yang sehat- karena sangat berguna bagi umat manusia. Sebagaimana yang sudah dijelaskan bahwa agama Islam adalah agama yang diperuntukkan bagi kebahagiaan umat manusia di dunia dan akhirat.
Oleh karena itu, Islam sangat menghargai posisi akal dan mengajak umat manusia untuk mempergunakannya sebaik mungkin. Seperti yang disinyalir Allah Swt, dalam al-Qur’an Surat, Yasiin [36]: 68, sebagai berikut;
“Dan Barangsiapa yang Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan Dia kepada kejadian(nya). Maka Apakah mereka tidak memikirkan?,” (QS. Yasiin [36]: 68).
Al-Qura’an Surah, Arrum [30]: 28, sebagai berikut;
“Dia membuat perumpamaan untuk kamu dari dirimu sendiri. Apakah ada diantara hamba-sahaya yang dimiliki oleh tangan kananmu, sekutu bagimu dalam (memiliki) rezeki yang telah Kami berikan kepadamu; Maka kamu sama dengan mereka dalam (hak mempergunakan) rezeki itu, kamu takut kepada mereka sebagaimana kamu takut kepada dirimu sendiri? Demikianlah Kami jelaskan ayat-ayat bagi kaum yang berakal.” (QS. Arrum [30]: 28).
Sebagaimana yang sudah dijelaskan sebelumnya- bahwa ajaran Islam diturunkan ke muka bumi untuk kebahagiaan umat manusia di dunia dan akhirat. Hal itu ditandai dengan pembahasan ajaran Islam yang menyentuh seluruh ranah aspek kemanusiaan umat manusia. Diantaranya membahas hal-hal yang berkenaan dengan spiritual, civilization, konsep ketuhanan, kredo tentang surga, neraka, dan hari kebangkitan. Dalam urusan muamalah, misalnya membahas tentang jual beli, penggadaian, problem solving rumah tangga, harta warisan, dan lain-lain.
D. Hancurnya ketahanan moral umat Islam
Hancurnya ketahanan moral umat Islam, lebih disebabkan- karena umat Islam dihinggapi “penyakit” wahn (hubbundunya wa karahiyatul mauwt). Umat Islam dilanda sikap hidup berfoya-foya, korup, dan tidak dekat lagi dengan kehidupan para mustadh’afin dan nasib yang menimpa para dhu’afa. Ibnu khaldun mengemukakan, “Kemewahan itu merupakan pertanda bahwa peradaban suatu bangsa yang dibangun akan mengalami kehancuran.
Hal yang penting bahwa banyak cendekiawan Muslim masa itu yang menentang penguasa Baghdad, bahkan bergabung dengan bangsa Mongol. Khawaja Nashiruddin Thusi, salah seorang cendekiawan Syi’ah termasyhur (1201-1274) dan dihormati oleh Imam Khomeini, juga bergabung dengan penakluk dari Mongol, Hulaghu, ketika dia melewati Iran dalam perjalanannya ke Baghdad. Ini menimbulkan tuduhan keterlibatan dalam penaklukan.
E. Berkembangnya Sikap hidup Fatalistis
Berkembangnya sikap hidup fatalis umat Islam- yang bergantung dan mengembalikan segala keuntungan dan penderitaan kepada Tuhan. Sikap hidup yang fatalis ini ditandai dengan tidak lagi percaya kepada kemampuannya untuk maju atau mengatasi problem keagamaan dan kemasyarakatan. Mereka lari dari kenyataan dan hanya mendekatkan diri kepada Tuhan`
F. Sikap Hidup Umat Islam yang kurang Toleran
Sikap-sikap tidak toleran dan fanatik kepada madzhab atau golongan sendiri itulah yang menyebabkan umat Islam mundur. Tidak saja karena sikap-sikap itu menyedot energi masyarakat, tapi juga memalingkan perhatian orang dari hal-hal yang lebih mendasar dan menentukan perkembangan dan kemajuan peradaban. Syeikh Muhammad Rasyid Ridla, seorang tokoh pemikir Islam Zaman Modern dari Mesir (murid dan teman Syeikh Muhammad ‘Abduh), dalam mukaddimahnya untuk penerbitan kitab al-Mughni (oleh Ibn Qudamah) menggambarkan sikap-sikap tidak toleran itu demikian:
G. Jatuhnya Kekhalifahan Abbasiyah
Jatuhnya kerajaan Abbasiyah oleh serangan orang-orang Tartar dan Mongol pada masa pertengahan abad ke-13 M., ketika kota Baghdad sebagai pusat ilmu dan kebudayaan hancur sama sekali. Sekitar 800. 000 penduduk Baghdad dibunuh. Perpustakaan dihancurkan, ribuan rumah penduduk diratakan. Dalam peristiwa tersebut, umat Islam kehilangan lembaga-lembaga pendidikan dan buku-buku ilmu pengetahuan yang sangat berharga nilainya.
Musnahnya beribu-ribu buku, baik buku-buku tentang keagamaan maupun ilmu-ilmu sains- mempengaruhi perkembangan intelektualisme Islam, apalagi yang menyangkut kelestarian ilmu-ilmu pengetahuan dan sains dalam Islam. Berbagai literatur sains telah lenyap. Sedangkan di kalangan masyarakat yang bebas dari bencana kaum Mongol tidak ada yang menguasai berbagai bidang sains dan filsafat. Inilah salah-satunya yang mempersulit umat Islam untuk mengembalikan kekayaan intelektual yang berharga seperti pada masa kejayaan semula.
C. Perlunya pemurnian dan pembaharuan
Salah satu imbas positif dari peristiwa pengeboman gedung WTC (9/11) adalah munculnya wacana tentang Reformasi atau Pembaruan Islam. Wacana ini sesungguhnya bukanlah baru, karena para sarjana sudah sejak lama mendiskusikannya. Yang baru adalah bahwa wacana ini kini dibicarakan secara luas, tak hanya oleh kalangan akademis saja, tapi juga oleh media massa, politisi, dan para pengambil keputusan di negara-negara Barat.[4]
Thomas L. Friedman, kolumnis terkenal asal Amerika, misalnya, menulis sebuah artikel menarik di New York Times, berjudul “An Islamic Reformation” (4/12/02). Menurutnya, Pembaruan Islam adalah sebuah keharusan bagi kaum Muslim sekarang ini, karena perang terhadap terorisme dan radikalisme akan percuma tanpa diikuti perbaikan dari dalam kaum Muslim sendiri.
D.
PARA
TOKOH PEMBAHARUAN DALAM DUNIA ISLAM
IR. SOEKARNO
A. Biografi
Ir. Soekarno dilahirkan dengan nama Kusno Sosrodihardjo pada tanggal 6 Juni 1901 di Blitar, Jawa Timur. Ayahnya bernama Raden Sukemi Sosrodihardjo, seorang guru diSurabaya. Ibunya berasal dari Bali. Ketika kecil Soekarno tinggal bersama kakeknya di Tulungagung, Jawa Timur. Pada usia 14 tahun, seorang kawan bapaknya yang bernama Oemar Said Tjokroaminoto mengajak Soekarno tinggal di Surabaya. Di sana Soekarno banyak bertemu dengan para pemimpin Sarekat Islam, organisasi yang dipimpin Tjokroaminoto saat itu.
Soekarno seorang pribadi yang lengkap. Namanya harum di mana-mana. Soekarno tercacat sebagai salah satu fragmen dari “The founding father” Indonesia. Sikap revolusioner, berwibawa, tegas dan didukung pula oleh pemikiran yang brilian menempatkan beliau pada posisi penting dalam sejarah pemikiran politik Indonesia. Hasilnya, lahir ide besar “Nasionalisme Indonesia”. Menurut Soekarno, seorang nasionalis sejati adalah orang yang bersedia berbakti dan memperbaiki nasib kaum kecil dari segala kemelaratan serta melindungi rakyat dari penindasan.
B. Pemikiran-pemikirannya.
Nasionalisme khas Indonesia, Soekarno menyebutnya dengan Marhaenisme. Marhaenisme adalah azas yang menghendaki susunan masyarakat dan negeri di dalam segalanya. Marhaenisme harus diperjuangkan secara revolusioner, Sehingga cara perjuangannya menghendaki hilangnya kapitalisme dan imperialisme di bumi Nusantara.
Marhaenisme lahir ketika Soekarno berumur 20 tahun. Pada waktu ia sedang enggan pergi kuliah dan bersepeda memutari Bandung Selatan, dan bertemu dengan seorang petani miskin bernasib malang bernama Marhaen. Terjadilah percakapan antara Soekarno dengan petani tersebut. Pembicaraan berbentuk imajiner, sehingga dari kejelian Soekarno dalam melihat realitas sosial masyarakat Indonesia, maka kemudian lahirlah ideologi Marhaenisme khas Indonesia.
Jamaluddin al-Afghani (1839-1897)
A. Biografi
Jamaluddin al-Afghani adalah seorang pemimpin pembaharuan dalam Islam yang tempat tinggal dan aktivitasnya berpindah-pindah dari satu negara Islam ke negara Islam lain. Ia lahir di Afghanistan pada tahun 1839 dan meninggal pada tahun tahun 1897 diIstanbul, Turki. Ia banyak berkiprah dalam pembaharuan yang lebih terfokus pada dalam bidang politik di samping persoalan keagamaan.
B. Pemikiran-pemikiran pembaharuannya.
1. Islam adalah agama yang sesuai dengan segala keadaan dan waktu. Islam merupakan agama yang mengajarkan dinamisme dalam berfikir dan berperilaku yang sesuai dengan ajaran Islam.[5]
2. Islam bukanlah agama yang mengajarkan faham fatalis dan statis
3. Qadla dan Qadar Allah sesungguhnya merupakan sesuatu yang terjadi karena sebab musabab, bukan semata-mata langsung dari Tuhan. Artinya, bahwa manusia bisa menentukan taqdirnya sendiri melalui usaha yang maksimal.
4. Lemahnya persaudaraan di kalangan umat Islam juga menyebabkan umat Islam mundur, dari kalangan awam sampai ulama hingga raja tidak ada lagi rasa persaudaraan, sehingga umat Islam lemah tidak memilki kekuatan untuk maju bersama.
5. Sistem pemerintahan otokrasi harus diganti dengan demokrasi yang berdasarkan musyawarah.
6. Umat Islam di setiap Negara harus membangun semangat nasionalisme dan internasionalisme agar umat Islam dapat bersatu. Hanya dengan persatuan umat Islamlah, Islam dapat berkembang dan maju, tetapi tanpa persatuan di kalangan umat Islam mustahillah kemajuan dapat diraih.
K.H AHMAD DAHLAN
A. Biografi
K.H. Ahmad Dahlan nama kecilnya Muhammad Darwis putra K.H. Abu Bakar, lahir tahun 1285 H / 1869 di Kauman Yogyakarta. Kedudukan ayahnya sebagai penghulu Kraton dan khatib Masjid Agung Yogyakarta.
K.H. Ahmad Dahlan mendirikan organisasi yang bertujuan, ‘anyebaraken piwucalipun Kanjeng Nabi Muhammad Saw. Wonten ing karesidenan Ngayogyokarto”. Sesuai dengan tujuan ini, nama yang dianggap tepat bagi organisasi ini adalah “Muhammadiyah” yang artinya umat Muhammad. Organisasi ini didirikan pada tanggal 18 Dzulhijjah 1330 H bertepatan dengan 12 Nopember 1912 M. di Yogyakarta.
B. Pemikiran-pemikirannya
1. Berkaitan dengan sosial kemasyarakatan yang ada di Jawa khususnya, Ahmad Dahlan menawarkan 3 konsep pemikiran, yaitu modernisme, tradisionalisme dan jawanisme. Menghadapi modernisme Dahlan menyikapinya dengan mendirikan sekolah-sekolah model Barat. Tradisionalisme disikapi Ahmad Dahlan dengan metode tabligh, yaitu mengunjungi murid-muridnya untuk melakukan pengajian, ini merupakan perlawanan terhadap pemujaan tokoh dan perlawanan terhadap mistisisme agama yang bertentangan ajaran Islam. 2. Pembaharuan Islam dilakukan melalui agenda perbahan sosial dengan metode ijtihad dan tajdidnya. Ahmad Dahlan dalam melakukan proses ijtihad tanpa harus memperhatikan berbagai persyaratan yang ketat bagi seorang mujtahid. Hal penting dalam berijtihad adalah berpedoman kepada al-Qur’an dan al-Hadits.
3. Melakukan perbaikan kehidupan masyarakat Jawa agar sesuai dengan pemahaman Islam yang benar yaitu kembali kepada al-Qur’an dan al-Hadits, pemurnian ajaran tauhid dan tidak beriman secara taqlid.
K.H. HASYIM ASY’ARI
A. Biografi
K.H. Hasyim Asy’ari nama aslinya adalah Muhammad Hasyim, lahir di Demak pada tahun 1876 M. Dilihat dari silsilah, dapat diketahui bahwa M. Hasyim berasal dari keluarga dan keturunan pesantren yang terkenal. Pendidikan ke berbagai pesantren ditempuh Muhammad Hasyim mulai beranjak usia lima belas tahun, berpindah dari satu pesantren ke pesantren lain di Jawa dan Madura. Dikabarkan bahwa beliau pernah belajar bersama-sama dengan K.H. Ahmad Dahlan di Semarang sebagai kawan sekamar.
Muhammad Hasyim selama tujuh tahun bermukim di Mekkah, di antaranya berguru kepada Syeikh Mahfudz Al-Tarmisi (ahli Hadits) dan Syeikh Ahmad Khatib Minangkabau. Dari berbagai perjalanan mencari ilmu dari pesantren ke pesantren baik Indonesia maupun luar negeri pengetahuannnya pun semakin luas. Oleh karena itu, dada Muhammad Hasyim telah dipenuhi ilmu agama, sehingga beliau diberi gelar Kiai.[6]
.B. Pemikiran-pemikirannya
1. Berusaha melestarikan ajaran Islam berhaluan Ahlussunnah wal jamaah yang bermazhab, dalam bidang theologi bermazhab kepada Abu Hasan Asy’ari dan Abu Manshur al-Maturidi, dan bidang fiqh (hukum) bermazhab kepada 4 mazhab, yaitu Abu Hanifah, Anas bin Malik, Muhammad Idris As Syafi’i dan Ahmad bin Hanbal, dan bidang tasawuf mengikuti tasawuf Imam Ghazali dan bidang tihariqah mengikuti Thariqoh Qadariyahdan Naqsabandiyah.
2. Melestarikan budaya dan adat istiadat yang memiliki kemanfaatan serta yang tidak bertentangan dengan aqidah islamiya.
3. Ijtihad telah tertutup, dengan alasan persyaratan untuk menjadi seorang mujtahid harus memilki persyaratan yang cukup berat dan permasalahan hukum telah cukup betittiba’/taqlid kepada 4 mazhab
4. Di bidang pendidikan NU banyak mengelola pesantren sebagai basis perjuangan mengusir penjajah di samping sebagai tempat menuntut ilmu agama.
5. Selain pesantren NU juga mendidrikan madrasah-madrsah, sebagai upaya pengembangan kemajuan terhadap system pesantren.
BAB IV
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Dari penjelasan di atas
pemakalah dapat menyimpulkan bahwa:
Pembaharuan Islam adalah upaya untuk
menyesuiakan paham keagamaan Islam dengan perkembangan dan yang ditimbulkan
kemajuan ilmu pengetahuan dan terknologi odern. Dengan demikian pembaharuan
dalam Islam ukan berarti mengubah, mengurangi atau menambahi teks Al-Quran
maupun Hadits, melainkan hanya menyesuaikan paham atas keduanya.
Adapun yang mendorong timbulnya pembaharuan dan
kebangkitan Islam adalah:
Pertama, paham tauhid yang dianut kaum muslimin
telah bercampur dengan kebiasaan-kebiasaan yang dipengaruhi oleh
tarekat-tarekat, pemujaan terhadap orang-orang yang suci dan hal lain yang
membawa kepada kekufuran.[7]
Kedua, sifat jumud membuat umat Islam berhenti
berfikir danberusaha, umat Islam maju di zaman klasik karena mereka
mementingkan ilmu pengetahuan, oleh karena itu selama umat Islam masih bersifat
jumud dan tidak mau berfikir untuk berijtihad, tidak mungkin mengalami
kemajuan, untuk itu perlu adanya pembaharuan yang berusaha memberantas
kejumudan.
Ketiga, umat Islam selalu berpecah belah, maka
umat Islam tidaklah akan mengalami kemajuan.
Keempat, hasil dari kontak yang terjadi antara
dunia Islam dengan Barat.
B. SARAN
Adapaun saran yang dapat kami sampaikan kepada pembaca melalui makalah ini yaitu.
sebagai berikut:
1. Pembaharuan Islam (tajdid) merupakan suatu keharusan karena ajaran Islam yang rahmatan lil al’alamin serta sebagai agama “pamungkas” menuntut adanya upaya rasionalisasi dan kontekstualisasi sesuai dengan semangat jaman. Hal itu karena pada hakikatnya pembaruan Islam merupakan ikhtiar melakukan rasionalisasi dan kontekstualisasi ajaran Islam dalam segala ranah kehidupan.
2. Keharusan bagi upaya tajdid setidaknya memiliki tiga landasan dasar yaitu landasan teologis, landasan normatif, dan landasan historis. Artinya bahwa gerakan tajdid dilaksanakan dengan dasar dan pijakan yang kuat.
3. Agar tajdid dalam Islam dapat terimplementasikan dan teraktualisasikan, maka ijtihad harus dijalankan karena tajdid dan ijtihad hakikatnya merupakan dua hal yang saling terkait.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_cendekiawan_pendidikan_islam
http///www.google.com. Gunawan’s Site, Gerakan Pembaharuan Islam
http://yayang08.wordpress.com/2009/02/17/al-islam-dan-kemuhammadiyahan
Ajid Thohir , Perkembangan peradaban dunia Islam, (Cet.1 Jakarta : Raja Grafindo 2009),h.50
Nourouzzman Shiddiqie , Pengantar sejarah Muslim, (Yogyakarta : Nur cahaya, 1983) h.65
Harun Nasution, Islam ditinjau dari berbagai aspeknya,(Jakarta,UI Press,1986),93
M.Yusran Asmuni , Pengantar Sudi dan gerakan pembaharuan islam,(Jakarta : Rajawali,1998) 3
Taufiq Abdullah , Islam dan masyarakat,(Jakarta : LP3S,1996)
M.Amien Rais,Cakrawala Islam Antara Cita dan Fakta, (Bandung : Mizan ,1992),118
M.Amien Rais,Cakrawala Islam Antara Cita dan Fakta, (Bandung : Mizan ,1992),118
[1] Ajid Thohir , Perkembangan peradaban dunia Islam, (Cet.1 Jakarta : Raja Grafindo 2009),h.50
[2] Nourouzzman Shiddiqie , Pengantar sejarah Muslim, (Yogyakarta : Nur cahaya, 1983) h.65
[3] Harun Nasution, Islam ditinjau dari berbagai aspeknya,(Jakarta,UI Press,1986),93
[4] M.Yusran Asmuni , Pengantar Sudi dan gerakan pembaharuan islam,(Jakarta : Rajawali,1998) 3
[5] Taufiq Abdullah , Islam dan masyarakat,(Jakarta : LP3S,1996)
[6] M.Amien Rais,Cakrawala Islam Antara Cita dan Fakta, (Bandung : Mizan ,1992),118
[7] Suadi Putro,Mohammed Arkoun Tentang Islam Dan Modernitas ,(Jakarta : Paramadina,1998)4.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar